Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Tradisi Munggahan: Tradisi Sunda Jelang Ramadan yang Bikin Perut Kembung

Tazkia Royyan Hikmatiar oleh Tazkia Royyan Hikmatiar
23 April 2020
A A
Tradisi Munggahan: Tradisi Sunda Jelang Ramadan yang Bikin Perut Kembung
Share on FacebookShare on Twitter

Dulu waktu rumah hampir semua keluarga besar ibu saya di Bandung (berdekatan dengan rumah saya) kalau menjelang Ramadan pasti saja perut kembung karena dijejali berbagai makanan dari mereka. Pasalnya, dalam tradisi Sunda ada tradisi botram (makan bareng-bareng) yang biasa kami sebut dengan munggahan sebagai salah satu rukun menjelang Ramadan.

Arti Munggahan

Munggahan merupakan bahasa Sunda yang akar katanya adalah munggah, artinya naik ke tempat yang lebih tinggi. Atas pemaknaan tersebut, banyak masyarakat Sunda ketika munggahan senang pergi ke tempat-tempat tinggi semacam air terjun, gunung, dan sebagainya.

Secara filosofis, dulu munggahan adalah semacam relasi sosial masyarakat yang terstruktur dari kelompok atas (hinggil) sampai kelompok bawah (handap). Kelompok hinggil adalah anak pertama dan kedua dalam keluarga yang menetap di wilayah dalam. Sementara kelompok handap adalah anak bungsu dan pangais bungsu yang merantau dan menetap di luar willayah dalam.

Kelompok hinggil berperan untuk menjaga keorisinilatisan budaya leluhur dan dianggap memiliki kedekatan untuk dapat berkomunikasi dengan Tuhan ataupun roh leluhur. Nah, kalau kelompok handap sengaja merantau untuk mengembangkan ekonomi, sosial, dan politik di luar suku Sunda. Menurut strata sosial Hinduisme, kelompok handap ini diidentifikasi sebagai kelompok waisha dan sudra.

Keadaan kelompok bawah yang merantau dan tidak berada di wilayah asli membuat mereka dianggap tidak dekat dengan Tuhan, makanya mereka nggak bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan atau leluhur. Untuk itulah, agar kelompok handap tetap dapat berkomunikasi dengan Tuhan dan leluhur, diperlukan media yang dapat menghubungkannya, kelompok hinggil itulah yang dapat jadi medianya.

Momentum Bulan Syaban

Lantaran bulan Syaban diyakini menjadi momen berkumpulnya para loh leluhur, maka momen ini dianggap penting bagi kelompok handap dan hinggil bertemu untuk berkomunikasi dengan mereka. Karena kelompok handap nggak bisa langsung ngobrol dengan roh, mau nggak mau kelompok handap naik (munggahan) ke kelompok hinggil agar bisa berkomunikasi dengan roh leluhur.

Saat Islam datang ke dataran Sunda, tradisi munggahan pun mengalami transformasi menjadi semacam upacara penyambutan bulan Ramadan. Seluruh keluarga berkumpul di rumah anak paling tua yang biasanya berada di dataran tinggi dan merajut kembali kasih di antara mereka dengan cara botram dan makan besar.

Sekarang, tentu saja munggahan lagi-lagi mengalami transformasi, menyesuaikan keadaan. Tak perlu lagi ngumpul di rumah anak tertua yang rumahnya di dataran tinggi, bahkan bisa jadi anak tertuanya nggak punya rumah dan masih numpang di rumah orang tua. Makanya kemudian yang penting dari munggahan sekarang adalah kumpul dan makan-makan saja, bersiap menyambut Ramadan dengan suka-cita.

