Saya dan istri jualan online sudah selama satu tahun dan sudah satu tahun juga saya melayani berbagai macam pertanyaan dari calon pembeli. Kini tahun kedua sedang berjalan. Terkadang saya mendapatkan pertanyaan yang ribet alias njlimet. Terkadang juga dapat pertanyaan yang simple. Bagusnya saya sudah terbiasa sehingga nggak sampe kzl bingit dilim menghidipinyi pirtinyiin ying ribit.
For your information aja nih, Mylov, saya jualan buku di marketplace. Salah satu penerbit yang saya jual buku-bukunya adalah Buku Mojok. Eh, eh, eh, enggak kok, enggak. Saya nggak lagi ngiklan. Harap tenang, pemirsa setia Terminal Mojok. Tenang, saya nggak akan menyebut nama toko online milik saya di tulisan ini dan nggak akan menawarkan produk juga. Janji, deh…
Saya cuma mau cerita aja bahwa hal yang paling sering saya lakukan saat melayani pembeli secara online adalah, yaaa, apa lagi kalau bukan menjawab satu per satu chat dari calon pembeli. Saya sebut calon karena memang belum pasti jadian membeli. Namanya juga calon, biasanya habis pdkt nanya-nanya ada yang jadian beli ada juga yang enggak. Alhamdulillah kalau sampai jadi beli. Kalau nggak, ya, nggak apa-apa juga. Sekali lagi, namanya juga baru calon, jadi, ya, jodoh-jodohan juga.
Kalau perkara mahar sudah tidak saya pikirkan lagi. Saya pasang mahar sesuai dari penerbit. Tapi kadang juga saya diskon (ayo pemburu diskon mana suaramu), uwuwuuu~
Saya percaya bahwa sebuah karya tulis dan pembaca ibarat dua insan yang akan berjodoh kendati jalannya terjal dan berliku. Sebab itu, saya ingin menjadi Mak Comblang yang baik sebagaimana fungsi sebuah jembatan yang menjembatani karya dari penulis (buku) ke pembaca. Tapi kalau soal jalan berliku dan terjal, mari serahkan hal itu ke Mamang kurir ekspedisi favorit Mylov semua.
Kami punya satu misi yakni menjadi reseller buku yang baik seperti slogannya Buku Mojok penerbit yang baik. Sehingga satu-satunya cara untuk mencapai hal itu, responlah chat dengan baik juga. Jangan dikit-dikit siap, dikit-dikit siap grak. Emangnya mau upacara! Tapi terkadang saya suka mikir dua kali untuk mengetik sebuah kalimat yang baik, agar menjadi kalimat yang tidak membuat calon pembeli tersinggung, terluka hatinya, apalagi sampai marah.
Suatu pagi saya mengeluh kepada istri. Hedeh, saya lelah menjawab pertanyaan yang gitu terus. Kita perlu nggak sih bikin semacam F.A.Q? Maka jawaban dari istri saya adalah, nggak perlu. Karena teringat misi kami di atas, maka saya harus membangun engagement dengan calon pembeli. Nah, membalas chat dengan cepat adalah salah satu caranya dan sudah menjadi jalan ninja saya. Meskipun pertanyaanya, yaaa, itu-itu terus.
Mau bagaimanapun kalau sudah mencemplungkan diri ke dunia jualan online, maka nggak akan luput dari seberapa cepat merespon atau membalas chat yang masuk. Karena itu saya memang tidak perlu membuat sebuah F.A.Q, sebuah disclaimer; harap baca dahulu sebelum membeli, atau disclaimer lainnya seperti; ulasan wajib kasih bintang 5, kalo nggak akan diblok. Kanmaen dah, gilik bingit king diging midil kiyik gini.
Saya dan istri sepakat bahwa yang perlu dilakukan saat mengunggah produk cukup menuliskan deskripsi seperti nama penulis, nama penerbit, sinopsis, jumlah halaman, dan tentu saja harga. Kalau soal stok-stokannya ada atau kosong, setiap hari akan di-update. Jadi di toko online kami keterangan stoknya akan sesuai dengan stok fisik yang tersedia.
Supaya jangan sampai kejadian kayak gini: Misalnya stok di marketplace stoknya ada 2, tapi fisiknya di kami kosong, lalu tiba-tiba ada yang pesan, wah, bisa gawat bukan main. Udah kayak negara api mau nyerang. Dari mana kami bisa mengirim barang yang udah dipesan? Bisa hilang poin dan reputasi kami, kalau sampai pemesanan kami batalkan.
Eh, emangnya apa aja, sih, yang sering ditanya oleh pembeli?
Mau tahu aja, atau mau tahu bulet banget, nih. Ya udah simak ya yang pertama…
Jeng… Jeng… Jeng
…Kak, bukunya ready?
