ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Saya Tidak Kenal Gus Baha’

Puthut EA oleh Puthut EA
6 Desember 2019
A A
Saya Tidak Kenal Gus Baha’

Saya Tidak Kenal Gus Baha’

Share on FacebookShare on Twitter

Cukup sering ada teman atau orang yang tidak saya kenal, yang meminta diantar ‘sowan’ Gus Baha’. Mereka mengira saya kenal beliau.

Sepertinya, saya perlu menyampaikan kepada teman-teman dan handai-taulan, bahwa saya tidak kenal Gus Baha’. Jika saya saja tidak kenal Gus Baha’, apalagi beliau kepada saya. Saya jamin beliau tidak mengenal saya.

Saya bahkan tidak pernah bertatapmuka dengan Gus Baha’. Apalagi bersalaman. Sehingga mustahil bisa ngobrol dengan beliau.

Kalau Rembang adalah kabupaten, dan orang dalam ranah satu kabupaten dianggap ‘sekampung’, bolehlah Gus Baha’ dan saya dianggap sekampung. Hanya beda kecamatan. Beliau dari kecamatan Kragan, dan saya dari kecamatan Sale.

Sekali saja, saya ikut pengajian Gus Baha’ di Pleret, Bantul, dan tidak pernah lagi mengaji di sana. Ada saja masalahnya, tapi lebih seringnya karena lupa jadwal. Atau pas mau ke sana, pas ada tamu atau ada kepentingan. Jalan Kaliurang Km 9,3 dengan Pleret, jelas bukan jarak yang dekat sekalipun sama-sama dalam wilayah Yogya.

Saya dengar pertama nama Gus Baha’ dari sahabat saya bernama: Bib Wisnu. Itu kira-kira 5 tahun lalu. Kalau soal daftar orang alim, saya percaya sama Bib Wisnu. Dia rajin sekali sowan ke orang-orang alim.

Suatu malam, Bib Wisnu bilang, “Bib, ana wong ngalim seka Rembang. Isih enom. Asmane Gus Baha’. Ngajine neng Pleret.”

Sudah tentu Bib Wisnu sering ikut ngaji di sana. Dan sekali saya ke Pleret pun dengan Bib Wisnu. Tapi ya hanya mendengarkan dan menyimak dari jarak jauh. Selesai acara, saya salaman saja tidak berani. Grogi.

Balik ke lima tahun lalu. Saya cek di Youtube, saat itu hanya ada satu channel Youtube yang mengunggah pengajian Gus Baha’. Itu pun kualitas rekamannya tak bagus. Mungkin direkam dari hape jadul. Penontonnya (lebih tepatnya pendengarnya, karena biar pun via Youtube tapi tidak ditonton melainkan didengarkan) hanya ratusan. Kalaupun seribu ya lebih sedikit lah. Itu menunjukkan bahwa Gus Baha’ memang alim, tapi pengajiannya masih jarang diakses oleh orang di media sosial.

Dari situ saya mulai rajin mendengarkan pengajian Gus Baha’. Saya memang agak sistematis kalau belajar, sekalipun via Youtube. Saya pasti mencari mulai dari awal, terus saya dengarkan berulang-ulang. Sebagai bukti bahwa pengajian Gus Baha’ tidak didokumentasikan dengan baik adalah sampai sekarang, tafsir Jalalain yang diajarkan Gus Baha’ tidak lengkap dari awal. Padahal sudah tentu, dokumentasi itu penting sekali. Terutama yang ingin mengaji agak serius dan sistematis.

Setelah beberapa bulan rajin mendengarkan pengajian Gus Baha’, barulah saya mulai menuliskan tafsir saya atas uraian ajaran Gus Baha’. Sampai sekarang, kata teman-teman saya yang mendokumentasikan tulisan saya, ada lebih dari 50 tulisan tentang pengajian Gus Baha’.

