Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Sesungguhnya, Bupati Kudus Adalah Lagu Usang yang Telah Menjadi Primadona Para Pejabat Kita

Bonefasius Zanda oleh Bonefasius Zanda
1 Agustus 2019
A A
bupati kudus

bupati kudus

Share on FacebookShare on Twitter

Pejabat zaman kini memang amat luar biasa. Makan uang negara dianggap hal biasa. Saking biasanya, perilaku ini pun kian bertumbuh subur. Alhasil berbicara dan menyaksikan para pejabat yang korup sudah bukan hal baru lagi di negeri tercinta ini. Malah, sudah korup tapi penjaranya pun elit semuanya. Keluar masuk penjara juga suka-suka gue. Kalau ngurus pejabat yang korup, biasanya berbelit-belit. Bahkan kadang lenyap ditelan waktu.

Tapi kalau ngurus rakyat kecil yang bersalah, itu amat cepat. Mencuri kakao dan sandal jepit misalnya. Eh, jadi jangan heran jikalau rakyat terus menderita dan pejabat terus berpesta pora. Istilah hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah pun terus berkembang secara amat liar, seliar para pejabat mencuri uang rakyat.

Coba kita tengok Bupati Kudus, Mohammad Tamzil. Sungguh, ia seperti pendekar Wiro Sableng yang sangat lihai dalam memainkan jurus-jurus silatnya. Bayangkan saja, walau 2014 silam Tamzil pernah dihukum selama 22 bulan, namun dengan tak tahu malunya maju lagi menjadi calon Bupati Kudus pada Pilkada 2018. Lebih memalukan lagi ketika Partai Hanura, PPP, dan PKB, malah mendukung. Ohh, hebat benar.

Hasilnya luar biasa. Tamzil terpilih lagi menjadi Bupati Kudus untuk kedua kalinya. Ahh, kok rakyat begitu lugu ya. Sudah tahu bahwa Tamzil adalah Bupati sekaligus mantan narapidana, kok rakyat memilihnya lagi. Ehemm, jangan-jangan rakyat dibagikan uang. Hmmm, ini adalah kepastian. Kalau tidak, mana mungkin Tamzil bisa menang.

Lalu, ketika rakyat memilihnya lagi, Tamzil merasa paling super. Tak heran sebagai Bupati periode kedua, Tamzil melakukan korupsi lagi. Emang enak ya. Tak ada rasa bersalah sedikit pun. Ya, itulah Indonesia. Hukumnya lucu-lucu bagi pejabat negara yang korup. Dan menyakitkan bagi masyarakat kecil.

Pertanyaan kritis pun muncul. Masih layakah Indonesia disebut sebagai negara hukum dan demokratis? Kalau masih layak, mengapa para pejabat negara kita selalu setia mendendangkan lagu usang tentang korupsi setiap saat. Mengapa pula, rakyat masih amat gampang dibeli dengan uang. Bahkan rakyat sudah menjadi budak keserakahan para pemimpin.

Saya sendiri sebagai masyarakat sudah merasa muak dengan perilaku korup yang terus dipertontonkan oleh para pejabat negara kita. Bayangkan saja, pada Januari hingga Juli 2018, sudah 29 Kepala Daerah, Gubernur dan Wali Kota yang sudah ditetapakan sebagai terasangka sebagai koruptor oleh KPK. Ini tidak terhitung dengan tahun-tahun sebelumnya dan tahun berjalan 2019 ini. Ohhh, sungguh mencengangkan sekaligus memilukan, bukan.

Itu berarti Bupati Kudus, Muhammad Tamzil, hanyalah lagu usang yang sudah menjadi lagu primadona bagi para pejabat yang lainnya. Jadi tak perlu heran jika banyak pejabat yang semakin mencintai perilaku korup. Mengapa. Ya, sebab negara memberikan peluang untuk itulah. Negara hukum itu cuman label yang ompong praksis. Begitupula label negara demokrasi. Hanya bikin kepalaku pening dan mau muntah rasanya.

