Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Video

Menyingkap Sejarah Gelap Politik dan Demokrasi Parlementer Indonesia

Redaksi oleh Redaksi
11 Oktober 2025
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Episode Jasmerah kali ini hadir dengan format yang berbeda. Untuk pertama kalinya, acara ini disiarkan secara live stage. Melalui panggung ini, Jasmerah membuka kembali bab gelap sejarah politik Indonesia tahun 1950-an — masa ketika parlemen menjadi arena tarik-menarik antara kekuatan sipil dan militer.

Bersama Muhidin M. Dahlan dan Dhias Nauvaly sebagai moderator, diskusi ini menelusuri bab-bab penting dari buku Kronik Otoritarianisme Indonesia. Buku tersebut mengurai perjalanan panjang lahirnya rezim otoritarian di republik ini.

Diskusi dibuka dengan menyingkap bagaimana demokrasi parlementer DPR, yang seharusnya menjadi simbol kedaulatan rakyat, justru terjebak dalam kepentingan partai dan tekanan militer. Korupsi pun ikut memperkeruh keadaan.

Melalui arsip sejarah, terlihat bahwa lembaga perwakilan rakyat tak lagi menjadi wadah aspirasi. Ia berubah menjadi arena tawar-menawar kekuasaan — mulai dari penetapan anggaran pertahanan hingga penempatan perwira aktif di jabatan sipil.

Pola yang lahir sejak dekade 1950-an inilah yang menjadi cikal bakal hubungan transaksional antara militer dan kekuasaan sipil.

Razia Agustus dan Peristiwa 17 Oktober 1952

Pembahasan kemudian bergeser ke Razia Agustus 1952 dan Peristiwa 17 Oktober 1952. Untuk pertama kalinya, militer melakukan operasi besar terhadap warga sipil. Tank-tank dikerahkan ke depan istana untuk menekan dan menuntut pembubaran DPR hasil pemilu.

Momen ini menandai tumbuhnya bibit supremasi militer, ketika tentara mulai merasa lebih berhak menentukan arah negara dibanding wakil rakyat.

Peristiwa tersebut menjadi titik balik hubungan sipil dan militer yang terus bergeser hingga Dekrit Presiden 5 Juli 1959, saat Soekarno mengakhiri demokrasi parlementer dan membuka jalan bagi Demokrasi Terpimpin.

Dari Sejarah Ultranasionalisme ke Militerisme

Setelah itu Perbincangan kemudian meluas menelusuri jejak mentalitas ultranasionalisme dan militerisme — dari masa kabinet Ali Sastroamidjojo, pemberontakan PRRI–Permesta, hingga konsolidasi kekuasaan Soeharto pasca-1965.

Gus Muh menyebut dua kutukan bangsa Indonesia: feodalisme dan militerisme. Dua hal ini tak pernah benar-benar selesai, karena terus bereinkarnasi dalam wajah politik modern.

Dalam bagian penutup, Gus Muh menegaskan bahwa reformasi militer tak akan lahir dari dalam tubuh TNI sendiri.

Perubahan hanya mungkin muncul lewat aksi massa rakyat yang besar, sebagaimana sejarah gelap terjadi pada 1998.

Ia juga menyoroti pentingnya disiplin pengetahuan dan pengarsipan sejarah sebagai bentuk perlawanan sipil — sebab kekuasaan bukan hanya merebut tanah dan jabatan, tetapi juga menguasai ingatan.

Tags: jasmerahPolitik Indonesiasejarah gelap politik

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.