Kita semua pasti tau bahwa pada tahun 2020 kemarin Indonesia mengalami pandemi Covid-19. Pemerintah menyuruh kita untuk tidak keluar rumah. Jika tidak ada kepentingan, semua kegiatan dilakukan dirumah, seperti WFH, sekolah harus daring, segala pendaftaran dalam bentuk apapun harus di akses secara online yang kelihatannya mudah tetapi sebenarnya rumit.
Awal masuk SMA
Pada tahun 2020 saya adalah pelajar yang baru saja masuk SMA kelas 1. Terasa aneh tentunya ketika awal masuk sekolah perkenalannya menggunakan Microsoft teams. Seakan-akan kita di batasi dan tidak boleh bertemu, hanya bisa secara online. Pemberian materi belajar juga online, kita hanya bisa melihat dan mendengarkan tanpa ada interaksi.
Tetapi seiring berjalannya waktu saya bisa beradaptasi dengan itu semua, apa lagi ketua kelas mengajak teman-teman untuk kumpul di rumahnya sembari kerkom (kerja kelompok) bagi siapapun yang mau ikut. Tentunya saya ikut, dan yang datang pada saat kerkom mungkin hanya 10 orang saja. Tetapi disitu lah awal mula saya bisa melihat secara langsung wujud teman sekolah saya.
Dengan protokol yang ketat, dan selalu mengingatkan untuk menjaga kebersihan kita semua terbebas dari covid walau sering kerkom bersama, rasanya senang, gembira walau tidak bisa merasakan duduk di bangku sekolah. Akibat adanya kerkom, tugas sekolah bisa di selesaikan dengan cukup mudah, dan juga kita bisa membagikan cerita pengalaman seru ke teman-teman pada saat kerkom.
1,5 tahun sudah rasanya tidak masuk sekolah pada saat itu, hingga pada kelas 11 semester 2 sekolahan mengadakan luring, yang dimana 50% sekolah offline, 50% sekolah online. Senang rasanya bisa masuk sekolah walau hanya 50%, saya bisa berkenalan dengan guru, teman kelas lain, bisa pulang bersama teman dan nongkrong dulu di rumah teman.
Setelah banyak lika-liku luring dan daring, akhirnya setelah naik ke kelas 12 sekolah membuka 100% pembelajaran offline, tetapi dengan protokol yang ketat, itu semua membuat saya bisa lebih banyak berkenalan dan mencari teman.
Banyak momen kebersamaan dan keseruan yang terlewatkan
Di kelas 12 ini saya lumayan memiliki banyak teman, sering juga saya bermain bersama, bercanda gurau di sekolah, mengikuti organisasi di sekolah sampai menjadi panitia saat sekolah itu ada acara, seperti DBL, pameran atau konser.
Tetapi saya baru ingat jika saya sebentar lagi lulus dan merasakan bahwa momen kebersamaan dan keseruan di SMA akan segera berakhir, itu semua penyebab pandemi dan sekolah daring yang membatasi kita untuk menciptakan momen. tetapi mau gimana lagi, pada saat itu kondisinya juga tidak bisa di paksakan.
Saya bakal kangen ketika bakar-bakar di rumah teman, berenang ke Umbul si gedang bersama teman sekolah, di hukum guru karna tidak taat peraturan, nongkrong bersama, tahun baru bersama dan melakukan hal konyol di sekolah. Jujur saja rasanya begitu cepat, rasanya baru saja berkenalan tetapi harus sudah berpisah karna akan mempunyai tujuan hidup masing-masing setelah lulus SMA.
Imanuel Joseph Phanata
Jl. Ahmad Yani, Gilingan, Banjarsari, Surakarta
[email protected]