Tak bisa dimungkiri, setiap manusia yang hidup pasti merasakan sakit. Di antara sekian banyak penyakit, sebagian ada yang bisa sembuh dengan sendirinya, sebagian lagi harus diobati supaya sembuh. Pengobatan juga bermacam-macam cara, ada yang secara medis maupun alternatif, ada yang secara fisik maupun psikis, bahkan ada yang kasat mata dan tak kasat mata.
Untuk sakit karena virus misalnya. Dalam kasus virus masuk ke tubuh, mereka akan berkembang biak, menyebar, dan merusak sel normal sehingga menyebabkan sakit. Ketika infeksi telah terjadi, tubuh manusia juga mulai melawannya dengan sistem pertahanan tubuh. Sel darah putih dan antibodi mengendus keberadaannya, menguncinya, mengatur serangan, dan menghancurkannya.
Namun, masalahnya saat ini untuk virus SARS-CoV-2, pada sebagian besar umat manusia, sistem pertahanan tubuhnya belum terlatih untuk melawan virus ini. Juga belum ditemukan obat yang efektif membasmi virus ini ketika sudah menginfeksi tubuh. Sebagian yang bernasib baik akan sembuh, sebagian yang lain akan meninggal.
Situasi pandemi seperti sekarang ini membuat banyak peneliti berlomba untuk menemukan penangkal Covid-19. Beberapa negara bahkan sudah sampai tahap uji klinis pada manusia, tinggal menunggu waktu sampai obat ataupun vaksin corona tersebut diproduksi secara massal dan kita dapat merasakan manfaatnya.
Ada kabar baik bagi kita semua, media mengabarkan bahwa sudah didapat beberapa kandidat vaksin corona. Salah satu yang mampir ke Indonesia untuk uji klinis adalah vaksin Sinovac dari Tiongkok. Vaksin corona ini sedang dalam proses uji klinis fase ke-3. Artinya, ia sudah melewati uji klinis fase ke-1 dan fase ke-2; sudah pernah diuji pada sekelompok manusia dan hasilnya manjur. Kini tinggal menambah jumlah populasi sampel, pengujian akan dilakukan pada ribuan relawan yang sedang dalam kondisi positif Covid-19, untuk memastikan khasiat dan efek samping yang mungkin timbul.
Perjalanan penemuan vaksin umumnya memang butuh waktu yang tidak sebentar, seperti pada tulisan saya sebelumnya. Serangkaian pengujian dan pembuktian harus dilewati sehingga dihasilkan vaksin yang aman, berkhasiat, efektif, dan bisa digunakan banyak orang.
Pada kasus penyakit yang mudah menular, pemberian vaksin lebih efektif dibandingkan dengan obat. Sejarah membuktikan bahwa beberapa penyakit menular yang disebabkan oleh virus, seperti polio dan campak, dapat diatasi dengan vaksin.
Apalagi dalam kasus Covid-19 ini, yang persentase sembuh atau meninggalnya tergantung kondisi respons imun pasien. Melatih sistem imun untuk menjadi kebal adalah solusi yang masuk akal. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Itulah mengapa vaksin Covid-19 tetap penting.
Obat berperan dengan langsung memperbaiki bagian yang sakit, menghilangkan gejala, maupun melawan penyebab sakitnya. Sedangkan vaksin lebih ke arah melatih pasukan tempur dalam diri manusia untuk memerangi virus yang masuk.
Seperti apa sih gambarannya vaksin itu? Berikut pengertiannya menurut Permenkes nomor 12 tahun 2017: “Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.”
Artinya, vaksin memicu tubuh untuk dapat melawan sendiri penyakit tertentu, dalam hal ini virus.
Dalam perkembangannya, vaksin dapat diberikan pada orang yang sakit maupun yang sehat. Jika diberikan pada orang yang sakit, misalnya terkena virus, maka vaksin berfungsi sebagai antivirus (therapeutic agent). Sedangkan jika diberikan pada orang yang sehat, vaksin berfungsi sebagai pencegahan (profilaksis).
Pemberian vaksin (vaksinasi) dapat melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi dan melawan penyakit tertentu. Ini seperti menyiapkan pasukan dalam sebuah peperangan. Antibodi yang terbentuk akan melawan virus yang dilemahkan. Ketika pertarungan dimenangkan, sistem kekebalan tubuh kita akan mengingat apa yang menjadi musuhnya dan bagaimana cara mengalahkannya.
Vaksinasi merupakan aktivitas individu, tapi manfaat keberhasilannya bersifat komunal. Semakin banyak orang divaksinasi dalam komunitas tertentu, semakin sedikit peluang orang terinfeksi dan menyebarkan penyakit. Area persebaran virus menjadi kecil sebab banyak orang yang sudah kebal. Dengan semakin tidak adanya inang sebagai tempat hidup virus, lama-lama virus tersebut akan musnah.
BACA JUGA Benarkah Indonesia Jadi Kelinci Percobaan Uji Vaksin Corona dari Cina? dan tulisan Abdulloh Suyuti lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.