Siang itu saya menggunakan banyak energi untuk bersabar dalam antrean karena udara sangat panas. Kipas angin di salah satu sudut tidak terlalu membantu mendinginkan ruangan. Keringat mengalir deras membasahi seluruh tubuh. Diperparah ukuran ruangan yang cukup sempit sehingga pengantre sedikit berdesakan.
Antrean untuk membayar di kasir itu memang cukup panjang. Tapi saya sudah berada di urutan ke-3 yang akan mendapatkan pelayanan. Untung saja dua orang di depan saya tidak membeli banyak barang. Artinya, giliran membayar segera tiba. Sebentar lagi saya bisa menghirup udara segar.
Tiba-tiba dari arah kiri datang seorang ibu yang secepat kilat menyerobot antrean. Tidak cukup menyerobot, ia juga melempar lirikan sinis. Lha! Dia yang menyerobot kenapa saya yang harus menerima ekspresi itu. Didukung hawa panas, amarah saya memuncak dan secara spontan menegurnya.
”Kok nyerobot?”
Penyerobot itu tidak menjawab, seolah tidak mendengar dan tidak terjadi apa-apa. Pegawai yang bertugas di kasir juga diam saja, tidak menegur. Di siang yang panas itu saya hanya bisa menarik nafas panjang, berusaha sabar. Malu kalau harus bertengkar perkara hal sepele.
Saya membantin di dalam hati, apakah sesusah itu menunggu sebentar saja dalam antrean? Toh belanjaan saya tidak banyak. Penyerobot itu juga tidak menjelaskan alasan genting yang membuatnya harus melanggar urutan, lupa mematikan kompor di rumah atau kebelet buang air besar mungkin.
Kadang saya bertanya-tanya, bukankah antre adalah hal mudah yang sudah diajarkan sejak dini? Apa para penyerobot tidak pernah diajarkan mengantre ya? Ini mungkin perkara sederhana, tapi kalau diserobot kesal juga rasanya.
Rintani Ajeng
Sumengko, Sragen
[email protected]
Keluh kesah dan tanggapan uneg-uneg bisa dikirim di sini