Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Robin Hood Manchester United dan Rasisme di Tottenham Hotspur “Tutup Toilet” Stadium

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
23 Desember 2019
A A
Robin Hood Manchester United dan Rasisme di Tottenham Hotspur “Tutup Toilet” Stadium

Robin Hood Manchester United dan Rasisme di Tottenham Hotspur “Tutup Toilet” Stadium

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Manchester United berubah menjadi anak baik. Mereka gemar bersedekah poin kepada fakir poin. Sementara itu, stadion Tottenham Hotspur tetap bau jamban.

Tahun 2015 yang lalu, Google Maps sempat dikerjai orang. Jika membuka halaman Google Maps lalu mengetik kata kunci “the shithole”, kamu akan menemukan White Hart Lane sebagai tujuan. White Hart Lane adalah kandang Tottenham Hotspur. Sebuah klub kasta ketiga di London, di bawah Crystal Palace dan West Ham United.

Tottenham Hotspur mungkin sadar kalau mereka memang medioker sejati. Sadar diri kalau mereka memang “shithole” di Inggris. Kesadaran itu mereka tuangkan ke dalam desain stadion baru. Stadion yang diberi nama Tottenham Hotspur Stadium itu punya atap yang terinspirasi dari tutup toilet duduk. Jadi, jika dilihat dari atas, stadion mereka seperti jamban raksasa.

Dan begitulah mereka, sebuah klub yang “penuh kotoran”. Di dalam “jamban raksasa” itu, Antonio Rudiger menjadi korban rasisme fans Tottenham Hotspur setelah hampir menjadi korban tendangan berbahaya Son Heung-Min.

Beda Tottenham Hotspur, beda Manchester United. Keduanya sama-sama konsisten untuk tidak konsisten. Namun, kini, kok kayaknya Manchester United berubah menjadi sebuah klub yang lebih “anak baik”. Meskipun perlu diakui, sikap mereka yang berubah menjadi anak baik ini nggak cocok sama sekali dengan lambang setan megang garpu dan kapal hampir tenggelam di atasnya.

Manchester United konsisten untuk selalu kalah ketika melawan tim papan tengah ke bawah. Manchester United pernah mengalahkan Manchester City dan Tottenham Hotspur dalam rentang satu minggi saja. Namun, mereka bisa begitu mudah tumbang justru ketika melawan tim medioker. Ini klub maunya apa?

Atas “kebaikan” ini, Manchester United mendapat julukan sebagai Robin Hood. Mereka mengambil poin dari yang kaya, lalu memberikannya kepada para miskin. Terakhir, mereka memberikan sedekah kepada Watford, juru kunci Liga Inggris dan baru satu kali menang dalam 17 laga. Di laga ke-18, menjamu Manchester United, Watford menang dengan skor 2-0.

Kebaikan hati Manchester United adalah sebuah inspirasi. Dan, dua pemain mereka yang paling menginspirasi adalah David De Gea dan Jesse Lingard.

De Gea sudah bukan kiper terbaik Liga Inggris lagi. Performanya menurun sangat jauh dibadingkan dua musim ke belakang. Mungkin, performanya jeblok setelah mesin fax menggagalkan kepindahannya ke Real Madrid. De Gea sadar kalau Manchester United bukan klub yang bisa memberikan masa depan.

Jesse Lingard bagaimana? Sama seperti Theo Walcott, sampai pensiun nanti, Jesse Lingard akan selalu dikenang sebagai wonderkid sepanjang masa. Sampai saat ini, Lingard sudah satu tahun belum mencetak gol di Liga Inggris. Bukan karena nggak niat, tapi cuma nggak mampu saja. Plus Lingard sadar kalau menjadi pemain Manchester United harus bisa mengilhami jiwa kalahan.

Manchester United begitu kesulitan ketika meladeni tim yang bermain dengan deep block. Pemain-pemain depan mereka yang lebih menyerupai sprinter alih-alih atlet sepak bola, kehilangan cara. Atau, mereka memang sengaja tidak mengontrol bola dengan baik? Bisa saja. mengingat Manchester United sudah punya jiwa pertapa yang mendahulukan kebahagiaan orang lain.

Kembali ke Tottenham Hotspur “tutup toilet” Stadium….