Pertanyaan ini adalah pertanyaan pembuka antara buyer dan seller. Pertanyaan ini ibarat sebuah salam: Assalamualaikmu wr.wb yang terkandung sebuah doa dan hukumnya wajib untuk dijawab. Maka kalau ada yang bertanya ready atau tidak kendati sudah ada keterangannya di deskripsi produk, mau tidak mau dengan secepat kilat harus dijawab: Ready, kak.
Pertanyaan yang kedua: Bukunya ori nggak, Kak?
Saya kira pertanyaan ini adalah pertanyaan yang krusial pasalnya di marketplace kita tidak bisa melihat fisik sebuah produk untuk membedakan asli atau palsu. Terlebih lagi peredaran buku bajakan sangat masif dewasa ini. Harga-harga yang ditawarkan juga bersaing dan hampir mirip dengan harga pasaran buku original dari penerbit. Banyak juga buku bajakan yang dijual di bawah harga pasaran penerbit bahkan bisa sampai setengah harga. Maka dari itu, saya akan jawab dengan mantap: Original, Kak, dan masih terbungkus plastik.
Pertanyaan yang ketiga: Berapa halaman, Kak?
Pertanyaan ini tidak bisa saya remehkan. Saya berkaca pada diri sendiri saja. Dahulu sebelum suka membaca buku, saya suka jiper duluan kalau lihat buku yang tebal-tebal. Baik, tebal atau tipis itu subjektif. Bagi saya buku yang sampai 300-an halaman itu tebal dan buku yang sampai 200-an halaman termasuk sedang, sementara buku yang di bawah 100 halaman itu tipis. Nah untuk memulainya saya baca buku yang tipis-tipis. Dengan begitu, saya wajib menjawab pertanyaan ini misalnya: xiv + 228 halaman, Kak.
Pertanyaan keempat: Bisa dikirim hari ini?
Pertanyaan ini tergantung masuknya jam berapa. Sehari kan ada 24 jam, kalau pertanyaan ini masuk pada pukul 21.30 WIB, ya tentu saja saya akan jawab: Tidak bisa, Kak. Besok pagi baru bisa dikirm. Nggak jadi beli juga nggak apa-apa. Kalau soal cuan, sih, saya butuh tapi nggak akan ngoyo-ngoyo walaupun ada jasa ekspedisi yang buka 24 jam. Biasanya saya melakukan pengiriman ke jasa ekspedisi pada pukul 10.00 WIB, 14.00 WIB, 16.00 WIB, dan terakhir jam 19.00 WIB. Pemesanan di atas jam 19.00 WIB biasanya akan saya kirim hari esoknya. Lagi pula sebagian jasa ekpedisi sudah tutup.
Pertanyaan kelima: Kok paketnya belum sampai ya, Kak?
Waini! Thiss!1!!1
Pertanyaan yang selalu membuat jantung saya dag dig dug duerr Daia! Sebetulnya bisa saja saya jawab: ditunggu saja, Kak atau ditracking saja, Kak. Tapi saya tidak akan menjawab seperti itu. Kan, saya mau jadi reseller yang baik, maka dari itu saya akan menjawab: Sebentar yah, Kak, aku tracking. Setelah saya tracking, terus saya akan konfirmasi ke pembeli. Kalau ada kendala dengan ekpedisinya, saya nggak segan-segan untuk komplen ke jasa ekpedisinya. Setelah itu saya akan sampaikan ke pembeli terkait yang menjadi kendala berdasarkan penjelasan dari pihak jasa ekspedisi.
Pertanyaan yang terakhir: Kak, aku mau beli buku. Tapi ada rekomendasi, nggak?
Biasanya pertanyaan ini masuk lewat WA dan dm IG. Lumayan sering saya dapat pertanyaan kayak gini meskipun nggak sesering kelima pertanyaan di atas. Wah, selo sekali pembeli yang modelnya kayak gini. Sudah pingin belanja, nggak tahu apa yang mau dibeli, minta rekomendasi pula. Biasanya saya akan tanya balik: Sukanya buku apa? Novel, kumcer, esai, atau puisi?
Dari pertanyaan itu saya akan tawarkan buku yang menjadi minat bacanya. Oh iya, sering kali lagi secara nggak sadar saya malah terlibat obrolan tentang buku, berbagi referensi bacaan, dan juga link tulisan yang memuat resensi buku. Karena terlalu larut dalam obrolan, akhirnya saya tanya lagi, “Eh, jadi beli buku apa nih?”
“Dapet diskon, nggak, Kak?”
“15% All item, Kak.”
“Nanti dulu aja, Kak. Oh iya, kapan ada give away, Kak?”
Sip. Udah minta diskon, malah manuver ke give away. Itulah keenam pertanyaan yang sering saya dan istri terima sebagai pedagang online. Sejujurnya ingin rasanya sambat~
BACA JUGA Kalau Teman Jualan, Wajib Beli Nggak, sih? atau tulisan Allan Maullana lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.