Dalam dunia jual-beli, barang imitasi, palsu, bajakan (biasa dikenal dengan sebutan KW) sudah seperti sesuatu yang tidak ada ujungnya dan berputar di situ-situ saja. Sampai dengan saat ini, belum ada langkah yang betul-betul tegas, penghasil barang KW ini baiknya mendapat tindakan seperti apa agar merasa jera.
Pasalnya, memproduksi barang KW secara masif dan diperjual-belikan kepada khalayak sudah pasti melanggar hak cipta. Yang dirugikan adalah produsen asli dari suatu produk tertentu.
Dalam dunia literasi, buku sudah sering sekali dibajak di mana-mana. Bahkan para penjual buku bajakan tidak sedikit yang berani berjualan secara online. Begitu ditegur atau diberi edukasi, banyak diantaranya yang malah playing victim. Orang yang memberi edukasi dianggap ‘mematikan’ rezeki penjual kecil.
Lah, yang lebih dulu ‘mematikan’ rezeki siapa, Bang. Jangan playing victim terhadap kesalahan yang dibuat sendiri. Tuman.
Di samping itu, pembeli sekaligus penikmat barang KW juga terbilang masih banyak. Sebagian di antaranya bahkan berpikir bahwa, jika bisa membeli barang KW, untuk apa membeli barang yang asli? Apalagi harganya terbilang mahal.
Padahal, barang KW pun tidak sedikit yang dijual dengan harga yang terbilang mahal, berkisar ratusan ribu. Biasanya untuk produk yang masih berkaitan dengan outfit.
Beberapa teman saya beranggapan, mau asli atau KW, tidak ada bedanya dan tidak akan terlihat. Jadi, dengan harga yang masih bisa dijangkau (meski mencapai ratusan ribu), mereka lebih memilih membeli barang KW. Yang luput dan sering diabaikan adalah justru kualitas sebenarnya. Padahal, sudah jelas perbedaan kualitas antara barang asli dan KW sangat berbeda jauh.
Saya pernah mencoba mengedukasi mereka agar membeli produk original. Bukan untuk gaya-gayaan atau menyombongkan diri, tapi lebih kepada untuk membiasakan diri menghargai produk asli. Tidak perlu yang sampai jutaan. Produk lokal pun sudah banyak yang bagus. Kualitasnya tidak kalah mumpuni dengan produk luar. Selain kualitas, harganya juga terbilang masih terjangkau.
Lumayan, kan, bisa memiliki produk original dalam negeri dengan harga yang tidak jauh beda dengan harga barang KW?
Jika sudah dihadapkan dengan hal tersebut, lebih pilih mana?
Untuk pembeli barang KW, apalagi jika mereka adalah salah satu dari teman kita, memberi edukasi akan jauh lebih baik dibanding mencaci maki. Karena tidak sedikit pula orang yang malah ngece temannya yang lain, ketika tahu membeli barang KW.
Saya punya pengalaman terkait seorang teman yang menggunakan barang KW. Ia sempat curhat, hanya karena membeli sepatu KW, temanya di tongkrongan lain sampai mengolok-olok, menghina, dan mencaci maki. Maksud saya, mungkin ia telah melakukan kesalahan dengan membeli barang KW. Tapi tentu saja caci maki yang ditujukan kepadanya tidak dibenarkan.
Ada cara yang jauh lebih baik agar perlahan ia bisa memberi produk dalam negeri dan original yang kualitasnya jauh lebih paripurna.
Pertama, bisa diedukasi dari sisi kualitas sekaligus menginformasikan bahwa membeli barang KW, artinya mendukung aksi pembajakan. Jika hal itu dianggap normal, artinya produsen asli, sekalipun produk dalam negeri, malah akan merugi. Parahnya lagi, kita malah mendukung aksi pembajakan yang selama ini sudah susah payah dilawan.
Kedua, edukasi dari sisi produk dan harga. Saya selalu berpikir, daripada beli produk luar tapi KW, lebih baik beli produk dalam negeri tapi asli. Atau, kumpulkan uang sedikit lagi saja, sampai akhirnya dapat produk original. Ini akan jauh lebih memuaskan. Dengan membeli produk ori, harapannya barang tersebut bisa awet dan dipakai dalam jangka waktu yang cukup lama.
Gampangannya gini. Kalian beli sepatu Adidas KW seharga 200 ribu. Dalam 2 bulan, sepatu itu jebol. Kalau kalian adalah penganut lem biru (lempar beli baru), dalam setahun kalian bisa beli enam kali. Padahal kalau kalian beli ori seharga 700 ribu, sepatu tersebut bisa tahan dua tahun.
Sini bilang lagi kalau beli barang KW itu irit, sini.
Dengan mengedukasi dua poin tersebut ke beberapa teman, perlahan mindset mereka pun berubah. Akhirnya mereka tidak memaksakan diri untuk membeli barang KW dan lebih memilih membeli produk dalam negeri yang ori. Kepuasan dan proudnya sama saja, kok. Apalagi dari sisi kualitas sama-sama memuaskan. Dari design dan bentuk, betul-betul bersaing dengan produk luar.
Setidaknya, membeli produk dalam negeri dengan kualitas original bisa dijadikan opsi utama. Selain bisa mendukung para produsen dalam negeri, meningkatkan penjualan dan pemasaran produk lokal, juga bisa menekan aksi pembajakan dalam berbagai lini.
BACA JUGA Lamaran Kerja Bisa Ditolak karena Kesalahan-kesalahan saat Wawancara Ini dan tulisan Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.