Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan

Sebagai Penulis, Saya Sering Disangka Romantis

Nasrulloh Alif Suherman oleh Nasrulloh Alif Suherman
20 Mei 2020
A A
karya fiksi UT kuliah ekonomi kuliah sastra kuliah online mahasiswa s-1 dan s-2 Sebagai Penulis, Saya Sering Disangka Romantis dan Bisa Menjadi Sekretaris kuliah online

kuliah ekonomi kuliah sastra kuliah online mahasiswa s-1 dan s-2 Sebagai Penulis, Saya Sering Disangka Romantis dan Bisa Menjadi Sekretaris kuliah online

Share on FacebookShare on Twitter

Mentang-mentang alat kerjanya laptop atau komputer, penulis dan sekretaris dianggap satu paket. Dianggap romantis pula.

Sejak dahulu kala menulis adalah kegiatan paling dasar dan menjadi media pertama yang digunakan manusia untuk mencatat peristiwa, penemuan, dan kegiatan lainnya. Kegiatan menulis juga sebagai pendamping tradisi keilmuan setelah tradisi menghafal. Menulis mulai meningkat pesat setelah kertas ditemukan.

Dulu, kegiatan menulis meski tetap dilakukan ia sulit untuk diabadikan dengan baik karena media tulisan masih menggunakan pelapah pohon, kulit hewan, diukir di atas batu, dan benda apa saja yang kiranya bisa dituliskan aksara-aksara penulisan. Kertas adalah revolusi baru dalam dunia penulisan.

Dengan adanya kertas sebagai media paling mudah untuk menulis, pembukuan ilmu pengetahuan dan peradaban makin kian mudah dilakukan. Arsip dokumentasi negara jauh lebih rapih dan tradisi keilmuan makin canggih. Penulis tetap maju terus langkah demi langkah, arus zaman boleh berubah tapi ia akan tetap beradaptasi mengikutinya.

Kita tentu paham, menjadi penulis adalah suatu bentuk dalam mengabadikan buah pikiran. Lihat saja tokoh-tokoh hebat, para nabi dan rasul yang membawa risalah dari Tuhan mencatat wahyu dan menuliskannya, serta membukukan menjadi kitab suci. Para tokoh penggagas ideologi baik itu Engels, Karl Marx, Bakunin, Ali Syariati, dan lain sebagainya menjadikan kegiatan menulis untuk mengabadikan ideologinya. Meski sekarang menulis sudah mulai canggih, karena ada komputer sebagai wadah untuk menulis di zaman modern. 

Menulis memang sekeren itu. Namun, orang-orang di negara kita yang minim literasi memang membuat para penulis susah untuk menyebarkan minat literasi di sekelilingnya. Akan tetapi, stereotip menjadi penulis memang banyak yang aneh-aneh dan lucu juga. Sebagai penulis saya pernah merasakannya. Mulai dari stereotip yang masih berhubungan dengan kepenulisan sampai yang nggak nyambung.

Pertama: Penulis dianggap bisa jadi sekretaris

Mohon maaf lahir batin, tapi tupoksi alias tugas, pokok, dan fungsi dari sekretaris serta penulis itu jauh berbeda. Ini sering kali disalah-artikan oleh orang kebanyakan. Mentang-mentang alat kerjanya laptop atau komputer, penulis dan sekretaris dianggap satu paket. Padahal, sekretaris adalah orang yang memiliki kemampuan dalam membuat surat-menyurat serta kemampuan administrasi lainnya.

Penulis belum tentu punya kemampuan seperti itu. Kalau ada yang bisa atau memiliki kemampuan sebagai sekretaris janganlah digeneralisir. Sebaliknya, seorang sekretaris juga belum tentu seorang penulis.

Baca Juga:

Kenapa Mahasiswa Jurusan Sastra Justru Jarang Jadi Penulis?

5 Tips supaya Tulisan Kalian Bisa Tembus Terminal Mojok

Kedua: Penulis sering dianggap banyak uang dan harta

Saya nggak kesel dan jengkel kalau ada yang mendengar soal ini, saya cukup mengamini saja. Semoga saja jadi kenyataan, nggak tahu tiba-tiba ada malaikat lewat dan diamini juga terus saya jadi kaya beneran, wqwqwq. Meskipun ia sering terlihat tulisannya di beberapa media, bukan berarti dia kaya dan bergelimang harta, Bro. Karena kadang-kadang ada media yang tidak menyediakan honor kepada penulis.

Lalu terkadang walaupun tembus ke media yang memberikan honor, itu pun tidak setiap hari tembus. Jadi penulis buku juga sama, kalau bukunya belum best seller ya, berarti belum dapat royalti banyak. Anda baru boleh ngomong kalau orang berprofesi ini itu kaya raya ke J.K. Rowling dan seorang Seto Wicaksono yang rajin menggunakan tuyul untuk menulis di Terminal Mojok.

Ketiga: Penulis itu tahu segalanya

Enak saja, mentang-mentang kegiatan menulis adalah kegiatan yang harus diiringi kegiatan membaca yang kuat, bukan berarti ia tahu segalanya, ya! Masa iya, serba tahu. Setiap orang kan punya keahlian dan pengetahuannya masing-masing. Kalau ada penulis yang menyinggung masalah ekonomi mulanya, bukan berarti ia pakar ekonomi. Begitu ya, para pembaca yang budiman~

Keempat: Penulis itu romantis 

Beberapa penulis fiksi memang kena imbas ini, saya pribadi juga dianggap romantis. Yang romantis memang ada, tapi bukan berarti menulis masalah romansa tingkah laku keseharian juga romantis dan manis. Contohnya kaya komika, apakah karena seorang komika lucu di atas panggung saat ia turun dan ngobrolin hal biasa akan lucu? Ya nggak, kan? 

Menulis itu kan imaji, bukan perbuatan sehari-hari.

Tapi ya bagaimana juga, apa pun profesi dan keahlian yang kita miliki memang selalu ada stereotip yang bakal mengiringi. Ibaratnya mah satu paket, nggak bisa ditolak. Penulis juga demikian. Pertanyaannya, apakah ada yang merasakan hal yang sama seperti saya?

BACA JUGA Menulis di Terminal Mojok: Bayaran Secukupnya, Usaha Sekerasnya dan tulisan Nasrullah Alif lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 November 2021 oleh

Tags: Penulisstereotip
Nasrulloh Alif Suherman

Nasrulloh Alif Suherman

Penulis partikelir. Menulis di selang waktu saja.

ArtikelTerkait

pemalas

Benarkah Bangsa Indonesia Pemalas?

2 Juli 2019
Kerja Sampingan Jadi Penulis Boleh Saja, tapi Jangan Kerja Sembarangan

Kerja Sampingan Jadi Penulis Boleh Saja, tapi Jangan Kerja Sembarangan

23 April 2024
Tipikal Komentator Tulisan di Terminal Mojok dan Cara Penulis Menanggapinya

Tipe Komentator Tulisan di Terminal Mojok dan Cara Penulis Menanggapinya

24 Maret 2020
suka duka menjadi editor di media keluhan mojok.co

5 Macam Duka Menjadi Editor di Media

3 Juli 2020
Sisi Gelap Penulis Novel Online: Syaratnya Gila-gilaan, Persaingan Makin Ketat

Sisi Gelap Penulis Novel Online: Syaratnya Gila-gilaan, Persaingan Makin Ketat

3 Agustus 2023
Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Terjebak Stereotip, Kuliah Jadi Makin Berat Mojok.co

Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Terjebak Stereotip, Kuliah Jadi Makin Berat

4 November 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.