Saya ibu rumah tangga yang pilih temani anak daripada menitipkannya
Jawabannya adalah tidak bisa, meskipun saya masih tinggal dengan ibu, tapi beliau pernah sakit stroke ringan dua tahun lalu dan kini masih tetap kontrol dan terus mengkonsumsi obat untuk menstabilkan tekanan darahnya.
Tidak bisa dipungkiri ada perasaan minder saat bertemu dengan para tetangga atau teman-teman yang bekerja. Pada akhirnya saya menarik diri dari kehidupan sosial. Keluar rumah hanya jika hanya ada perlu. Saya tetap menjalin hubungan baik dengan para tetangga dengan catatan seperlunya saja.
Keadaan lain yang membuat saya tidak nyaman adalah saat acara kumpul-kumpul keluarga seperti lebaran, pasti pertanyaan yang muncul, “Sekarang kerja dimana nduk?”
Dan saya hanya bisa bilang dengan berat hati “Gak kerja, ngurus anak di rumah.”
Tapi seiring berjalannya waktu saya berusaha menerima keadaan ini, mungkin ini adalah jalan Tuhan untuk saya jalani. Meskipun kalaupun ada lowongan pekerjaan atau pendaftaran CPNS hati meronta-ronta ingin mencoba memasukkan lamaran.
Namun, ujung-ujungnya adalah bagaimana nanti dengan bocah kecil ini, dia sudah tidak mendapatkan sosok ayah yang full berada di rumah, masak dia juga harus kehilangan sosok ibunya. Memang benar semua keputusan itu pasti ada risikonya.”
Putri Arini Ponorogo Jawa Timur 63474 [email protected]
BACA JUGA Curahan Hati Seorang Mahasiswa dari Kampus yang Kurang Terkenal di Surakarta dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini.