Anak Haram itu Bernama Calistung (Membaca, Menulis, dan Berhitung) – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Kampus Pendidikan

Anak Haram itu Bernama Calistung (Membaca, Menulis, dan Berhitung)

Mbah Din-X oleh Mbah Din-X
15 Juni 2019
0
A A
Calistung (Membaca, Menulis, dan Berhitung)

Calistung (Membaca, Menulis, dan Berhitung)

Share on FacebookShare on Twitter

Pernah dengan pepatah Jawa yang mengatakan culke ndase cekeli buntute—maknanya dilepaskan kepalanya tapi dipegang ekornya. Hasilnya kloget-kloget—sekilas nampak bebas akan tetapi tidak bisa kemana-mana. Mungkin itu kalimat yang tepat untuk menggambarkan penerimaan siswa baru Sekolah Dasar di negara kita tercinta, Indonesia.

 

Bagaimana pasalnya? 

Menurut Pemerintah, setiap SD dilarang mengadakan tes calistung (membaca, menulis, dan berhitung) dalam proses penerimaan siswa baru. Jadi calon murid tidak boleh diseleksi berdasarkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung-nya. Selama masih dalam satu zonasi, wajib diterima. Sepintas aturan itu masuk akal. Anak kecil masuk sekolah kan niatnya memang mau belajar. Dari yang semula tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung masuk sekolah dasar agar bisa membaca menulis dan berhitung.


Logika itu masuk akal jika diterapkan pada zaman dahulu—zaman Pak Harto belum bisa dibuat meme “Enak zamanku to”. Sebab saat itu pelajaran kelas 1 SD adalah ini Budi, ini bapak Budi, ini ibu Budi, ini kakak Budi, ini adik Budi, dan Budi-Budi yang lain. Fokus pelajaran kelas 1 adalah latihan membaca dan menulis. Lha sekarang? Pelajaran kelas 1 SD saja sudah berat. Tebal bukunya saja sudah naudzubillah—kita ambil contoh, buku tema Diriku tebalnya 170 halaman. Anak dituntut sudah bisa membaca dan menulis agar bisa memahami materi yang ada.

Ah, kamu yang kuno. Model pembelajaran jaman sekarang kan memang harus begitu. Bukan hapalan tetapi pemahaman. Halo mas bos. Bagaimana mau memahami, kalau membedakan huruf b dan d saja kebalik, membaca angka 10 saja dengan bunyi satu puluh dan membuka buku saja masih kebalik.

 

Kan sudah dilatih membaca ketika masih TK?

Itu dia masalahnya. Pemerintah juga melarang guru-guru TK untuk mengajarkan anak-anak dengan materi membaca dan menulis. Alasannya karena pada usia tersebut belum waktunya untuk membaca dan menulis. Usia tersebut adalah usia bermain. Kalaupun sebagian besar TK mengajarkan siswa-siswanya untuk membaca dan menulis, itu adalah materi “sembunyi-sembunyi”. Coba cek kurikulum resmi yang mereka gunakan, materi pelajaran membaca dan menulis tidak akan kita temukan.

Jadi pelajaran membaca dan menulis pada khasanah pendidikan kita itu ibarat anak haram—ada tetapi tidak dianggap. Di level TK tidak boleh diajarkan sedangkan di level Sekolah Dasar tidak mungkin diajarkan. Entah pepatah apa yang tepat untuk menggambarkan keadaan tersebut.

Mungkin Pemerintah bisa berkilah. Anak-anak jaman sekarang kan makanannya bergizi, otaknya cepat berkembang, sehingga tanpa bisa membacapun dia bisa memahami. Buktinya mereka sudah bisa main game di smartphone tanpa perlu bisa membaca. Jangan bandingkan dengan masa kecilmu yang hanya makan tiwul dong mas.

Nyuwun sewu, Pemerintah—anak-anak kecil jaman sekarang bisa main HP itu karena ikon-ikonnnya mudah dipahami dan itu hanya khusus untuk HP Android. Saya punya buktinya meski hanya dalam skala kecil. Di rumah saya ada 3 jenis HP—HP jadul khusus untuk menelpon, HP Symbian sisa kejayaan Nokia dan HP Android. Anak saya yang masih usia TK hanya bisa menggunakan HP Android. Yang jadulvtidak pernah disentuhnya—padahal sama-sama ada gamenya. Di samping ikonnya tidak menarik, untuk memakainya perlu kemampuan membaca.

Mari kita bayangkan situasi kelas 1 pada awal tahun pelajaran dari sisi murid. Dengan asumsi di kelas tersebut berjumlah 20 orang siswa. 11 orang siswa bisa membaca dan sisanya belum bisa membaca sama sekali. Murid yang sudah bisa membaca akan mengikuti pelajaran dengan baik. Saat bapak ibu guru menyuruh, “Ayo buka bukunya anak-anak—halaman 5 ya”. Si murid langsung membuka dengan cepat—wusssh. “Coba lihat judul dan gambarnya, lalu baca tulisan di bawahnya”. Si anak dengan mudah akan membaca “Ikan” karena memang gambarnya ikan dan tulisannya ikan. Tetapi ingat, si anak ini bisa membaca karena guru TK nya melanggar aturan Pemerintah. Jadi ibaratnya ilmunya tidak sah.

Siswa yang belum bisa membaca ketika disuruh membuka halaman 5 akan ikut membuka akan tetapi bukan karena tahu angka 5 akan tetapi karena mencari halaman yang sama dengan temannya, yang sama-sama ada gambar ikan. Saat disuruh membaca, dia juga akan ikut membaca akan tetapi dengan narasi yang berbeda. Dia akan berkata “iwak” atau bahkan “lele” dengan penuh percaya diri. Saat dia ditertawakan sebagian teman-temannya dan disalahkan oleh ibu gurunya—saat itulah bibit minder dan tidak percaya diri akan muncul.

Mari situasinya kita balik. Kita lihat dari sudut pandang guru. Dengan asumsi bahwa 11 muridnya sudah bisa membaca dan 9 murid belum bisa membaca. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh ibu guru kita ini. Satu, dengan telaten mengajari anak-anak yang belum bisa membaca. Dua, mengajarkan materi sesuai kurikulum pada anak yang sudah bisa membaca. Tiga, melakukan dua-duanya. Secara ideal kita akan berteriak, ya harus melakukan dua-duanya.

Padahal hidup adalah pilihan. Kadang kita ingin memilih dua hal yang semuanya baik, akan tetapi kondisi memaksa kita untuk memilih salah satunya. Jika ibu guru tadi mengajarkan anak-anak yang belum bisa membaca dengan pelajaran membaca. Maka harus ada banyak hal yang disediakan, mulai dari waktu, buku khusus membaca dan lain sebagainya. Nah katakanlah semua itu dilakukan, pada saat yang bersamaan anak-anak itu sudah ketinggalan materi dengan teman-temannya. Sebab latihan membaca tidak cukup hanya 1 atau 2 kali pertemuan langsung bisa. Perlu proses yang panjang untuk melatihnya.

Pemerintah, tolong kasih solusi dong~

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: CalistungPenerimaan Siswa BaruSekolah Dasar
Mbah Din-X

Mbah Din-X

Artikel Lainnya

Istilah 'Sekolah Dihapus' Itu Nggak Lucu Justru Tamparan buat Pendidikan terminal mojok.co

Istilah ‘Sekolah Dihapus’ Itu Nggak Lucu Justru Tamparan buat Pendidikan

21 April 2021
Rasanya Nggak Punya Guru Agama Waktu Sekolah Terminal Mojok

Nggak Punya Guru Agama Waktu SD Bikin Saya Belajar Hidup Berdampingan

17 Februari 2021
Pos Selanjutnya
penampilan

Penampilan Luar Seseorang Seringkali Tak Berarti Apa-Apa

Terpopuler Sepekan

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan Terminal Mojok.co

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan

18 Mei 2022
4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja Terminal Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja

19 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa

17 Mei 2022
Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

16 Mei 2022
Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara Starbucks Membuat Orang Tertarik Beli meski Tahu Harganya Mahal

13 Mei 2022
Harapan untuk 'Gubernur Baru' Jogja yang Akan Dilantik

Harapan untuk ‘Gubernur Baru’ Jogja yang Akan Dilantik

22 Mei 2022

Dari MOJOK

  • Sultan Lantik Pj Walikota Jogja dan Pj Bupati Kulon Progo
    by Yvesta Ayu on 22 Mei 2022
  • 46 Tahun PSS Sleman: Masuk Dunia Metaverse tapi Manajemen Masih Lelet 
    by Gusti Aditya on 22 Mei 2022
  • Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri
    by Hammam Izzuddin on 22 Mei 2022
  • Jelang Pilpres 2024, Jokowi Minta Projo Jangan Kesusu Munculkan Nama
    by Yvesta Ayu on 21 Mei 2022
  • Rumah Hantu Malioboro dan Alasan Orang-orang Suka Sesuatu yang Horor 
    by Brigitta Adelia Dewandari on 21 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In