Baca Juga:

Menyesal Kuliah Jurusan Pendidikan, Tiga Tahun Mengajar di Sekolah Nggak Kuat, Sekolah Menjadi Ladang Bisnis Berkedok Agama

Korupsi dan Krisis Integritas Adalah Luka Lama Banten yang Belum Pulih

Oke. Jikalau fakta dilapangan para pejabat terus mempertontonkan perilaku yang memuakan ini, maka dengan ekstrimnya, saya boleh tegaskan bahwa saat pemilu rakyat ramai-ramai golput saja. Lalu dikantor-kantor tak usah ada pemimpin atau pejabat lagi. Kalau pun dibutuhkan haruslah seorang pemimpin yang lahir dari seleksi yang ketat dari semua aspek.

Dan jika Bupati Tamzil itu harus dihukum mati, maka harus dijalankan. Jangan hanya mudah diucap untuk mengelabui publik tapi nol praksisnya. Ini bisa diragukan, sebab selama ini para pejabat yang korup jarang dihukum mati. Malahan sebaliknya dirawat hingga terus bertumbuh subur.

Oleh karena itu, mungkin baik jikalau Indonesia juga segera menerapakan hukuman mati ala negara China dan Korea Utara, Arab Saudi atau pun Jerman. Negara-negara yang saya sebutkan ini, sangat tegas dalam memberikan hukuman bagi para koruptor. Entah pejabat atau siapa pun dia, wajib dihukum. Ada yang hukuman mati langsung dieksekusi mati, memotong tangan, mengembalikan uangnya dan habiskan sisa hidupnya dalam tahanan.

Pertanyaanya, beranikah di Indonesia menerapkannya. Kalau tidak berani, maka jangan heran perilaku korup tetap bertumbuh subur. Para pejabat kita pun akan semakin merajalela melakukanya. Berhentinya kapan-kapan dulu. Mungkin sampai kucing bertanduk kali.

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2022 oleh

Tags: bupati kudushukuman matiKorupsiMuhammad Tamzil
Bonefasius Zanda

Bonefasius Zanda

ArtikelTerkait

Saya Pernah Jadi Pemberi Cap Ahli Neraka dan Betapa Bodohnya Masa Itu

Yang Tidak Kita Sadari Soal Titik Api di Malam 1 Januari

2 Januari 2020
Pembangunan Toilet SD di Sumenep yang Telan Dana 500 Juta: Korupsi atau Tidak, Pembangunan Ini Layak Diapresiasi

Pembangunan Toilet SD di Sumenep Telan Dana 500 Juta: Korupsi atau Tidak, Pembangunan Ini Layak Diapresiasi

6 Juli 2023
vaksinasi vaksin berbayar covid-19 Hoaks Vaksin Mengandung Virus Itu Wagunya Sampai Ubun-ubun terminal mojok.co

Pihak yang Jelas-jelas Bahagia atas Vaksin Berbayar Adalah Orang-orang yang Nggak Percaya Covid-19

12 Juli 2021
Apa yang Akan Saya Lakukan Andai Saya Diberi Ronald Tannur Uang Satu Triliun

Apa yang Akan Saya Lakukan Andai Saya Diberi Ronald Tannur Uang Satu Triliun

26 Oktober 2024
Beasiswa KIP Dipotong Massal Tanpa Transparansi yang Jelas dengan Kedok "Berbagi Rezeki", Kelakuan Bejat yang Bikin Setan Aja Minder

Beasiswa KIP Dipotong Massal Tanpa Transparansi yang Jelas dengan Kedok “Berbagi Rezeki”, Kelakuan Bejat yang Bikin Setan Aja Minder

28 Mei 2025
politik dinasti banten tubagus chaeri wardana wawan badak bercula satu korupsi peta banten mojok

Alasan Mengapa Politik Dinasti Banten Begitu Digemari Warganya

30 April 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.