Sebetulnya, saya menuliskan pengajian Gus Baha’ itu tujuannya semacam ‘catatan dan refleksi’ atas ajaran sang guru dari si murid. Namanya saja murid yang sedang belajar, wajar kan kalau saya punya catatan. Catatan saya belum tentu benar atau sesuai dengan penangkapan orang lain. Belum tentu sesuai juga dengan apa yang dimaksud Gus Baha’.

Di sinilah pentingnya untuk tidak mengklaim bahwa tafsir saya yang paling benar atas uraian Gus Baha’. Karena jelas sekali jarak antara produsen wacana dalam hal ini Gus Baha’, yang disampaikan secara lisan, dan saya sebagai konsumen (murid) yang sudah tentu tidak suci dari ‘kekotoran’ tafsir personal.

Karena itulah, sekalipun diminta oleh banyak orang untuk membukukan ajaran Gus Baha’, tidak pernah bersedia. Karena alasan utama saya mendokumentasikan itu dalam bentuk tulisan adalah sebagai cara ‘mengikat ilmu’, dan berbagi. Itu pun dengan kerendahan hati bahwa tafsir saya bisa keliru. Dan tafsir keliru itu hal yang biasa dalam dunia ini.

Kini makin banyak channel Youtube yang mengunggah kajian Gus Baha’. Bahkan ada yang sampai menerjemahkan perkataan beliau menjadi bahasa Indonesia yang mudah dipahami. Ada pula yang sampai mempertunjukkan halaman kitab yang sedang dikaji. Untuk Anda semua yang melakukan itu, saya sebagai seorang yang sedang belajar, mengucapkan terimaksih. Ngaji via Youtube, sudah ‘disahkan’ sanadnya oleh Gus Baha’. Hehe…

Beberapa hari lalu, ada pengumuman dari para santri Gus Baha’, agar pengunggah di channel Youtube yang makin banyak itu, menjunjung etika. Terutama tidak membentur-benturkan Gus Baha’ dengan ustad lain. Saya kira seruan itu baik. Karena murid itu ya kalau mengaji ya mengaji saja. Tidak etis rasanya membenturkan pandangan satu orang alim dengan orang alim lain. Mereka punya formula dalam menyelesaikan perbedaan pendapat jika memang perlu. Sebab lebih seringnya, potongan demi potongan yang tidak berhubungan, disusun seakan menjadi satu kesatuan berpolemik. Ya beginilah era pasca-kebenaran atawa post-truth. Potong-susun, kasih judul, menjadi seperti ‘kenyataan’.

Sesekali saya ditanya, apakah ada hal yang tidak saya setujui dari pengajian Gus Baha’. Saya tidak mungkin menjawab pertanyaan itu. Etika murid atau merasa murid seperti saya, tidak memperbincangkan ketidaksetujuan.

Saya menghargai dan menjunjung tinggi sikap otonom manusia. Tapi sikap otonom itu berbatas pada apa yang dia kuasai dan dia lakukan. Tidak untuk dijadikan polemik.

Saya akan beri contoh tapi bukan Gus Baha’ melainkan guru beliau yakni Mbah Maimun. Mudah Anda cari, video beliau yang menyatakan bahwa bank tidak haram. Sementara ada banyak orang alim yang mengharamkan bank. Itu perdebatan orang-orang alim. Saya menyimak mereka. Mendengarkan argumen mereka. Tapi tidak dalam kapasitas saya untuk ikut berpolemik. Lha baca kitab saja plegak-pleguk kok berpolemik. Itu seperti ada orang berdebat soal James Joyce, Anda gak paham apalagi gak pernah baca bukunya (yang sulit itu) lalu ikut berdebat.

Tapi dari rangkuman pengetahuan yang kita cari, kita otonom untuk memutuskan. Dan kemudian mempraktekkan. Misal, saya putuskan bahwa bank tidak haram, dan saya tetap terintegrasi dalam dunia perbankan. Kalau salah, nanti saya pertanggungjawabkan di depan Tuhan.

