Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Tiang Kota Itu Tersusun dari Rumah Pelacuran

Rachman Habib oleh Rachman Habib
22 April 2016
A A
Tiang Kota Itu Tersusun dari Rumah Pelacuran

Tiang Kota Itu Tersusun dari Rumah Pelacuran

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saya kerap mendengar olok-olok bahwa siapa pun yang main ke Jogja tapi belum nyelonong ke gang-gang Sarkem, maka orang itu belum bisa dikatakan sah main ke Jogja. Olok-olok tersebut tentu sangat berlebihan, meski dibalik olok-olok itu tersirat ajakan luhur untuk menengok ulang sejarah Jogja dan tentu saja sejarah kota-kota lain dimana terdapat rumah pelacuran di sana.

Saya yakin, tak perlu menggunakan statistik untuk membuktikan bahwa dimana pun ada rumah pelacuran, di sana pasti ada sejarah kesepian yang panjang dan bagaimana sebuah kota didirikan. Nabi Muhammad pernah bersabda “perempuan adalah tiang negara”. Jika mau nakal dan kurang ajar,  maka sabda Nabi itu mungkin bisa diganti dengan “rumah pelacuran adalah tiang kota”. Tiang artinya penyanggah, pokok kekuatan yang menahan keseimbangan. Seperti sholat yang menjadi tiang agama Islam.

Mari kita buktikan. Saya punya beberapa contoh, dan nanti dapat anda tambahkan sendiri.

Sebagaimana semua tahu, Sarkem mulanya terbentuk secara alamiah, karena para pekerja pembangunan rel kereta api butuh teman perempuan untuk menghilangkan kesepiannya. Lelah bekerja mengumpulkan uang, harus bergulat dengan kerasnya hidup, dan jauh dari istri. Itu terjadi di awal abad ke-19.

Dulu para tentara Jepang pun mengalami hal yang sama ketika mereka berkuasa di Indonesia. Pahitnya perang mengajari mereka untuk butuh teman sebagai “tempat kencing”. Pemerkosaan terjadi karena alasan ini. Tentara Jepang butuh pelampiasan. Bayangkan, antara Jepang dan Indonesia terbentang jarak yang sangat jauh, sementara tempat kencing mereka terpacak di negerinya. Itu pun kalau punya tempat kencing. Akhirnya, atas inisiatif pimpinan mereka, dibangunlah sebuah rumah pelacuran. Bagi pimpinan-pimpinan tertinggi dipilihlah perempuan-perempuan yang bagus, yang elok, yang sintal. Sementara bagi tentara pangkat rendahan cukup perempuan seadanya saja.

Setelah Jepang minggat, rumah pelacuran peninggalan mereka kemudian dilanjutkan oleh orang setempat.

Jauh di belahan bumi lain, pada tahun 1849, ketika tersebar kabar ditemukannya emas di California, banyak para pencari peruntungan dari berbagai negara berbondong-bondong ke sana. Tentu para penambang ini adalah kaum lelaki, sehingga hal tersebut dimanfaatkan oleh perempuan-perempuan yang melihat ada kesempatan mendapat uang banyak dari kesepian para penambang. Mereka benar-benar perempuan yang memanfaatan kesepian, bukan malah merenunginya. Maka, lahirlah rumah pelacuran nomaden bin portabel. Di mana terdapat daerah dengan penghasil emas yang banyak, maka ke sanalah mereka mangkal.

Dan sampailah pada suatu masa ketika California perlahan berdiri menjadi kota besar. Industri tumbuh besar dan semakin luas, tak lagi melulu soal tambang emas. Tapi toh, nyatanya, pelacuran tetap lestari.

Sejarah Doly pun tak jauh berbeda. Maka siapa yang akan menyanggah bahwa perkembangan kota berseiring dengan naik-turunnya rumah pelacuran, atau setidaknya perdagangan manusia?

Sejarah mencatat, tempat-tempat pelacuran memang identik dengan pendatang dan kelas pinggiran. Sebutan pendatang tentu bukan hanya untuk perempuan-perempuan yang didatangkan dari luar daerah, tapi juga para pelanggannya. Misalnya sopir truk antar kota, pelancong, ataupun pekerja bangunan yang kebetulan sedang dapat proyek borongan.

Biasanya pendatang mayoritas berasal dari kelas-kelas pinggiran. Dan kelas-kelas pinggiran inilah yang sebenarnya meramaikan sebuah kota, walaupun perannya tidak seberapa dibanding kelas yang lebih tinggi. Tidak terbayangkan bagaimana sebuah kota tumbuh tanpa para pendatang. Para pendatang-lah poros sebuah kota. Tidak ada cerita para pendatang kalah sama penduduk asli. Baik di Jogja, Jakarta, Palembang, Lampung, sebut kota mana saja, tidak tertera kisah unggulnya penduduk asli di tempat-tempat mereka. Sehingga keadaan ini membikin penduduk asli terpinggirkan, dan menjadi kelas pinggiran baru, bergabung dengan para pendatang yang statusnya masih kelas pinggiran (karena tidak semua pendatang yang naik kelas).

Nah, dimana posisi rumah pelacuran? Rumah pelacuran adalah ruang indah yang mempertemukan dua kutub kelas: Pendatang yang telah naik kelas dan kelas pinggiran. Sebab selalu terjadi perebutan ruang antara keduanya.

Bedanya, di rumah pelacuran tidak ada istilah kalah dan menang antar dua kutub ini. Meskipun di luar rumah pelacuran kelas atas begitu dominan, ketika Doly dinonaktifkan, hal ini tidak bisa dianggap sebagai lanjutan dominasi kelas pemenang. Karena rumah pelacuran bukan urusan menang kalah, tapi soal tiang kota yang harus selalu tegak.

Terakhir diperbarui pada 23 Juni 2017 oleh

Tags: dollypelacuransarkemwanita
Rachman Habib

Rachman Habib

Artikel Terkait

Kenakalan remaja di Petemon Surabaya semakin marak. MOJOK.CO
Mendalam

Ironi Kenakalan Remaja di Surabaya, Haus akan Eksistensi Diri dan Mulai Meninggalkan “Petuah” Tuhan sebagai Kompas Hidup

12 Agustus 2025
Ziarah Sarkem, Dulu, Kini dan Nanti MOJOK.CO
Hiburan

Besok di TBY, Ziarah Sarkem, Dulu, Kini dan Nanti

17 Oktober 2024
Gang Dolly Surabaya Lebih Memuaskan ketimbang PSK Sarkem Jogja MOJOK.CO
Ragam

Kepuasan di Gang Dolly Surabaya yang Tak Ditemukan di Sarkem Jogja, Kenangan Lepas Perjaka hingga Tawaran Bercinta dengan Bule

3 Juli 2024
Prostitusi di lokasi wisata Jogja selain Sarkem.MOJOK.CO
Ragam

Dulu Kami Tak Perlu ke Sarkem, Sebab di Alun-Alun Utara Jogja Banyak Tenda Remang-Remang yang Tarif Jasanya Lebih Murah

16 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.