Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Memalukan Saat Pertama Kali Makan di Restoran Jepang

Aly Reza oleh Aly Reza
13 Oktober 2020
A A
restoran jepang pengalaman sumpit surabaya mojok

restoran jepang pengalaman sumpit surabaya mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Saat awal-awal merantau di Surabaya dulu, ada satu hal yang sebisa mungkin saya hindari, yaitu makan di tempat mewah (entah di restoran atau di mal). Saya pasti akan menolak dengan berbagai alasan tiap kali ada yang ngajakin saya buat kumpul-kumpul di tempat-tempat kayak gitu.

Pertimbangan saya selalu menolak, pertama, jelas karena duit saya pas-pasan. Tapi, ini bukan alasan yang cukup kuat, sebab toh saya bisa saja memilih makanan dengan harga paling murah. Nah, alasan kedua nih yang sebenarnya bikin saya nggak mau-mau bener, yaitu takut nggak bisa cara makannya.

“Eh, gimana-gimana?”

Jadi gini, saya adalah anak kampung yang tentu lebih nyaman makan di warteg atau warung-warung biasa saja. Nggak repot. Tata caranya juga simpel, kalau nggak pakai sendok ya tinggal sombor saja pakai tangan.

Tapi, beda kasus misalnya harus nurutin ajakan temen-temen buat makan di restoran Jepang gitu katakanlah. Serius—pada masa-masa tersebut—saya sama sekali nggak paham gimana caranya pakai sumpit. Hla ini kalau saya makan bareng temen-temen terus clingak-clinguk nggak mudeng kan ya lucu. Oke mungkin bisa sih, minta garpu sama pelayan, Tapi, lagi-lagi, tak jamin pasti bakal jadi bahan ketawaan dan cemoohan karena saya nggak bisa menggunakan sumpit.

Sialnya, pernah suatu kali saya terjebak dalam situasi memalukan tersebut.

Ceritanya, Mbak sepupu saya yang kebetulan sudah empat tahun lebih bekerja di Surabaya ngajakin saya buat hangout. Sebenarnya sudah dari sebelum-sebelumnya Mbak sepupu saya ngajakin. Namun, saya selalu saja mengelak dengan dalih sibuk urusan kampus lah, ini lah, itu lah. Pokoknya alasan apa saja biar nggak jadi keluar.

Baru di malam itu, setelah kehabisan alasan, akhirnya saya nggak bisa menolak ajakannya. Dari awal saya sudah curiga, pasti bakal diajak kulineran yang aneh-aneh. Sebab, pas saya jemput dia di kosan, dia sudah ngasih prolog gini, “Nggak bosen apa makan pecel sama lodeh tiap hari? Kali ini kamu harus coba kuliner yang lain. Yang seger-seger, lah.”

Baca Juga:

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Mak glek! Mendengar itu firasat saya yang sebelumnya sudah buruk malah jadi lebih buruk.

Benar saja, setelah mengikuti rute yang dia arahkan, kami akhirnya berhenti di sebuah restoran Jepang belakang Grand City.

Baru saja ngadepin daftar menu di restoran Jepang tersebut, saya sudah dag dig dug ser, Cah. Sumpah, saya sudah salah tingkah. Hla piye, wong satu pun nggak ada yang familiar, je. Satu-satunya yang sedikit saya tahu cuma ramen, berkat beberapa kali nonton serial Naruto. Eh itu pun nggak tahu juga jenis-jenis toppingnya.

Jadi pas saya cuma bilang, “Saya mau ramen saja,” saya langsung gelagapan ketika mendapat serangan balik dari si pelayan, “Ramen yang apa?” Modyar kowe!!!

Begitulah hingga akhirnya saya memutuskan untuk menyamakan saja dengan ramen yang dipesan oleh Mbak sepupu saya. Menu-menu lain juga saya serahkan sepenuhnya sama dia. Daripada bingung kalau ditanya balik, mending cari aman aja dah.

Cerita masih berlanjut. Ketika pesanan kami sudah dihidangkan, saya juga auto mikir keras, gimana coba caranya makan ramen, susi, dan entah apa lagi itu pakai sumpit? Secara, selama di kampung saya terbiasa makan pakai tangan atau mentok ya sendok-garpu. Sementara Mbak sepupu saya sudah lhab-lheb lhab-lheb.

“Loh, dimakan to, Li. Jangan dilihatin, thok,” ujar Mbak sepupu pas melihat saya masih bingung caranya megang sumpit. “Oooo, kamu nggak bisa pakai sumpit, tho?”

