Masih pada ingat Bowo Alpenliebe? Raja TikTok yang dulu sempat bikin meet and greet berbayar dan dihadiri banyak anak-anak muda? Saya masih ingat betapa diolok-oloknya dia karena kontennya hanya berupa video joget-joget di TikTok dan viral.
Mungkin jutaan orang tidak menyadari kalau Bowo dulu telah menyebarkan virus alaynya,dan baru terasa efeknya sekarang. Nggak di Twitter, di Instagram, atau mungkin malah di Facebook, video yang diunggah semuanya berasal dari TikTok.
Saya penasaran virus apa yang disebarkan dan kenapa bisa sangat terasa lama efeknya? Kalau dilihat dari kacamata marketing, saya justru menduga kalau baru saja ada pergantian tim marketing yang dahsyat di internal aplikasi ini. Dan terbukti, saat ini ada 1,5 miliar pengguna di TikTok. Angka ini dikabarkan akan mengalahkan jumlah pengguna Instagram.
Video anak-anak “alay” yang suka joget di TikTok sebenarnya sudah cukup sering saya lihat di beberapa akun receh Instagram maupun Twitter. Namun, intensitasnya tidak setinggi saat ini. Bahkan saya ingat fenomena Bowo sempat hilang beberapa saat, dan kabarnya pun Bowo sudah tidak bermain aplikasi ini lagi.
Hampir semua teman saya mengunggah video mereka joget-joget asyik menggunakan TikTok. Iya, hampir semua. Awalnya saya masih menganggap ini alay. Sampai akhirnya saya merasa nggak bisa lepas dari orang-orang yang main TikTok. Buka Instagram liat Gempi sama Gisel main TikTok gemes banget. Buka Twitter liat video-video akun receh yang juga isinya dari aplikasi ini. Nggak cuma artis Indonesia, bahkan Jonas Brother juga punya akunnya dan mereka sering upload video mereka. Hadeuh.
Lagi sibuk kerja di kantor teman sebelah saya lagi joget-joget. Keluar kantor buat pulang ke rumah, di pojokan stasiun ada anak-anak lagi bikin video TikTok. Udah pulang sampai ke rumah saja, adik saya dengan lantamnya teriak “Kak, bikin video TikTok Yuk!” Subhanallah. Saya langsung berpikir, apakah ini sudah saatnya untuk saya debut melalui video di TikTok?
Saya kemudian memberanikan diri untuk meng-install aplikasi tersebut. Dengan mengucap bismillah saya mulai menonton beberapa video orang-orang joget di TikTok. Nggak cuma joget ternyata, ada video yang sedang dubbing dari scene suatu film. Ada yang bikin tutorial make up juga, bahkan ada yang bikin masak-masak. Rupanya aplikasi ini punya beragam variasi video. Dan saya harus mengatakan kalau nonton ini memberikan candu baru dalam bermedia sosial. Jujur saya ketagihan nonton orang-orang bikin video dengan aplikasi ini. Penasaran, saya mulai coba-coba ikutin beberapa gerakan. Video yang pertama kali saya coba video dengan backsound “Kejam Itu Kau Fitnahkan…”
Dan benar saja, bagi saya lagu itu emang asyik untuk didengar dan joget bareng temen-temen. Ke mana saja saya selama ini?
Sepertinya sudah menjadi kebiasaan netizen yang terlalu gampang menganggap sesuatu alay, padahal nyatanya membuat kesenangan tersendiri. Lembaga setingkat Kominfo juga sepertinya baru menyadari betapa asiknya bermain TikTok. Sempat diberitakan tahun 2018 lalu, Kominfo memblokir aplikasi ini karena banyak terdapat konten negatif. Setelah berkomunikasi dengan pihak Tik Tok, Kominfo resmi membuka blokir TikTok dan saat ini Kemkominfo justru memiliki akun TikTok. Buat yang penasaran, kalian bisa cari dengan nama akun Kemkominfo RI.
Fenomena ini sama seperti lagu-lagu hits di awal 2000-an yang dianggap alay oleh beberapa orang. Kalian tentu masih ingat lagu-lagu ST12, Kangen Band, Hijau Daun, Wali Band dan band-band lainnya. Dulu lagu-lagu mereka dianggap nggak banget, tapi sekarang justru jadi pilihan wajib untuk karaokean sama temen. Saya ingat betapa hebohnya ribuan anak muda nyanyi lagu-lagu band ini di salah satu festival musik. Babang Andikaa, aku padamuuu~
Ternyata, lagu yang dianggap alay itu malah sebenarnya lagu yang asik banget buat joget. Yang dulu dianggap alay justru populer di zaman ini. Kalau saya jadi Bowo, mungkin akan tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku kita semua. Harusnya kita minta maaf sama Bowo, dan mengakui TikTok memang seasyik itu. Maafkan kami Bowo, mari kita ber TikTok ria.
BACA JUGA TikTok Pernah Dibunuh, Mati, dan Kini Bangkit dari Kuburnya atau tulisan Ayu Henidar Mulyara lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.