Dua hari sebelum tim jamban ini bermain, rapper dari Inggris, Stormzy bikin geger. Ketika wartawan bertanya apakah masih ada rasisme di Britania, Stormzy menjawab: “Tentu saja. 100 persen.”

Jawaban itu dipelintir oleh ITV menjadi: Stormzy berkata bahwa Britania 100 persen rasis. Saya kok curiga kalau ITV ini studi banding ke Indonesia, terutama bikin berita click bait dan memutar fakta. Padahal, yang dimaksud oleh Stormzy adalah di Britania, masih ada rasisme. Masih ada orang-orang dengan otak isi pupuk kompos yang hidup dan bernapas di Inggris.

Iklan

Pernyataan Stormzy menyentak publik. Dia dituding cuma mencari sensasi. Orang-orang Britania yang sok bersih dan egonya tinggi tidak mau mengakui kalau mereka rasis. Tottenham Hotspur, dengan gobloknya justru membuktikan ucapan Stormzy.

Fans Tottenham Hotspur menyerang Rudiger dengan gesture dan membuat suara-suara monyet. Pengeras suara di stadion jamban itu sampai tiga kali memperingatkan penonton untuk tidak berbuah rasis. Seharusnya, jika patuh kepada protokol pertandingan, pemain-pemain boleh walk out dan pertandingan dihentikan.

Inggris memang punya budaya yang “mau kreatif sendiri”. Ini saya berbicara soal sepak bola, ya. Terutama wasit-wasit mereka yang, meski sudah dibantu VAR, tetapi gobloknya nggak berkurang. Seolah-olah VAR cuma seperti lebah yang terbang di dekat telinga. Sangat mengganggu. Maka, ketika seharusnya stadion jamban Tottenham Hotspur dikosongkan, panitia pertandingan tidak bergeming.

Fans Tottenham Hotspur adalah etalase tindakan rasis di Inggris. Namun, perlu diakui, kalau semua fans sebuah klub pada dasarnya sama. Ada yang agak waras, ada yang suka hidup di jamban seperti fans Tottenham Hotspur.

Ini kenyataan. Lha wong fans Chelsea pernah melakukan kekerasan atas nama ras yang lebih keras. Fans Manchester City juga sama saja. Bahkan, salah satu fans City yang tertangkap kamera meledek Fred dengan gesture monyet kena hukuman. Intinya adalah rasisme itu nyata dan perlu diperbincangkan secara terbuka.

Gary Neville secara tegas bicara kalau rasisme itu ada di Inggris. Tidak perlu dibantah karena nyata. Perlu sebuah aksi nyata untuk meredamnya. Kamu tahu apa yang terjadi? Sky Sports, tempat Gary Neville memberikan komentar justru menghindar dari subjek yang benar-benar nyata. “Pernyataan Gary Neville bukan pernyataan Sky Sports.” Tai kucing!

Kenapa sih saya ikut marah dengan sikap umat Tottenham Hotspur “Jamban” Stadium? Karena rasisme bukan masalah Inggris saja. Ini masalah dunia. Jujur saja, saya masih menemui gesture-gesture, suara-suara, dan makian dari fans klub Indonesia yang bernada rasis. Terutama ketika menjumpai pemain berkulit hitam.

Orang-orang goblok memang membelah diri lebih cepat ketimbang orang waras. Saya setuju dengan Gary Neville dan Rudiger. Isu rasisme perlu dibicarakan secara terbuka. Dicari solusi dan diperdebatkan. Supaya manusia-manusia dengan otak pupuk kompos itu tidak cepat lupa. Cepat lupa bahwa harkat dan manusia itu semua sama.

BACA JUGA Gooners Terancam Berdosa Ketika Arsenal Dijamu Tunawisma atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Terakhir diperbarui pada 23 Desember 2019 oleh

Tags: De Gealiga inggrisManchester UnitedrasismerudigerspursTottenham Hotspur
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Harry Maguire Bek Dungu Manchester United Anti Bullying MOJOK.CO
Esai

Harry Maguire, Bek Dungu Milik Manchester United yang Mengajari Kita Makna Ketahanan Mental dan Cara Melawan Bullying

20 Oktober 2025
Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Vidio vs Rp18 Triliun Live Streaming Ilegal Jelang Liga Inggris MOJOK.CO
Esai

Vidio Wajib Cemas. Menjelang Liga Inggris, Keuntungan Live Streaming Ilegal Mencapai Rp18 Triliun!

9 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.