Selepas KPI alias Komisi Penyiaran Indonesia kembali menegur tayangan kartun SpongeBob SquarePants beberapa waktu lalu, saya cepat-cepat menemui SpongeBob di kediamannya untuk mengadakan wawancara (imajiner). Saya kabarkan kepada busa kuning bercelana kotak itu soal isu terkait dirinya. Saya juga menceritakan hal-hal lain tentang KPI dan Indonesia. Hitung-hitung berbagi kisah kepada tokoh kartun favorit. Kapan lagi coba?
SpongeBob menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan antusias. Tapi, katanya dia tidak punya banyak waktu. Dia harus mengurus Gary, main sama Patrick, dan kerja di Krusty Krab lagi. Karena itu, saya tidak jadi mewawancarainya panjang-lebar. Saya hanya memintanya untuk membikin semacam surat protes kepada KPI yang seolah-olah selalu menganaktirikan ia dan kawan-kawannya. Syukurlah, SpongeBob menyanggupkan diri dan beginilah isi surat protes darinya.
Catatan: Jangan heran kalau SpongeBob kayak sok tahu banget tentang kondisi kekinian Indonesia. Terus, jangan geleng-geleng kepala juga atau langsung ngucap masyaAllah kalau cara bicara SpongeBob terkesan kayak sudah lama banget tinggal Indonesia. Soalnya saya emang banyak nyeritain dia tentang Indonesia pada sela-sela wawancara.
Salam hormat,
Saya mewakili penduduk Bikini Bottom menyampaikan salam dan hormat sedalam-dalamnya kepada KPI dan jajarannya. Padahal sebetulnya saya mau langsung marah-marah saja seperti Squidward atau Tuan Krabs ketika duitnya hilang. Tapi kata orang yang meminta saya menulis surat protes ini, negeri Anda adalah negeri yang penuh ramah tamah dan sopan santun. Jadi, saya harus ramah dan sopan dulu, walau hati saya kesal banget. Biar busa-busa begini dan tinggal di dalam nanas, saya juga punya hati, Bos.
Saya dengar-dengar Anda menegur tayangan kartun saya di negara Anda gara-gara ada adegan seekor kelinci melakukan tindakan kekerasan terhadap kelinci lain. Dan itu bukan pertama kalinya Anda melakukan hal tersebut. Ketika Sandy si tupai sahabat saya itu pakai bikini, badannya disensor. Itu kerjaan lembaga sensor atau Anda ya? Sama sajalah. Lalu soal melempar tart ke muka juga Anda permasalahkan.
Kata Anda itu semua ada Undang-Undangnya. Ah, masa bodohlah, saya nggak mengerti soal Undang-Undang. Yang saya tahu cuma udang. Udang asam-manis di negeri Anda dengar-dengar enak, ya? Ah, nggak, saya nanya doang. Gini-gini saya nggak makan temen kok. Masak sih saya makan sesama kaum sendiri.
Saya mau kasih tahu saja, semua adegan yang Anda tegur itu lazim belaka. Kami semua ketika memerankannya juga tidak merasa sakit dan berniat saling menyakiti, kok. Lagi pula itu bukan adegan yang dominan ada. Kebanyakan isi siaran kami kan hiburan. Anda kok merhatiinnya yang begituan doang. Nggak boleh tajassus, tauk~
Itu juga cuma akting dan kami hanya kartun. Kok Anda mengkriminalisasi kami, sih? Anda pasti belum pernah dikejar Cacing Besar Alaska, ya? Belum pernah merasakan hidup seperti Larry?
Anda urus sajalah masalah-masalah yang lebih penting. Jangan merusak kebahagiaan kami dan para penonton kami. Anda tahu di negeri Anda memang marak kriminalisasi. Tapi, jangan kriminalisasi kartun juga keles.
Lebih baik Anda tegur itu tayangan-tayangan infotainment yang isinya cuma gosip dan aib orang, sinetron cinta-cintaan yang logika ceritanya amburadul, atau sinema azab nggak jelas. Jangan malah-malah mengganggu tayangan yang baik-baik saja seperti SpongeBob SquarePants. Anda memang nggak malu negur tayangan yang tokoh utamanya hanya ‘seorang’ spons?
Fyi aja nih, ya. Serial yang saya bintangi bersama Patrick, Squidward, Tuan Krabs, Sandy, Plankton, dan kawan-kawan lainnya ini sudah menjadi objek kajian penelitian banyak orang. Mulai yang berbentuk jurnal, skripsi, sampai tesis.
Lha siaran-siaran yang malah Anda biarkan itu, sudah dapat apa mereka? Palingan juga makian netizen doang.
Tapi kok Anda malah nggak memperhatikannya, ya? Seakan-akan Anda mendiamkan tayangan tidak bermutu itu menghamburkan waktu dan merusak otak penontonnya. Padahal, seharusnya Anda memberantas tayangan-tayangan macam itu dulu. Tugas Anda kan berusaha agar tayangan-tayangan di televisi negeri Anda bermutu, bukan ngurusin beha tupai.
Melalui rekam jejak Anda yang saya tahu, Anda ini masih muda umurnya, ya? Kelahiran 2002. Tuaan saya dong, ya. Pendek-pendek gini, umur saya 33 tahun—kalau nggak salah ingat. Dan sejak itu, kayaknya nggak ada prestasi atau peran mencolok Anda selain menegur, menegur, menegur, memberi sanksi, memberi sanksi, memberi sanksi. Anda komisi penyiaran atau guru BK?
Dengan sederet alasan itu, saya rasa tidak salah-salah amat kalau ada gagasan agar Anda dibubarkan saja. Daripada buang-buang uang rakyat. Bubarkan sajalah kalau sudah nggak berjalan sesuai fungsinya lagi. Saya juga gitu, kok. Kalau Krabby Patty saya nggak menjalani fungsinya (alias gagal dan nggak enak), saya nggak ragu-ragu membuang-buangnya dan bikin yang baru.
Mungkin lembaga-lembaga itu perlu diperlakukan semacam itu juga. Dan Anda adalah pihak pertama yang harus dibuburkan, eh dibubarkan. Tapi ya itu terserah Anda, saya cuma ngasih masukan aja.
Sudahlah itu saja, saya sibuk. Jangan lupa sesekali main ke Bikini Bottom, biar nggak kaku-kaku amat.
Terima kasih atas perhatiannya.
Salam,
SpongeBob SquarePants (*)
BACA JUGA Halo, Pak Dosen, Apa Hukum Memfotokopi Buku Untuk Kegiatan Akademik Ya? atau tulisan Erwin Setia lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.