Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Vicky Prasetyo adalah Kami Para Lulusan Pesantren yang Pemalu

FN Nuzula oleh FN Nuzula
11 September 2019
A A
vicky prasetyo

vicky prasetyo

Share on FacebookShare on Twitter

Seorang artis/komedian yang agak lucu bernama Vicky Prasetyo mengaku bahwa dia adalah seorang lulusan pesantren yang tiap tahunnya selalu menyabet predikat juara kelas. Wadidaww. Mendengar pengakuan itu, tiba-tiba saya jadi membayangkan para juara kelas sewaktu saya di pesantren dulu mengambil karier yang sama seperti Bang Vicky ini. Alih-alih menjadi tokoh agama atau organisatoris islam, memilih menjadi menjadi aktor/komedian! Hmm, kayaknya mereka bakal cocok jadi pemeran ustaz dalam sinetron azab hahaha. Oke tentu saja itu nggak mungkin karena kita tahu kalau Vicky adalah fenomena langka.

Di video yang viral itu, Vicky unjuk kebolehannya mentashrif istilahi ala tashrifan Pesantren Jombang. Tashrifan itu diakhiri dengan tepuk tangan dan dawuh fenomenal Vicky, “Aku mah ada ilmu, cuma malu sama akhlak“.

Nah. Itu!

Bang Vicky Prasetyo di sini adalah kami—para lulusan pesantren yang malu menunjukkan identitas kami. Pesis seperti yang dibilang Bang Vicky Prasetyo, kami malu sama akhlak. Bahkan lebih dari itu, malu menyadari kenyataan soal bodohnya kami mengurai satu per satu kata arab, atau ilmu pesantren lainya.

Tidak. Kami tidak malu dengan pesantren. Kami malah sangat bangga menjadi bagian pesantren yang katanya, merupakan sistem pendidikan asli nusantara yang sangat hebat. Punya jebolan-jebolan yang jadi pahlawan dan tokoh nasional. Tapi ya itu tadi, kami kebanyakan malu dengan kemampuan kami. Sebagai manifestasi dari penyesalan kami yang kurang rajin di pesantren dulu.

Ha? Kami? Iya, jangan tersinggung, para lulusan pesantren yang sukses. Lha wong mau bilang saya saja, tapi nyatanya banyak kok. Silahkan cek di kampus-kampus. Pasti ada para lulusan pesantren yang menyembunyikan identitas kesantrianya. Seperti misalnya bila disuruh perkenalan, bilang lulusan MA lalu menyebutkan daerah. Bukan nama pesantrenya. Juga misalnya, saya belajar dari kawan saya yang memakai peci waktu kuliah, akhirnya dijadikan ketua kelompok, karena terlihat bijaksana. Akhirnya ia pun kapok pakai peci.

Tapi tenang, tidak semua lulusan pesantren kayak kami kok. Seperti misalnya, di instagram viral seorang santriwati cantik dari Situbondo yang pandai baca kitab dan menjelaskan gramatika arab atau biasa kami menyebutnya, nahwu shorof. Kami juga diam-diam bangga dan bahagia melihat senyumnya.

Atau berita di Indosiar, soal santriwati salah satu pesantren di Kajen-Pati yang menjadi haji muda pada usia 19 tahun sebagai hadiah dari orang tuanya, karena hafal alqur’an di usia 15 tahun. Subhanallah ukhty. Ini lho pesantren itu.

Baca Juga:

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Persamaan Kontroversi Feodalisme Pondok Pesantren dan Liverpool yang Dibantu Wasit ketika Menjadi Juara Liga Inggris

Balik lagi soal kami. Meski begini, kami menyadari, namanya identitas, sekalipun disembunyikan, lama-lama ketahuan juga. Lagipula seharusnya apapun alasanya, tidak boleh menjadikan identitas itu sebagai beban. Kami berusaha sebisa mungkin untuk kembali belajar memantaskan diri. Kami tidak ingin perasaan malu dan penyesalan ini sebagai final. Karena bagi kami yang final, hanya Pancasila. Asek.

Begitulah, sebenarnya saat kita dulu dilepas kiai-kiai kita waktu wisuda bukan karena sekedar lulus imtihan akhir. Tapi untuk menghadapi ujian sesungguhnya yang tentunya akan lebih berat. Nah, kalo merasa nggak kuat, panggil lagi teman-teman pesantren kita. Jangan lupa, pesan secangkir kopi. Karena di Pesantren, kita tak pernah sendiri. Gimana bang Vicky, kapan ngopi?

BACA JUGA Pondok Pesantren Salaf Rasa Milenial atau tulisan FN Nuzula lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya

Terakhir diperbarui pada 11 September 2019 oleh

Tags: Pesantrensantrivicky prasetyo
FN Nuzula

FN Nuzula

Dari Pati, Jawa Tengah. Kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mushonep Fathul Ketip.

ArtikelTerkait

Mitos Mahasiswa UIN yang Telanjur Dipercaya Banyak Orang

Mitos Mahasiswa UIN yang Telanjur Dipercaya Banyak Orang

2 Februari 2024
Kuliah di UIN (Unsplash.com)

Kuliah di UIN? Ini 5 Culture Shock yang Dirasakan Lulusan SMA

20 Juni 2022
penangguhan penahanan gugatan hukum RCTI mojok.co

Di Balik Tirai Penolakan Pengabulan Penangguhan Penahanan JRX

11 Oktober 2020
mairil nyampet homoseksualitas pesantren hubungan sesama jenis pelecehan seksual asusila laki-laki mojok.co

Mairil dan Nyampet, Homoseksualitas di Pesantren yang Pernah Saya Saksikan Sendiri

28 Mei 2020
Kalau di Kota Ada Kirim Parsel, di Desa Ada Ater-ater Tipe-tipe Orang saat Menunggu Lebaran Datang Terima kasih kepada Tim Pencari Hilal! Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Bulan Syawal Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Lebaran Buku Turutan Legendaris dan Variasi Buku Belajar Huruf Hijaiyah dari Masa ke Masa Serba-serbi Belajar dan Mengamalkan Surah Alfatihah Pandemi dan Ikhtiar Zakat Menuju Manusia Saleh Sosial Inovasi Produk Mushaf Alquran, Mana yang Jadi Pilihanmu? Tahun 2020 dan Renungan ‘Amul Huzni Ngaji Alhikam dan Kegalauan Nasib Usaha Kita Nggak Takut Hantu, Cuma Pas Bulan Ramadan Doang? Saya Masih Penasaran dengan Sensasi Sahur On The Road Menuai Hikmah Nyanyian Pujian di Masjid Kampung Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Horornya Antrean Panjang di Pesantren Tiap Ramadan Menjadi Bucin Syar'i dengan Syair Kasidah Burdah Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Pandemi Corona Datang, Ngaji Daring Jadi Andalan Tips Buka Bersama Anti Kejang karena Kantong Kering Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Rebutan Nonton Acara Sahur yang Seru-seruan vs Tausiyah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Aduh, Lemah Amat Terlalu Ngeribetin Warung Makan yang Tetap Buka Saat Ramadan Tong Tek: Tradisi Bangunin Sahur yang Dirindukan Kolak: Santapan Legendaris Saat Ramadan

Pandemi Corona Datang, Ngaji Daring Jadi Andalan

1 Mei 2020
menghitung rakaat salat tarawih aktivis organisasi, kelompok abangan

Alasan Kelompok Abangan Nggak Salat Lima Waktu tapi Nggak Pernah Absen Jumatan

11 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.