Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Membonceng Teman yang Mendadak Kesurupan. Kapok, deh!

Agus Dhiki Saputra oleh Agus Dhiki Saputra
18 Desember 2020
A A
Pengalaman Membonceng Teman yang Mendadak Kesurupan. Kapok, deh! terminal mojok.co

Pengalaman Membonceng Teman yang Mendadak Kesurupan. Kapok, deh! terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Setan itu kalau mau masuk ke tubuh orang kok ya nggak mikir-mikir dulu gitu lho, harusnya kan lihat-lihat dulu situasi. Begitu suara yang muncul dalam batin saya ketika teman yang sedang saya bonceng mendadak kesurupan.

Kejadian ini berlangsung satu tahun lalu. Jadi begini ceritanya, hari jumat sekira pukul 14.00 saat itu panas matahari terasa sangat menyengat. Saya yang sedang mengendarai motor berinisiatif melipir ke warung milik teman yang kebetulan tidak jauh dari lokasi saya. Niatnya ngadem dan istirahat sejenak.

Anggap saja teman saya ini bernama Febi. Ketika saya baru saja tiba di warungnya, dia mendadak bilang, “Nah, kebetulan ada si Agus.” Saya pikir kenapa, ternyata dia minta diantar ke rumah Eva. Tentu dia teman saya juga. Kami bertiga sudah berteman sejak SMA, artinya sudah sepuluh tahun jika dihitung sampai sekarang.

Katanya ada yang mau disampaikan ke Eva. Nggak mau lewat telepon, penginnya langsung ketemu saja. “Tapi nanti ya habis asar,” katanya. Alhamdulillah, jadi saya bisa istirahat dulu satu jam, lumayan. Ya sudah langsung saya iyakan. Bukan apa-apa, teman saya yang satu ini kalau sudah kepengin apa-apa harus dituruti. Kalau nggak, bisa marah besar. Apalagi dia tahu kalau saat itu saya sedang menganggur.

Bakda asar kami langsung tancap gas. Jarak dari warungnya ke rumah Eva tidak terlalu jauh, cukup 45 menit kalau naik motor. Di pertengahan jalan dia meminta saya menyimpang dulu ke pasar. Dibelinya kencur entah berapa banyak. Setelah kembali memboncengnya, saya bertanya, “Itu kencur buat apaan?” Eh, dia malah sewot, “Udah ayo berangkat, jangan banyak tanya!”

Sesampainya di rumah Eva, Febi lantas menyodorkan sebuah plastik hitam sembari memintanya untuk segera diberikan kepada ibunya. Tiba-tiba ibunya datang dan duduk di antara kami sambil memeluk lututnya. Tidak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya terdengar suara napas yang terengah-engah. Febi, dengan cepat mengatakan, “Bu, itu aku bawa kencur buat Ibu.” Batin saya, memang itu kencur mau diapakan dan untuk apa?

Ibunya Eva hanya mengangguk lalu berdiri dan beranjak pergi menuju kamar. Febi lantas menepuk kaki Eva sambil bilang, “Cepetan itu kencurnya diparut terus dibalurin ke punggung sama kakinya.” Eva lalu mengambil plastik yang berisi kencur itu dan membawanya ke dapur. Setelah Eva kembali duduk bersama kami, saya bertanya sambil bisik-bisik, “Ibu lu kenapa, Va?”

“Lagi sakit.” jawab Eva.

Baca Juga:

Cerita Horor Blok M Buatan Kawan Saya Bikin Saya Yakin Semua Urban Legend Adalah Karangan

Misteri Makam Pesinden di Pusat Kabupaten Sleman yang Tidak Disadari oleh Pengguna Jalan

“Sakit apaan?” tanya saya.

“Gua juga nggak tahu pastinya, sih. Tapi, kemarin udah dibawa ke klinik sama bapak gua.”

“Oh… eh, itu elu yang minta si Febi bawain kencur?”

“Kagak.”

“Lha, terus siapa? Apa bapak atau ibu elu?”

“Ibu gua kan nggak megang hp, bapak gua juga ngapain punya nomor dia.”

“Tapi, si Febi tahu kan Ibu elu lagi sakit?”

“Kagak, gua nggak ngasih tau ke siapa-siapa. Lagian sakitnya juga baru kemarin.”

“Lhaaaa….” saya melongo sambil melihat ke arah Febi. Saya membatin, ini orang indigo kali ya?

Febi hanya terpaku ke arah ibunya Eva yang sedang berbaring di kamar, yang memang terlihat dari tempat kami duduk karena pintunya pun setengah terbuka. Setahu kami Febi adalah orang yang cerewet. Tapi, entah kenapa saat itu dia tak banyak bicara.

