Pandemi yang mewabah negeri saat ini menimbulkan beberapa problem di berbagai sektor. Ekonomi, kesehatan, pendidikan, birokrasi dan sebagainya jelas-jelas mengalami kekacauan. Kondisi ini tentu berdampak pada mahasiswa yang hidupnya masih ditanggung orang tua, sama seperti saya ini. Uang buat beli sabun mandi aja masih minta orang tua.
Bapak saya yang mata pencahariannya sebagai produsen meubel kecil-kecilan juga terdampak karena adanya pandemi ini. Biasanya bulan-bulan dari awal ramadhan sampai lebaran haji itu ramai-ramainya pesanan, tetapi lain dari yang lain pada awal ramadhan sampai syawal sebentar lagi usai di tahun ini industri meubel lagi sepi. Satu dua set kursi yang terjual pun udah bersyukur. Dari kondisi tersebut tentu berdampak juga pada pola hidup saya.
Sudah sejak akhir maret sampai sekarang saya di rumah. Luntang-lantung sembari kuliah online adalah aktivitas saya tiap harinya di samping ngurusin ternak yang ada di rumah biar tidak jenuh bin gabut tentunya. Kondisi ekonomi untuk kalangan kelas buruh dan pekerja serabutan maupun masyarakat yang bekerja di UMKM tentu sangat down di masa pandemi ini. Butuh makan aja susah ditambah dengan masyarakat yang mempunyai anak yang sedang bersekolah atau berkuliah dan jelas-jelas mereka tentunya butuh uang, untuk beli kuota misalnya kan kegiatan belajarnya online.
Menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim kemarin pun sudah memberikan klarifikasi bersama jajaran menteri-menteri yang lain terkait kegiatan belajar mengajar baik dari jenjang dasar sampai kuliah akan tetap berjalan seperti biasanya tetapi dilaksanakan secara online sampai akhir tahun katanya. Dari pernyataan tersebut sontak saya berpikir “wah tidak terasa semester depan harus bayar UKT lagi, nggak kerasa banget kayak mimpi”
Kondisi ekonomi orang tua yang lagi seret bahkan mogok total yang hal ini tentu menjadi problem besar dan sangat besar sekali. Kebijakan dari kampus pun kalau mau ngurus berkas penundaan atau pun pembebasan uang UKT sulitnya minta ampun, beli materai seabrek harus gini harus gitu dan pokonya ribetnya amat. UKT tentu menjadi hal yang sangat dilema. Mau dibayar tapi kondisi ekonomi lagi seret dan tentu nggak tega saat minta ke orang tua, nggak dibayar nggak bisa ikutan kuliah.
Untuk mahasiswa rantau yang sedang ngekost tentu juga menambah masalah lagi bagi pikirannya. Isi chat ibu/bapak kost yang selalu menagih uang pembayaran kost selalu terngiang di pikirannya. “kalau nggak dibayar ya barang-barang kalian akan ibu buang dari kamar” begitulah kiranya isi chat dari sang empunya kost. Apalagi mahasiswa rantau luar pulau nan jauh di sana, mau diambil tapi jauh, nggak diambil kalau nggak dibayar dibuang dan akhirnya menyerah untuk bayar saja dengan setengah ikhlas.
Di samping kedua masalah besar mahasiswa yang dihadapi saat ini tentu ada masalah yang paling besar lagi. Apa itu? Ya, uang jajan.
Biasanya kalau sedang kuliah mahasiswa rantau khususnya tinggal nelpon atau chat orang tuanya ketika anggaran belanjanya habis dan tinggal bilang “Pak/Bu uangnya sudah habis tolong secepatnya dikirimin yaa”, zona yang sangat nyaman sekali sepertinya itu, seperti minta ke world bank saja cuman tidak perlu mikir buat ngembaliin.
Namun, jangan harap deh mahasiswa di kala pandemi ini yang sedang di rumah aja ngomong begitu ke orang tuanya. Ujung-ujungnya malah terkena semprot layaknya semprotan desinfektan. Hal ini tentu juga menjadi sangat dilematis, bagaimana tidak bahwa mau minta ngerasa tidak enak dan takut kena semprot dan kalau tidak minta serasa hidup hampa karena tidak punya uang dan tidak bisa jajan. Boro-boro ngajakin jalan sama pacar, mustahil lah di kala musim corona seperti ini bisa ngemall dan haha hihi sama teman atau pacar.
Uang jajan memang suatu hal vital untuk kehidupan mahasiswa saat ini, di samping untuk beli kuota dan kebutuhan yang lain ada kebutuhan pokok bagi mahasiswa sekarang ini yang mengharuskan mereka tetap cantik di kala pandemi ini. Skincare menjadi barang pokok yang harus dibeli dan belinya itu harus memakai uang. Masalah lagi ini tentunya bagi mahasiswa. Saya menemukan kasus ini di beberapa cuitan twitter teman saya, salah satunya gini “nggak bisa beli skincare nggak dapat uang jajan”, ditambah ada emot nangis. Parah nggak tuh.
Dari ketiga masalah besar tersebut yang dihadapi mahasiswa saat ini ketiganya tidak berpengaruh dan tidak berarti sama sekali untuk anak konglomerat atau anak pejabat yang bisa kerja dari rumah dan tetap gajian setiap bulan orang tuanya. Ketiga masalah tersebut hanya dirasakan mahasiswa yang ekonominya masih ditanggung orang tuanya dan kondisi ekonomi orang tuanya yang lagi melakukan aksi mogok di tengah pandemi seperti ini. Kondisi ini tidak hanya dialami oleh saya pribadi, mungkin yang membaca tulisan ini meratapi nasib yang sama. sabar ya.
BACA JUGA Kuliah Online Sampai Akhir Tahun, Kosan Tetep Harus Dibayar walau Nggak Diisi, Hiks atau tulisan Asrorur Rahim lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.