O ya, selain Bib Wisnu yang merekomendasikan saya menyimak Gus Baha’, ada seorang ustad yang sudah lama merekomendasikan kealiman Gus Baha’, namanya: Ustad Adi Hidayat. Dan di sinilah letak kerennya, karena pada beberapa hal, pendapat Ustad Adi Hidayat berbeda dengan Gus Baha’.

Sebagai penutup, Gus Baha’ sering menyadari bahwa hal tertentu seyogianya tidak dikerjakan atau dinyatakan orang awam. “Tapi nek ngono iku, aja kowe sing omong. Engkok malah kacau kabeh. Nek ngono iku ben aku wae sing ngomong….”

Itu bukan persoalan demokratis atau tidak. Itu soal otoritatif atau tidak. Semoga berguna. Nuwun…

BACA JUGA Gus Baha’ dan Kesombongan Orang yang Mengingat Kesalahannya Sendiri atau tulisan Puthut EA lainnya. Follow Facebook Puthut EA.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 6 Desember 2019 oleh

Tags: Gus Baha'ngaji di youtubepengajian gus baha'ulama
Puthut EA

Puthut EA

Anak Kesayangan Tuhan

ArtikelTerkait

mati, surga, dan neraka MOJOK

Mati Rasa pada Surga dan Neraka

3 Juli 2020
Kalau di Kota Ada Kirim Parsel, di Desa Ada Ater-ater Tipe-tipe Orang saat Menunggu Lebaran Datang Terima kasih kepada Tim Pencari Hilal! Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Bulan Syawal Ramadan Sudah Datang, eh Malah Menanti Lebaran Buku Turutan Legendaris dan Variasi Buku Belajar Huruf Hijaiyah dari Masa ke Masa Serba-serbi Belajar dan Mengamalkan Surah Alfatihah Pandemi dan Ikhtiar Zakat Menuju Manusia Saleh Sosial Inovasi Produk Mushaf Alquran, Mana yang Jadi Pilihanmu? Tahun 2020 dan Renungan ‘Amul Huzni Ngaji Alhikam dan Kegalauan Nasib Usaha Kita Nggak Takut Hantu, Cuma Pas Bulan Ramadan Doang? Saya Masih Penasaran dengan Sensasi Sahur On The Road Menuai Hikmah Nyanyian Pujian di Masjid Kampung Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Horornya Antrean Panjang di Pesantren Tiap Ramadan Menjadi Bucin Syar'i dengan Syair Kasidah Burdah Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Panduan buat Ngabuburit di Rumah Aja Pandemi Corona Datang, Ngaji Daring Jadi Andalan Tips Buka Bersama Anti Kejang karena Kantong Kering Mengenang Asyiknya Main Petasan Setelah Tarawih Rebutan Nonton Acara Sahur yang Seru-seruan vs Tausiyah Opsi Nama Anak yang Lahir di Bulan Ramadan, Selain Ramadan Drama Bukber: Sungkan Balik Duluan tapi Takut Ketinggalan Tarawih Berjamaah Sebagai Santri, Berbuka Bersama Kiai Adalah Pengalaman yang Spesial Aduh, Lemah Amat Terlalu Ngeribetin Warung Makan yang Tetap Buka Saat Ramadan Tong Tek: Tradisi Bangunin Sahur yang Dirindukan Kolak: Santapan Legendaris Saat Ramadan

Ngaji Alhikam dan Kegalauan Nasib Usaha Kita

13 Mei 2020
Lulus Magister Jalur Tirakat, Kepercayaan Bapak yang Tidak Bisa Diganggu Gugat

Lulus Magister Jalur Tirakat, Kepercayaan Bapak yang Tidak Bisa Diganggu Gugat

3 September 2022
ijtima ulama iv

Menanggapi Delapan Poin Hasil Ijtima Ulama IV yang Gitu-Gitu Aja

7 Agustus 2019
mbah moen

Peninggalan Mbah Moen dan Tugas Kita Sebagai Ahli Warisnya

8 Agustus 2019
gus baha

Gus Baha’ dan Kesombongan Orang yang Mengingat Kesalahannya Sendiri

10 Mei 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Ketika Seorang Imam Besar yang Juga Gurunya Imam Syafii Dianggap Menista Nabi Muhammad

