Pagi itu saya bersama teman ingin berkunjung ke Umbul Senjoyo, sebuah tempat pemandian di dekat Kota Salatiga untuk ciblon. Namun saat itu kondisi di Salatiga sedang dingin-dinginnya. Sebenarnya saya sempat ragu karena khawatir bakal masuk angin karena nggak tahu seberapa dingin air di pemandian nanti. Apalagi saya dari dataran rendah, tentu tak terbiasa dengan air dingin dan lebih memilih air yang suhunya pas atau cenderung hangat.
Akan tetapi saya akhirnya tetap berangkat. Hasrat untuk menjelajah lebih kuat daripada keinginan untuk tetap diam di rumah teman. Lantaran keinginan itu sudah menjadi rencana lama dan tak ingin saya undur kembali, akhirnya saya dan teman berangkat.
Perjalanan menuju lokasi Umbul Senjoyo Salatiga
Perjalanan menuju Umbul Senjoyo dimulai dari rumah teman saya yang jaraknya kurang lebih 10 kilometer. Sebenarnya secara administrasi, Umbul Senjoyo berada di Cebongan, Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Namun lokasinya lebih dekat dari pusat kota Salatiga sehingga banyak yang berkunjung ke sini jika sedang berada di Salatiga.
Selama perjalanan, kami kami disuguhi jalanan yang relatif mulus dan bebas macet, tapi naik-turun. Hanya ada sedikit bagian jalan yang kurang baik, yaitu jalan di Desa Tegalwaton yang merupakan jalan pengantar yang berdekatan dengan lokasi. Tapi jalan ini tak cukup untuk membuat kami kesal, apalagi sampai menghambat perjalanan.
Selanjutnya di ujung perjalanan, sebelum sampai di lokasi tujuan, saya mendapati sebuah jalan dengan nama Jalan Raden Senjaya. Saya bertanya-tanya dalam hati, “Apakah nama tokoh ini yang kemudian diadaptasi sebagai nama pemandian air tersebut?” Lantaran penasaran, saya coba mencari tahu di laman pencarian. Ternyata benar nama Umbul Senjoyo berasal dari nama Raden Sanjaya.
Pemandian yang asri dan menenangkan
Begitu tiba di Umbul Senjoyo Salatiga, hawa sejuk khas pegunungan langsung menyapa kami. Di depan mata, tampak kolam pemandian alami dengan air yang jernih, mengalir langsung dari sumber mata air pegunungan. Terlihat satu kolam dipenuhi ikan mas yang sepi dari aktivitas orang berenang.
Saya sempat bertanya-tanya, apakah memang ada larangan berenang di sana? Namun tak ada papan peringatan yang menunjukkan demikian. Mungkin karena kolamnya dangkal? Tapi bahkan anak-anak pun tak tampak tertarik untuk bermain air di situ. Asumsi saya, selain kolamnya dangkal dan dipenuhi banyak ikan mas, kolam tersebut sepi karena berdekatan dengan akses jalan dari jembatan pembuka menuju tempat pemandian utama yang notabene lebih dalam dan ramai.
Suasana di sekitar umbul tampak asri karena masih dikelilingi pepohonan hijau yang menambah kesan tenang dan alami. Apalagi banyak warung makan yang berjejer, seolah menyambut siapa pun yang ingin beristirahat setelah capek bermain air, atau sekadar duduk ngobrol bareng teman atau keluarga.
Satu hal yang menarik dari Umbul Senjoyo Salatiga adalah kuliner khasnya, yakni bakwan jembak. Bakwan satu ini berbeda dari bakwan pada umumnya karena menggunakan daun jembak sebagai bahan utama. Bagi yang belum tahu, daun jembak adalah selada air. Gorengan ini enaknya dinikmati selagi hangat. Dingin-dingin makan bakwan jembak, sungguh perpaduan yang cocok.
Baca halaman selanjutnya: Tapi nggak cocok dikunjungi orang yang nggak tahan dingin…