Gap yang terlihat
Terbayang bukan, bahwa saja aja mumetnya baik itu guru maupun orang tua yang punya anak PAUD. Pasalnya, siswa PAUD masa kini diberi saran untuk tidak terburu belajar baca tulis. Sementara itu, jelas bahwa buku-buku SD, kalimatnya saja njlimet luar biasa. Jangankan anaknya, orang tuanya pun ada lho yang tidak paham dengan isi buku pelajaran. Jadi bagaimana orang tua yang sudah lelah untuk bertahan hidup, bisa mengupayakan lebih untuk urusan akademis?
Menurut saya, perbaikan yang perlu dilakukan ya di dalam pembuat kebijakan soal pendidikan itu sendiri. Dalam sosialisasi di TK tempat anak bungsu saya bersekolah, hadir narasumber dari Kemendikbudristek. Beliau menyampaikan bahwa saat ini ada Gerakan Transisi PAUD SD yang Menyenangkan.
Secara tersirat disampaikan bahwa gerakan ini dirancang untuk menjembatani gap antara Guru PAUD dan SD awal terkait kemampuan calistung anak. Dalam gerakan ini, capaian calistung dilonggarkan hingga anak berada di kelas 2 SD dan penekanan penghapusan sistem ujian calistung untuk seleksi SD. Meski gagasannya bagus, tapi ya percuma kan jika di tingkat SD sendiri instrumen pembelajaran dan ujiannya jelas-jelas menuntut kemampuan calistung siswa.
Seperti biasa
Seperti biasa, program baru yang visi misinya indah itu, baru tersosialisasikan ke sebagian kecil guru dari ratusan ribu guru di Indonesia. Masih banyak guru yang belum mendapatkan pembekalan soal ini. Ketidakmerataan begitu nyata. Inilah mungkin pemicu dari apa yang sedang terjadi di Pangandaran.
Ketidakmerataan program, ketimpangan wawasan, telatnya pembekalan, banjirnya program baru, serta daftar kerja yang panjang untuk pihak sekolah yang menjadi latar belakang fenomena siswa SMP belum bisa membaca.
Artinya apa, kita tidak usah saling tunjuk siapa yang salah dan harus ngapain. Karena yang sudah kita percaya dan kita tunjuk serta punya kewenangan masih banyak melengosnya. Ya, mau bagaimana lagi, hidup memang tidak pernah ideal.
Penulis: Butet Rachmawati Sailenta Marpaung
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Anak Haram itu Bernama Calistung (Membaca, Menulis, dan Berhitung)