Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Stigma Pria yang Mengoleksi Mainan di Usia Dewasa: Dianggap Kekanak-kanakan dan Tidak Memiliki Prioritas

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
3 Desember 2019
A A
Stigma Pria yang Mengoleksi Mainan di Usia Dewasa: Dianggap Kekanak-kanakan dan Tidak Memiliki Prioritas
Share on FacebookShare on Twitter

Di usia yang beberapa tahun lagi menyentuh “kepala tiga”, saya masih suka menonton anime. Genre yang menjadi favorit saya adalah robo-mecha, Gundam salah satunya. Sejak kelas 6 SD hingga sekarang, saya masih mengikuti alur cerita setiap serinya. Lantaran hal tersebut, sejak kecil saya memiliki keinginan untuk mengoleksi gunpla (gundam plastic)—miniatur gundam. Namun, karena harga yang terbilang mahal dan uang saku terbatas, selama sekolah saya tidak pernah memiliki gunpla berjenis apa pun meski ada juga merk KW yang dipasarkan.

Masalahnya, jika membeli yang KW rasanya tidak puas dan khawatir cepat rusak. Jadi, selama sekolah, saya hanya bisa melihat bagaimana beberapa teman yang mampu membeli gunpla dan merakitnya. Pikir saya, kalaupun belum bisa membeli dan memiliki, paling tidak bisa melihat secara langsung bagaimana teman merakit mainan mahal tersebut.

Akhirnya, baru pada saat kuliah, saya bertekad menabung agar mampu membeli gunpla. Tidak peduli cepat atau lambat, yang penting harus memiliki dan merasakan bagaimana sensasi merakit gunpla. Setelah beberapa bulan menabung—tepatnya hampir satu tahun—barulah saya bisa membeli dolanan yang sudah menjadi idaman sejak kecil. Tanpa ragu, saya membeli gunpla bermerk Bandai seharga 700 ribu untuk memuaskan rasa penasaran yang dipendam selama beberapa tahun lamanya. Kala itu, saya senang bukan kepalang layaknya anak kecil yang mendapatkan dolanan baru.

Namun, kesenangan saya seketika terganggu saat beberapa teman secara kompak berkata, “Buat apa beli mainan semahal itu? Nggak bisa diapa-apain. Kalau gue ada uang segitu, mending beli sepatu aja. Ketahuan bisa dipake.” Hal itu juga diperparah oleh orang tua saya yang menyampaikan pernyataan serupa, “Udah besar masih aja beli mainan, Mas. Harganya mahal lagi, kayak anak kecil aja.” Perkataan tersebut masih membekas hingga saat ini.

Maksud saya, memang apa yang salah sih ketika seorang laki-laki dewasa membeli mainan dibanding barang lainnya—bahkan ada yang sampai mengoleksi? Terlebih, saya sudah menginginkannya sejak lama dan untuk bisa membelinya harus menabung hampir satu tahun lamanya.

Hingga akhirnya saya tersadar, lelaki dewasa yang masih saja membeli mainan—apalagi sampai mengoleksi—sering kali dianggap kekanak-kanakan dan tidak tahu prioritas, mana yang lebih penting untuk dibeli. Padahal, mengoleksi mainan dapat tergolong sebagai suatu hobi, dan hobi tentu tidak bisa dipaksakan karena akan tergantung dari selera dan bersifat personal.

Lagipula, sejak kapan antara mengoleksi mainan di usia dewasa berbanding lurus dengan sifat kekanak-kanakan seseorang? Apalagi jika kasusnya seperti saya yang baru sanggup membeli mainan di usia dewasa. Itu pun memerlukan perjuangan yang luar biasa. Bisa jadi, apa yang dibeli oleh seseorang di usia dewasa—ketika sudah memiliki penghasilan lebih—merupakan hasrat atau keinginan terpendam sejak lama karena dahulu belum memiliki uang yang cukup untuk membeli suatu barang. Jadi, sebelum menghakimi, apa tidak sebaiknya bertanya terlebih dulu? Hehehe.

Pada dasarnya, selalu ada kepuasan tersendiri saat bisa membeli sesuatu dengan kerja keras dan usaha sendiri, termasuk membeli mainan yang sudah lama diinginkan. Meski pada prosesnya, terkadang menjengkelkan karena banyak pertimbangan jika ada kebutuhan lain yang sifatnya lebih penting. Jadi, mau tidak mau harus menyisihkan untuk prioritas lain. Hanya saja, hal seperti ini sering kali tidak disadari oleh orang di sekitar. Tidak heran jika banyak orang yang menganggap mereka yang membeli mainan seakan tidak memiliki prioritas dan hanya menghambur-hamburkan uang—boros.

Baca Juga:

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Guru, Sebaiknya Cari Profesi Lain kalau Nggak Ingin Menyesal Seumur Hidup

Alasan Orang Dewasa Masih Suka Nonton Upin Ipin, Ingin Nostalgia hingga Episode yang Ghibah-able

Jika memang niat, mengoleksi mainan bisa dijadikan ladang penghasilan yang cukup menjanjikan. Entah menjadi distributor, penjual dalam skala besar, atau paling tidak mainan yang dimiliki bisa diikutsertakan dalam event tertentu—dilombakan atau dibuat diorama dengan tema tertentu—dan pastinya akan mendapatkan penghargaan dalam bentuk piagam juga materi, jika menjadi pemenang. Belum lagi adanya forum dengan hobi serupa, tentu akan ada banyak manfaat yang didapat, utamanya sih bertukar informasi yang sifatnya baik.

Dalam bentuk apa pun, selama baik dan tidak merugikan orang lain, yang namanya hobi tidak memiliki batasan gender maupun usia. Semua bisa menikmati hobi sesuai minatnya masing-masing tanpa harus menghiraukan cibiran dari orang lain. Atas dasar pemikiran tersebut, semoga semakin banyak orang yang menyadari bahwa hobi itu soal minat dan selera yang tidak perlu diganggu gugat keberadaannya—selama tidak menganggu privasi orang lain.

BACA JUGA Please deh, Permainan Arkade itu Digunakan Bergantian, Bukan Untuk Dikuasai Satu Orang atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 Desember 2019 oleh

Tags: Anak-Anakgundammainanpria dewasa
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

blokir gim voucher game online mending rakit pc steam dark souls III genre game menebak kepribadian dota 2 steam esports fall guys mojok

Blokir Gim Online Itu Solusi Bodoh yang Muncul dari Pemikiran Bodoh

29 Juni 2021
puasa beduk belajar puasa setengah hari mojok

Puasa Beduk, Cara Efektif Mengajari Puasa untuk Pemula. #TakjilanTerminal11

18 April 2021
bullying perundungan sekolah mojok

Kok Bisa Ada Orang Tua Bangga Anaknya Jadi Pelaku Bullying?

28 Juli 2020
4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Guru, Sebaiknya Cari Profesi Lain kalau Nggak Ingin Menyesal Seumur Hidup Mojok.co

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Guru, Sebaiknya Cari Profesi Lain kalau Nggak Ingin Menyesal Seumur Hidup

29 Mei 2024
Lebaran Tahun Ini: Meski Raga Tak Bersama, Silaturahmi Tetap Harus Terjaga Berlutut dan Pakai Bahasa Jawa Kromo Adalah The Real Sungkeman saat Lebaran Selain Hati, Alam Juga Harus Kembali Fitrah di Hari yang Fitri Nanti Starter Pack Kue dan Jajanan saat Lebaran di Meja Tamu Mengenang Keseruan Silaturahmi Lebaran demi Mendapat Selembar Uang Baru Pasta Gigi Siwak: Antara Sunnah Nabi Atau Komoditas Agama (Lagi) Dilema Perempuan Ketika Menentukan Target Khataman Alquran di Bulan Ramadan Suka Duka Menjalani Ramadan Tersepi yang Jatuh di Tahun Ini Melewati Ramadan dengan Jadi Anak Satu-satunya di Rumah Saat Pandemi Memang Berat Belajar Gaya Hidup Eco-Ramadan dan Menghitung Pengeluaran yang Dibutuhkan Anak-anak yang Rame di Masjid Saat Tarawih Itu Nggak Nakal, Cuma Lagi Perform Aja Fenomena Pindah-pindah Masjid Saat Buka Puasa dan Salat Tarawih Berjamaah 5 Aktivitas yang Bisa Jadi Ramadan Goals Kamu (Selain Tidur) Nanti Kita Cerita tentang Pesantren Kilat Hari Ini Sejak Kapan sih Istilah Ngabuburit Jadi Tren Ketika Ramadan? Kata Siapa Nggak Ada Pasar Ramadan Tahun Ini? Buat yang Ngotot Tarawih Rame-rame di Masjid, Apa Susahnya sih Salat di Rumah? Hukum Prank dalam Islam Sudah Sering Dijelaskan, Mungkin Mereka Lupa Buat Apa Sahur on the Road kalau Malah Nyusahin Orang? Bagi-bagi Takjil tapi Minim Plastik? Bisa Banget, kok! Nikah di Usia 12 Tahun demi Cegah Zina Itu Ramashok! Mending Puasa Aja! Mengenang Kembali Teror Komik Siksa Neraka yang Bikin Trauma Keluh Kesah Siklus Menstruasi “Buka Tutup” Ketika Ramadan Angsle: Menu Takjil yang Nggak Kalah Enak dari Kolak Nanjak Ambeng: Tradisi Buka Bersama ala Desa Pesisir Utara Lamongan

Anak-anak yang Rame di Masjid Saat Tarawih Itu Nggak Nakal, Cuma Lagi Menghibur Aja

13 Mei 2020
shinbi's house anime mojok

Teman Saya Meminta Anaknya Stop Nonton ‘Shinbi’s House’, dan Dia Menyesal

24 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.