Tragedi 1965 menjadi salah satu bab tergelap dalam sejarah Indonesia, jutaan orang dituduh sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka diburu, ditangkap, disiksa, bahkan dibunuh secara dramatis.
Nama tokoh yang sebelumnya dipuji, dalam sekejap berubah menjadi musuh yang layak dihabisi. Operasi itu berlangsung rapi dan senyap, sehingga tidak pernah terekam dalam media resmi maupun buku sejarah.
Peran Media Masa
Peran media masa pada saat itu sangat menentukan. Setelah aksi militer di awal Oktober 1965, hampir semua koran dan majalah dikendalikan oleh penguasa perang. Hanya media yang mendapat restu dari tentara yang diizinkan untuk berinkarnasi dengan suara baru dan hidup kembali sebagai corong propaganda
Dari situ, pemberitaan serentak berubah arah: PKI dan orang-orang kiri yang sebelumnya digambarkan positif tiba-tiba diposisikan sebagai monster haus darah.
Sementara itu, Soekarno ditempatkan dalam posisi dilematis. Ajarannya tentang Nasakom, Pancasila, dan Trisakti tetap dimuat di media militer, tetapi dirinya diisolasi dari dinamika politik yang semakin dikendalikan tentara.
Komisi resmi 1966 yang dibentuk hanya melaporkan puluhan ribu korban, namun kenyataanya tokoh militer menyebut angka yang jauh lebih fantastis, hingga jutaan nyawa dan tak pernah masuk dalam catatan resmi negara.
Sejarah yang harus diketahui
Sejarah di sekolah dan perguruan tinggi hanya dapat menggambarkan periode ini sebagai kemenangan rakyat bersama tentara, tanpa menyinggung dimensi genosidanya. Dengan membuka kembali arsip koran, majalah, serta penelitian pasca-reformasi, kita diajak memahami bagaimana sejarah diamputasi secara sistematis.
Tragedi ini bukan sekadar soal politik dan perebutan kekuasaan, tetapi juga tentang bagaimana bangsa dipaksa melupakan jutaan korban.
Simak videonya sampai selesai dan mari kita belajar bersama melihat kembali sisi gelap sejarah yang selama puluhan tahun ditutupi.