“Eh, bisa kok bisa. Bentar…” kilah saya gelagapan setengah malu saat diseruduk dengan pertanyaan punchline kayak gitu.

Bedebahnya, saya kok ya nggak berhasil-berhasil nyepit ramen pakai sumpit. Pasti merucut terus. Akhirnya terpaksa pakai sendok yang fungsi sebenarnya cuma buat nyeruput kuah. Berlanjut pas sesi makan sushi, bolak-balik cengkeraman sumpit saya lepas.

Melihat usaha saya yang mendekati kata muspra, Mbak Sepupu cuma bisa cekikikan. Ah ya sudah lah. Karena sudah kepalang malu, saya pun memutuskan buat makan sushi menggunakan tangan. Comot, celupin sausnya, terus masukin ke mulut. Beres. Harusnya bisa sesimpel itu, loh, kok ya harus ribet pakai sumpit segala. Hmmmm.

Namun, nggak bisa dimungkiri, pengalaman memalukan makan di restoran Jepang itu memberi saya beberapa catatan penting.

Pertama, kalau emang nggak bisa, ya sudah bilang aja nggak bisa. Nggak usah sok-sok gengsi kalau ujung-ujungnya malah malu-maluin diri sendiri. Kalau dari awal bilang nggak bisa kan mungkin saya bisa saja minta diajari dulu sama Mbak sepupu saya, meski dengan kemungkinan terburuk bakal diketawain dulu.

Sama-sama malunya, sih. Tapi, dibanding malu saat langsung terus terang, kayaknya lebih malu lagi pas kita akhirnya ketahuan cuma pura-pura bisa. Dan itu bikin ribet diri sendiri emang.

Kedua, setelah kejadian itu, saya berusaha lebih survive. Jadi misalnya diajak makan di tempat yang ‘aneh-aneh’ sama temen, saya pasti perhatikan dulu cara makannya gimana, cara megang sumput itu kayak gimana, dan hal-hal teknis receh kayak gitu pasti saya perhatikan. Walhasil seolah udah biasa gitu, loh, makan model gituan.

Nggak cuma urusan makan aja, sih. Ke mana pun dan mau ngapain aja, kalau sekiranya masih awam, saya pasti menyempatkan diri buat belajar tutorial dari YouTube. Misalnya, pas awal-awal temen saya ngajak naik gunung, saya auto siap-siap nontonin gimana tutorial masang tenda yang presisi, eh biar nggak jatuh di lubang yang sama lagi, heuheuheu.

Emang bener kata Mas Sabrang (Noe), bisa bener dan presisi itu memang dimulai dari kesalahan dan hal-hal memalukan dulu. Ntabs.

BACA JUGA 3 Pengetahuan Dasar Tentang Terminal Bungurasih yang Wajib Diketahui dan tulisan Aly Reza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Oktober 2020 oleh

Tags: ramenrestoran jepangsumpitSurabaya
Aly Reza

Aly Reza

Muchamad Aly Reza, kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Penulis lepas. Bisa disapa di IG: aly_reza16 atau Email: [email protected]

ArtikelTerkait

6 Jalan Nggak Rata di Surabaya yang Paling Parah

6 Jalan Nggak Rata di Surabaya yang Sering Dikeluhkan Warga

5 Maret 2022
Indomie Ramen Series, Mi Instan dengan Rasa Paling Enak Sejagat Raya

Indomie Ramen Series, Mi Instan dengan Rasa Paling Enak Sejagat Raya

21 November 2024
Kereta Api Ambarawa Ekspres, Transportasi Terbaik dari Semarang ke Surabaya

Kereta Api Ambarawa Ekspres, Transportasi Terbaik dari Semarang ke Surabaya

17 Januari 2025
Rujak Cingur Ahmad Jaiz, Kuliner Khas Surabaya yang Overrated, selain Harganya yang Mahal, Nggak Ada yang Spesial!

Rujak Cingur Ahmad Jaiz, Kuliner Khas Surabaya yang Overrated, selain Harganya yang Mahal, Nggak Ada yang Spesial!

5 Agustus 2024
5 Alasan yang Membuat Saya Nggak Menyesal Kuliah di Malang  Mojok.co wisata di malang surabaya

Malang Memang “Surga” bagi Warga Surabaya, tapi Jangan Kaget dengan Lalu Lintasnya

2 Desember 2024
Fakta Buruknya Kondisi Jalanan di Jogja dan Surabaya (Unsplash)

Jalanan Jogja Semakin Parah. Sama Parahnya seperti Kota Surabaya yang Menjadi Kota Paling Macet di Indonesia

11 Januari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.