Saya lahir dan besar di Kebumen, sebuah kabupaten yang selama ini sering (dan mungkin agak pasrah) disebut sebagai “kabupaten termiskin di Jawa Tengah”. Sebuah label yang kadang terasa seperti kutukan, meskipun sebagian dari kami sudah mulai mengubahnya jadi bahan candaan. Sebab kalau tidak ditertawakan, bisa-bisa air mata jatuh di nasi penggel (makanan khas dari Kebumen).
Tapi, siapa sangka? Kabupaten yang dulunya dikenal karena minimnya pabrik, sepinya lowongan kerja, dan jalanan berlubang ini, sekarang sedang naik kelas. Bukan karena mendadak semua warganya kaya dan belanja di mal setiap minggu. Bukan juga karena kita punya MRT atau Starbucks. Tapi, karena Geopark. Dan bukan sembarang Geopark, tapi UNESCO Global Geopark alias UGGp!
Apa itu UGGp dan kenapa penting buat orang Kebumen?
UNESCO Global Geopark itu semacam pengakuan dari dunia internasional atas kekayaan geologi dan warisan alam yang dimiliki sebuah wilayah. Dan iya, Kebumen, si kabupaten termiskin itu, sekarang masuk daftar elit itu. Yang dulunya cuma dikenal karena statusnya sebagai kabupaten termiskin, sekarang masuk jaringan global yang juga diisi sama destinasi keren seperti Gunung Rinjani dan Danau Toba. Ndilalah, kita satu geng sekarang!
Pengakuan ini bukan datang tiba-tiba. Butuh bertahun-tahun riset, pemetaan, dan tentunya kerja keras dari banyak pihak. Dari pesisir Karangbolong yang penuh batuan tua, Pegunungan Karst di Gombong Selatan, sampai situs fosil purba di kawasan Karangsambung, semuanya punya nilai ilmiah tinggi yang bikin ilmuwan geologi luar negeri geleng-geleng kepala.
Baca halaman selanjutnya: Kebumen yang dulu bukan yang sekarang…



