Ketika Seorang Imam Besar yang Juga Gurunya Imam Syafii Dianggap Menista Nabi Muhammad

Panduan Mengakhiri Chat di WhatsApp Biar Nggak Cuman Pakai "Haha-Hehe” Thok

Panduan Mengakhiri Chat di WhatsApp Biar Nggak Cuman Pakai "Haha-Hehe” Thok

Dilema Jadi Dokter yang Sering Disalahin dalam Pusaran Konflik BPJS

Dilema Jadi Dokter yang Sering Disalahin dalam Pusaran Konflik BPJS

Terpopuler Sepekan

Pantai Depok Makin Mahal padahal Jadi Tempat Terbaik Menyantap Seafood di Jogja

Pantai Depok Makin Mahal padahal Jadi Tempat Terbaik Menyantap Seafood di Jogja

10 Juni 2025
Penderitaan Tinggal di Rumah Mepet Kolam Lele (Unsplash)

Sok Tahu Bikin Kolam Lele Mepet Rumah, Kini Tersiksa karena Bau Busuk dari Kolam yang Bikin Malu

13 Juni 2025
Araya dan Sulfat, Dua Daerah di Malang yang Sebaiknya Dihindari Calon Maba yang Cari Kos

Araya dan Sulfat, Dua Daerah di Malang yang Sebaiknya Dihindari Calon Maba yang Cari Kos

8 Juni 2025
Berkunjung ke Perpustakaan Daerah Wonosobo Bikin Saya Salah Fokus. Niat Baca Malah Jadi Nonton Ibu-ibu Senam di Taman

Berkunjung ke Perpustakaan Daerah Wonosobo Bikin Saya Salah Fokus. Niat Baca Malah Jadi Nonton Ibu-ibu Senam di Taman

9 Juni 2025
Derita Lulusan Sistem Informasi di Jembrana Bali: Lowongan Kerja Sulit, Sekalinya Dapat Kerja Malah Disuruh Benerin CCTV

Derita Lulusan Sistem Informasi di Jembrana Bali: Lowongan Kerja Sulit, Sekalinya Dapat Kerja Malah Disuruh Benerin CCTV

10 Juni 2025
Perjalanan Panjang ke Kota Tidore Kepulauan Melelahkan, tapi Begitu Sampai Malah Betah. Hampir Tak Ada Tukang Parkir di Sana

Perjalanan Panjang ke Kota Tidore Kepulauan Melelahkan, tapi Begitu Sampai Malah Betah. Hampir Tak Ada Tukang Parkir di Sana

11 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jS-m10azBto

DARI MOJOK

  • Mahasiswa Baru Kaget Pertama Kali Ngopi di Coffee Shop Jogja, Niat Nugas Malah Boncos dan Malu karena Nggak Tahu Espresso
  • Merelakan Gaji Besar dari Perusahaan di Dubai daripada Mental Rusak karena Tekanan Hidup dan Pilih Slow Living di Gunungkidul
  • Orang Kaya Naik Bus Ekonomi: Coba-coba Berujung Tersiksa, Dimaki Pengamen sampai Tahan Kencing Berjam-jam
  • Lulusan SMK “Hanya” Jadi Karyawan Alfamart dan Indomaret: Sekolah Harus Tetap Bangga, Karena Sukses Tak Dilihat dari Status
  • Coba-coba Naik KA Airlangga Jakarta-Surabaya: Bahagia Tiketnya Cuma Seharga 2 Porsi Pecel Lele, tapi Berujung Tak Tega sama Penumpangnya
  • Lulusan SMA-SMK Awalnya Malu Tak Kuliah dan Kerja di Alfamart-Indomaret, Direndahkan Guru Sendiri tapi Kini Merasa Lebih Terhormat

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.