Solo atau Surakarta punya berbagai destinasi wisata, itu sebabnya daerah ini begitu menarik untuk tujuan berlibur. Apalagi untuk mereka yang sehari-hari hidup di perkotaan. Daerah ini punya suasana slow living yang begitu kuat. Belum keramahan warga lokal yang membuat siapa saya kian tertarik untuk mengunjungi kota yang satu ini. Nggak heran, daerah yang terkenal dengan nasi liwet ini menjadi destinasi wisata idaman banyak orang.
Akan tetapi, di balik citra Solo sebagai daerah yang nyaman dan adem ayem, nggak semua orang cocok berlibur ke sana. Bukan karena Solo kurang menarik, tapi lebih pada selera berwisata. Itu mengapa tulisan ini saya buat sebagai panduan awal bagi para wisatawan.Â
#1 Mereka yang sering mengandalkan tukang parkir, bersiaplah!
Di kota-kota besar, orang-orang mungkin terbiasa menyerahkan urusan parkir pada ahlinya. Namun, di Solo, kebiasaan ini bisa jadi bumerang. Terlebih, di beberapa sudut Kota Solo, lahan parkir mobil bahkan ikut merambah naik ke trotoar yang tidak umum saya jumpai di Semarang. Sialnya, kesulitan ekstra ini tidak dibarengi dengan keberadaan tukang parkir yang sigap. Sampai mobil berhasil terparkir saja, batang hidung petugas parkir tak kunjung tampak.
Hal senada juga saya jumpai di salah satu pusat perbelanjaan besar di Solo, Mal Paragon. Di mal sekalipun, petugas parkir yang mengarahkan jalannya mobil absen sehingga membuat pengunjung luar kota kebingungan. Jangankan memberi aba-aba, petugas yang sigap membantu mencarikan spot parkir kosong saja tiada. Kondisi semacam ini jelas jadi tantangan tersendiri untuk orang-orang seperti saya.Â
#2 Perlu banyak kesabaran ketika membawa mobil berukuran besar ke Solo
Membawa mobil berukuran besar mungkin nyaman untuk perjalanan jauh. Namun, jangan pernah terapkan ini bila hendak menyambangi Solo. Di samping harus menghadapi mode sulit ketika akan parkir mobil, jalanan di Solo sering kali sempit dan riuh. Apalagi, di area padat kuliner atau wisata budaya.
Terlebih, sebagian besar turis luar kota hanya mengandalkan GPS saat mencari titik destinasi, di mana terkadang mobil diarahkan ke jalan pintas yang tak terlalu lebar. Tak ayal, manuver di tengah keramaian dan jalan kecil dapat memicu stres bagi pengemudi yang tak terbiasa. Pun, potensi badan mobil besar tergesek menjadi lebih besar.
Baca halaman selanjutnya: #3 Pencinta wisata alam …




















