Barangkali kamu adalah salah satu petualang mi instan yang menikmati puluhan rasa dan varian tak terhitung lagi banyaknya. Bisa jadi kamu juga penenggak beragam minuman kemasa produksi industri yang beraneka ragam jenis dan mereknya. Nah, pernah merasa kecele nggak soal embel-embel “rasa” yang ada di semua kemasan komoditas dagang food and beverages itu?
Misalnya, merasa “Kok jus buah rasanya kayak gini? Kok rasa steak wagyu kayak gitu sih?” Atau justru merasa rasanya pas dengan aroma dan cita rasa yang kalian inginkan. Hal-hal semacam itu adalah reaksi yang wajar dari kita para konsumen produk industri makanan dan minuman kemasan. Pasalnya, teknologi dalam menciptakan flavor atau indikasi pembeda dari sebuah masakan semakin berkembang.
Biasanya, kalau produknya termasuk dalam kategori makanan, konsumen mungkin nggak merasa terlalu dirugikan lah ya. Misalnya snack ringan potato chips rasa ayam bakar, atau mi instan rasa soto. Artinya, ekspektasi konsumen sudah jelas, rasa yang ada dalam produk tersebut murni berasal dari micin sebagai bumbu tambahan. Bumbu yang pada umumnya berupa bubuk atau pasta (paste, cairan berminyak).
Masalahnya jadi agak runyam apabila produknya berupa minuman, baik bubuk minuman instan, maupun produk ready to drink. Kalian sebagai pembeli mesti ingat, produk minuman dengan embel-embel nama buah dan berbagai turunannya, misalnya kopi dan cokelat, semuanya tidak pernah tidak, pastilah dilengkapi kata “rasa”. mMskipun sudah pasti ukuran font tulisan “rasa”-nya jauh lebih kecil dibandingkan nama produk.
Saya beri contoh beberapa minuman bubuk yang cukup terkenal, misalnya Good Day Freeze Choco Orange dan Nutrisari Jeruk Peras. Sekilas mungkin kalian nggak akan memperhatikan dong tulisan deskriptif yang ukurannya nggak lebih besar dari semut gula.
Dalam benak kalian mungkin ini minuman minimal ada campuran jeruknya beneran kali ya? Padahal penjelasannya selalu tertulis kasat mata, misalnya Good Day Freeze Chocp Orange dikatakan sebagai minuman serbuk kopi rasa cokelat jeruk. Sementara Nutrisari Jeruk Peras ya nggak jauh beda, bunyinya minuman serbuk instan rasa jeruk peras. Selalu ada kata “rasa” dalam setiap produk industri yang dipasarkan.
Oke, kalau minuman instan mungkin nggak kecewa-kecewa amat lah ya, toh sejak awal kalian tahu bahwa itu produk instan. Memang nggak ada kesan alami-alaminya. Nah, kalau produk yang siap minum? Nih ya, saya contohkan yang paling sering bikin konsumen keblinger, misalnya produk minuman buah yang ada bulir-bulirnya, atau istilah kerennya ada pulp-nya.
Ya meskipun sudah berani-beraninya pakai istilah “dengan bulir buah asli”, jangan lupakan pakem awalnya bahwa deskripsi produk semacam ini adalah minuman kemasan rasa buah jeruk. Mungkin produsen nggak sepenuhnya bohong dengan menulis bulir buah asli sebagai salah satu strategi marketing produk. Kalau kalian selo banget dan emang lagi gabut, bisa tuh diteliti rincian komposisinya.
Percaya deh sama saya yang emang beneran orang pangan, kandungan bulir jeruk aslinya nggak akan lebih dari 10%, biasanya sih nggak jauh-jauh dari angka 1% sampai 4%.
Ah situ sirik aja, masa gitu, orang tiap kali diminum terasa banyak banget kok bulirnya.
Ya iyalah Mblo, itu namanya synthetic pulp, bulir buatan, bahannya dari tepung. Sudah lama sebenarnya teknologi ini ada, patennya saja telah dikenal sejak 1965. Cuma ya baru populer di industri manufaktur Indonesia sejak satu dekade terakhir.
Selain synthetic pulp, komposisi lain yang makin bikin minuman “rasa” buah tambah terasa nyata adalah konsentrat jeruk. Konsentrat gampangnya bisa dipahami sebagai kandungan utama bahan tertentu yang dipadatkan dengan cara menghilangkan komposisi lainnya. Dalam konteks konsentrat jeruk, biasanya dibuat dengan cara menguapkan mayoritas kandungan air pada jus jeruk asli.
Konsentrat jeruk kemudian dapat digunakan untuk membuat minuman rasa jeruk. Keuntungannya dalam kacamata industri adalah hanya perlu menambahkan sedikit konsentrat untuk membuat produk siap minum yang rasanya sama sekali nggak berbeda dengan jus jeruk asli. Coba deh sesekali kepoin komposisi minuman kemasan rasa jeruk yang mengklaim ada bulir buah aslinya, pasti ada pula kandungan konsentrat yang kira-kira sebanyak 10-20%, beda-beda lah tiap merek.
Nah, makanya, nggak usah lah merasa paling alami kalau minum produk industri yang katanya mengandung sari buah asli dan bulir jeruk pilihan. Mending pakai alasan yang jelas dan lugas saja, ya karena enak, udah gitu aja. Dari dulu juga gitu to orang Indonesia, makan apa pun yang penting enak dan mengenyangkan.
Makanya nggak heran kalau gula dan lemak selalu jadi pilihan pertama konsumen Indonesia. Mengapa? Ya karena apapun saya yang berlemak itu enak, dan semuanya yang mengandung gula pasti mengenyangkan. Pokoknya, rasa mah nomor satu!
BACA JUGA Mengurutkan 5 Kopi Botol Kemasan Terenak yang Ada di Minimarket dan tulisan Adi Sutakwa lainnya.