Baca Juga:

4 Ciri Warung Sunda yang Masakannya Dijamin Enak, Salah Satunya Lalapan Selalu Segar

3 Kuliner Solo yang Bikin Culture Shock Lidah Sunda Saya

Tradisi Munggahan di Berbagai Daerah

Di beberapa daerah, munggahan bahkan tidak lagi hanya dilakukan dengan keluarga, tetapi juga dengan para tetangga. Masak bareng, makan bareng, cuci bekas makan bareng, dan tentu saja sendawa bareng. Pokoknya munggahan menjadi tradisi yang membahagiakan buat kami, apalagi anak-anak. Mereka biasanya bahkan sengaja main ke rumah tetangga hanya untuk merasakan makanan apa yang dibuat mereka, sampai engap karena kembung!

Dalam versi modern, munggahan bahkan dijadikan sebuah rangkaian acara bakti sosial. Sekolah saya dulu misalnya, beberapa hari menjelang Ramadan bikin kegiatan yang namanya Munggah Bungah, artinya munggahan dengan bahagia. Acara itu khusus dibikin untuk anak-anak pengidap talasemia, beberapa anak difabel, dan murid-murid sekolah kami tentu saja. Selain makan-makan sampai perut keras, acara itu juga ngasih duit, hiburan panggung, dan konser hardcore yang tentu saja ini bercanda.

Selain Ramadan dan lebaran, munggahan tentu saja adalah momen yang paling kami tunggu. Sayangnya, karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah diberlakukan di daerah Bandung Raya, saat ini di daerah saya sepi, nggak ada suara gesekan serok dengan wajan, nggak ada bau-bau masakan yang enak, bahkan nggak ada anak-anak yang saling mengunjungi rumah kawan-kawannya. Sedih sekali.

Bahkan saat menulis ini, saya cuma ditemani kopi buatan sendiri, tapi tak apa. Mari sambut Ramadan dengan tetap bersuka-cita dan dengan kesepian tentu saja. Sekali lagi, tak apa, yang penting pandemi ini segera berakhir saja.

BACA JUGA Menikmati Ramadan sebagai Mahasiswa Rantau dan tulisan Tazkia Royyan Hikmatiar lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 November 2025 oleh

Tags: munggahanRamadanSundatradisi
Tazkia Royyan Hikmatiar

Tazkia Royyan Hikmatiar

Lahir sebagai anak kelima dari enam bersaudara, alhamdulilah lahirnya di bidan bukan sama orang pintar daerah Bandung. Setelah tahu bahwa kata ternyata bisa membuat dia bahagia, akhirnya saya memutuskan untuk mendalami sastra di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Sempat mengikuti banyak komunitas kepenulisan, namun sekarang lebih fokus bekerja untuk keabadian di Pers Mahasiswa Poros UAD. Saya bisa dihubungi lewat WA di 088216427712

ArtikelTerkait

Pantjoran Tea House Glodok, Menjaga Tradisi Minum Teh Kapitan Cina di Bangunan yang Berusia Lebih dari 120 tahun

Pantjoran Tea House Glodok, Menjaga Tradisi Minum Teh Kapitan Cina di Bangunan yang Berusia Lebih dari 120 tahun

8 Januari 2024
Jika Seorang Wibu Diberi Kesempatan Bikin Iklan Sirup Marjan

Jika Seorang Wibu Diberi Kesempatan Bikin Iklan Sirup Marjan

29 Maret 2020
sahur on the road

Alternatif Pengganti Sahur on the Road

16 Mei 2019
Kasta Lalapan yang Biasa Jadi Teman Makan Orang Sunda Mojok.co

Kasta Lalapan yang Biasa Jadi Teman Makan Orang Sunda

10 Agustus 2024
balon udara tanpa awak ponorogo mojok

Balon Udara Ponorogo: Apakah Tradisi Perlu Dipertahankan Jika Penuh Bahaya?

31 Mei 2021
Menampik Stigma Masyarakat Madura yang Selalu Dibilang Keras dan Beringas terminal mojok.co

Menampik Stigma Masyarakat Madura yang Selalu Dibilang Keras dan Beringas

6 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu
  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.