Azan Magrib berkumandang. Setelah menunaikan salat, saya bergegas mengajak Febi untuk pulang. Tapi, dia tidak mau. Katanya habis isya saja. Dan ternyata meski sudah pukul 20.00 dia tetap sulit diajak pulang. Saya menarik lengannya untuk segera berdiri dan memaksanya pulang. Akhirnya dia manut meski sambil marah-marah dan jambak-jambak rambut saya.

Baru beberapa meter kami meninggalkan rumah Eva, tiba-tiba Febi nyerocos. Saya pikir dia sudah kembali normal karena aslinya kan dia memang cerewet. Tapi, kok lama-lama nyerocosnya nggak karuan. Sambil ngomongin ibunya Eva pula.

“Gus, ibunya Eva bukan sakit biasa.”

Ebuset, kok dia malah ngomong begitu. Perasaan saya mulai nggak enak lagi. Saya jadi teringat cerita dari kakaknya beberapa tahun sebelumnya. Febi itu katanya gampang kesurupan. Kalau dia pergi ke mana-mana dan di tempat yang dia kunjungi itu ada setannya, pasti setannya ngikut. Dan itu sering kejadian, katanya.

Memang saya sering diminta mengantar Febi, tapi nggak pernah jauh dan lama. Ya paling jauh ke pasar untuk belanja barang dagangan yang mau dijualnya lagi di warung. Itu juga kalau saya kebetulan lagi ke warungnya, kalau nggak ya bukan saya yang mengantar. Dan alhamdulillah nggak pernah kejadian yang aneh-aneh tuh. Tapi kali itu, saya merasakan keganjilan yang sebelumnya tidak pernah saya lihat darinya.

“Gus, punggung gua berat banget, gua nggak kuat.” Suara Febi terdengar lirih. Saya hanya diam karena harus fokus mengendarai motor. Suaranya tidak terdengar lagi, tapi saya masih merasakan kedua lengannya yang sedari tadi ditaruh di pundak saya. Sesaat sebelum saya sempat melirik ke spion, tiba-tiba, “Hihihihihihi….” dia ketawa ngikik dan suaranya nyaring banget, anjir!

Saya kaget dong, sampai punggung saya maju ke depan dan spontan teriak, “Febi!”

Ketawa Febi mendadak hilang setelah saya teriaki. Saya melirik ke spion, kepalanya tertunduk kaku. Sepanjang perjalanan pulang dia tidak bersuara sedikitpun. Saya yakin Febi mendadak kesurupan saat saya bonceng. Batin saya meronta-meronta sambil melafalkan berbagai bacaan yang saya mampu.

Saya langsung mengantar Febi ke rumahnya yang memang bersebelahan pula dengan warungnya. Setelah turun dari motor, saya lihat dia tampak biasa-biasa saja. Bahkan sempat menawari saya secara ramah untuk masuk dulu ke dalam rumahnya dengan ekspresi wajah yang seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Seolah peristiwa mendadak kesurupan di atas motor itu tak pernah terjadi.

Tentu saya menolaknya secara halus dengan alasan sudah malam dan harus segera pulang. Sampai di rumah, saya langsung ke kamar dan rebahan terus celetuk, “Duh, Gusti! Nggak lagi-lagi deh, kapok!”

BACA JUGA Warteg Boleh Ada di Mana-mana, tapi Warsun Tetap Juaranya dan tulisan Agus Dhiki Saputra lainnya. 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 17 Desember 2020 oleh

Tags: cerita horormalam jumat
Agus Dhiki Saputra

Agus Dhiki Saputra

Susah tidur, susah bangun~

ArtikelTerkait

cerita horor bertemu siluman manusia berkepala kuda mojok.co

Cerita Horor Pakdhe Saya yang Diseruduk Siluman Manusia Berkepala Kuda

1 Juni 2020
kakek tua

#MALAMJUMAT Kakek Tua di Rumah Kayu Jati

5 Desember 2019
sosok

Sosok Tak Kasat Mata yang Menyukai Temanku dan Selalu Mengikuti Selama Satu Minggu

10 Oktober 2019
Sangkar burung kicau. (Unsplash.com)

Kisah Ayah Saya Menangkap Pencuri Burung Kicau Milik Tetangga

19 Juli 2022
Hikayat Bola Api Terbang yang Identik dengan Kota Pandeglang terminal mojok.co

Cerita Horor yang Nagih

30 Agustus 2019
asrama mahasiswa

Sosok Penghuni Asrama Mahasiswa yang Sebenarnya

11 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.