Saya pernah mendengar satu kutipan yang bunyinya seseorang akan sangat dihargai dan diperhitungkan keberadaannya saat punya banyak duit dan harta yang melimpah. Konsep yang hampir nggak bisa ditolak oleh seluruh umat manusia. Bunyinya begini, “Ada uang, hidupmu aman dan lancar jaya. Nggak ada uang, yaudah mending diem aja. Soalnya nggak bakal ada yang mendengarkan, memperhatikan, atau menghargai.”
Pemahaman macam ini, akhirnya membawa orang-orang untuk gedebukan nyari duit. Ada yang melamar kerja ke suatu perusahaan, ada yang buka usaha sendiri, dan tak jarang pula jadi maling konvensional. Namun, ada jenis baru yang baru saya ketahui, yakni kegiatan maling alias nyolong, tapi dalam bentuk yang lebih modern: salah satunya dengan menjadi reuploader di YouTube.
Seperti yang diketahui bersama, platform YouTube sering membawa kreatornya pada kemakmuran ekonomi juga ketenaran. Tapi, hal ini dimanfaatkan oleh beberapa orang yang nggak tahu diri, untuk meraup keuntungan dengan cara yang kurang bijak. Sebenarnya, bagi orang yang memang berbakat dan memang niat jadi kreator di YouTube, sama sekali nggak masalah.
Yang menjadi masalah adalah berkembangnya para kreator amatiran yang kontennya bukan hasil bikinannya sendiri. Melainkan dengan mengambil konten yang bukan haknya. Biasanya, orang ini mengambil dari platform selain YouTube, untuk kemudian mengunggahnya kembali dan mengklaim bahwa konten tersebut adalah miliknya.
Paling banyak saya temukan, adalah konten gaming. Tahu sendiri kan gimana jayanya para gamer yang fokus stream di YouTube. Ada yang sampai bisa beli mobil, juga bisa beli mulut tetangganya. Dengan kesuksesannya ini, tentu banyak orang tertarik untuk mengikuti jalannya. Bagi reuploader ingin mengikuti jejak mereka tapi dalam kondisi nggak memadai dan nggak ada alat pendukung, akhirnya mereka memilih untuk nyolong saja.
Berhubung sedari kecil saya pinter nyolong, saya cari tuh sumber mereka nyolongnya dari mana. Kebanyakan para reuploader nyolong dari Nimo TV, tempat para streamer susah payah bekerja berjam-jam dan mungkin juga penuh dengan tekanan. Saya sering liatin streamer, walaupun mereka main game, ternyata masih bisa stres dan juga tertekan, loh.
Nah, reuploader tengil ini, tugasnya sederhana. Begini runtutannya. Waktu lagi ada gamer yang memulai stream, mereka masuk ke room tersebut. Setelahnya, mereka menyiapkan alat sederhana untuk nyolong yakni aplikasi perekam layar di laptop ataupun di gawai yang mereka miliki. Setelah stream berjalan, mereka mengamati, kira-kira segmen mana yang bagus untuk mereka comot untuk diunggah di YouTube pribadi tukang nyolong tersebut.
Berhubung kerjaannya hanya nyolong saja, mereka dalam sehari kurang lebih bisa menyamai kuantitas Atta Gledek dalam mengupload videonya. Sekitar empat konten per hari. Sebenarnya, mereka sangat bisa mengupload lebih dari itu. Tetapi, para maling ini pinter, kalau misal dalam sehari mereka upload konten terlalu banyak, algoritma YouTube akan mendeteksinya sebagai spam. Dan, ini nggak baik bagi kelangsungan channel pribadi berisi konten colongan yang mereka miliki.
Sepertinya, device yang dimiliki sangat sederhana. Soalnya, saya nggak melihat adanya proses pengeditan dalam video tersebut. Paling banyak saya temukan, mereka hanya memasang watermark elek-elekan dalam video tersebut. Kalau masih diedit secara maksimal, misalnya dengan membuat highlight, bikin semacam video cinematic, dijadikan montage, sepertinya nggak masalah. Soalnya ada proses kreatif di dalamnya. Orang yang udah lama dalam dunia editing, pasti ngerti tentang hak cipta dan mereka akan sangat menghargainya.
Lain halnya dengan reuploader. Udah comot tanpa izin, waktu diunggah juga jarang meletakkan credit terhadap kreator aslinya. Dari pihak YouTube sendiri, sebenarnya sudah ada fitur untuk melaporkan atau mengklaim konten. Tapi sepertinya, konten kreator pemilik asli video tersebut, sudah terlalu lelah dengan rutinitas stream selama berjam-jam yang mereka lakukan dan nggak ada waktu untuk melaporkan para reuploader ini.
Sistem di YouTube pun, nggak bakal bisa mendeteksi mereka sebagai tukang colong. Soalnya, mereka ngambil dari platform yang berbeda. Apalagi ditambah konten kreator aslinya jarang mengupload semua video yang mereka miliki di YouTube. Jadi, para maling modern ini posisinya sangat diuntungkan.
Nyolong doang, nggak capek, nggak harus di depan layar selama berjam-jam untuk ngegame dan merespon penontonnya,dan nggak ada tekanan apapun. Apalagi, dengan konten colongan tersebut, mereka masih bisa mengajukan Adsense dan diterima begitu saja oleh pihak YouTube. Dan saya sangat yakin, reuploader nggak akan pernah membagi hasil Adsense yang diterima dengan kreator sebenarnya.
Iya sih, ikhtiar untuk nyari duit demi pemenuhan kebutuhan itu perlu. Tapi, nggak gitu juga dong caranya. Mbok ya mikir dikit, itu para gamer, streamer, dan kreator di youtube pada bisa kaya lantaran karya yang mereka bikin dengan susah payah, dengan kerja keras dalam waktu yang lama, dan dengan daya tahan untuk konsisten serta fokus di dalamnya. Wajar lantaran mereka memang berhak untuk mendapatkannya.
Kalau memang fasilitas yang dimiliki terbatas, ya sudah diterima dulu saja. Cari pekerjaan yang normal dan pokoknya bukan dengan nyolong kayak gitu. Sebisanya saja, semampunya saja. Ya kalau mau diterusin juga nggak apa-apa sih. Profesi reuploader memang jalan termudah untuk dapat duit. Tapi ingat juga, itu juga profesi orang nggak sadar dan nggak tahu diri untuk dapetin duit.
BACA JUGA Kalau Angka Dislike YouTube Hilang, Memangnya Ada yang Senang? dan tulisan Firdaus Al Faqi lainnya.