Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kenapa Sih Pemerintah Hobi Pakai Istilah Njelimet Buat Komunikasi sama Rakyat?

Reni Soengkunie oleh Reni Soengkunie
21 Maret 2020
A A
irasional wabah covid-19 Kenapa Sih Pemerintah Hobi Pakai Istilah Njelimet Buat Komunikasi sama Rakyat?

irasional wabah covid-19 Kenapa Sih Pemerintah Hobi Pakai Istilah Njelimet Buat Komunikasi sama Rakyat?

Share on FacebookShare on Twitter

Untuk masalah virus Corona ini, kita semua tahu bahwa virus ini bukanlah virus main-main dan bisa dianggap enteng. Meski Pemerintah juga tengah bersiap untuk menanggulangi wabah ini, tapi peran masyarakat juga sangat penting dalam hal ini. Sebaik apa pun Pemerintah membuat larangan dan membuat penanggulangan dalam penyakit ini, namun jika masyarakatnya sendiri abai dengan kesehatan dan kebersihannya sendiri maka mustahil jika kita bisa menekan laju pernularan virus ini.

Saat ini kita mengenal begitu banyak istilah baru untuk pandemi corona ini. Ada self quarantine/isolation, sosial distancing, rapid test, lockdown, WFH, dan lain-lain. Untuk orang-orang modern yang sudah melek bahasa asing, mungkin tidak terlalu masalah dengan istilah-istilah ini. Mereka akan mudah memahaminya. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang tinggal di kampung atau orang-orang yang tidak pernah mengenyam bangku sekolahan? Jangankan untuk tahu istilah tersebut, untuk mengucapkan ulang kata-kata tersebut saja lidahnya kadang akan kepeleset-peleset karena tak terbiasa.

Saat pemerintah mengeluarkan perintah untuk sosial distancing, kemudian sebagian orang masih saja santai untuk kumpul-kumpul di sebuah acara. Orang-orang kampung jika bertemu juga masih saja bersalaman seperti biasanya. Saat disuruh untuk isolation, orang juga masih ke sana-sini seperti pandemi corona ini bukan sesuatu hal yang besar dan perlu ditakuti. Ini bukan masalah sebuah agama atau kepercayaan yang membuat orang bebal untuk menuruti anjuran pemerintah, tapi memang ada beberapa orang itu yang belum mengerti bahwa virus Corona ini sangat berbahaya dan penyebarannya sangat cepat.

Secara sederhananya itu, yah gimana orang mau mengikuti Pemerintah begitu saja jika mereka belum mengerti untuk apa mereka melakukan hal itu. Sama seperti kita, kalau tiba-tiba disuruh melakukan sesuatu yang kita sendiri gak tahu apa manfaatnya tentu kita bakal menolaknya kan ya? Ingat ya, penduduk Indonesia ini banyak banget dan gak semua melek teknologi serta bisa berpikiran kritis. Jadi, jangan langsung mengecap bahwa orang-orang daerah itu suka bebal kalau diberi tahu.

Mungkin Pemerintah bisa meniru gaya dan taktik Sunan Kalijaga dalam hal ini. Saat melakukan dakwah atau penyebaran agama Islam dulu di Pulau Jawa, Sunan tahu sekali watak dan kebiasaan orang Jawa. Jika saat itu Sunan datang membawa ceramah tentang ayat-ayat Alquran dan Hadis, sudah barang tentu orang-orang di Jawa tak akan mau memeluk agama Islam. Tapi Sunan menggunakan pendekatan yang mudah dimengerti oleh masyarakat. Menyelipkan ayat-ayat suci di dalam sebuah tembang yang setiap hari disenandungkan oleh warganya dengan suka cita. Sehingga masyarakat lebih mudah mencerna kebaikan yang hendak ditawarkan oleh suatu agama tersebut.

Jika saja Pemerintah juga mau luwes dalam berkomunikasi dengan masyarakatnya sendiri tentu akan lebih mudah diterima. Jangan menggunakan bahasa-bahasa asing untuk para pribumi. Gunakanan kata-kata yang mudah untuk dimengerti.

Daripada menggunakan istilah sosial distancing, bukanlah lebih baik Pemerintah menyerukan larangan untuk jaga jarak dengan orang lain atau jangan ngumpul-ngumpul dulu. Kalau orang Jawa mungkin bisa diberi penjelasan bahwa sosial distancing itu artinya kurang lebih ojo cerak uwong sikek. Kalau orang Sunda bisa pakai istilah tong ameng atawa ngariung, kaluar saperluna.

Work from Home (WFH) kan bisa lebih praktis dibilang kerja dari rumah. Kalau di Jawa yah bilang aja kerjo neng omah. Lockdown bukannya lebih gampang tinggal bilang penutupan wilayah. Rapid test juga lebih mudah kalau dibilang tes/periksa cepat. Isolation juga bisa dibilang jangan keluar rumah dulu. Hand sanitazer juga bisa dibilang pencuci tangan bersih.

Baca Juga:

Vaksin Covid-19 Butuh Waktu Lama untuk Dibuat: Penjelasan Sederhana

Kakak Saya Perawat dan Dia Sudah Lelah Sebelum #IndonesiaTerserah

Bagi orang tua zaman dulu yang mungkin tinggal di Jawa mungkin buat memahami apa itu virus corana mungkin sesuatu yang sulit. Pendekatan untuk memahami virus ini lewat sebuah penejlasan lewat sains tentu tidaklah cocok. Tapi kalau saja pemerintah daerah bilang bahwa virus corona ini merupakan pagebluk pasti orang bakalan langsung tahu bahwa virus ini bukan penyakit sederhana. Mereka juga bakalan takut untuk keluar rumah atau sekadar bersalaman dengan orang lain saat tahu bahwa virus ini sudah seperti sebuah goro-goro kalau di sebuah pertunjukan wayang.

Gak perlu harus pakai kata-kata terapan atau yang sesuai KBBI, tapi gunakan kata-kata yang bisa langsung dimengerti oleh masyarakat kita. Kenapa harus memakai istilah asing untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang mayoritas penduduknya berbahasa Indonesia. Mengapa tidak memakai bahasa persatuan saja biar mudah dipahami bersama. Mungkin saja yah, Pemerintah menganut paham ‘Kalau ada yang ribet kenapa pakai yang mudah!’. hehe

BACA JUGA Membela Pemerintah Soal Pentingnya Pariwisata di Tengah Pandemi Corona atau tulisan Reni Soengkunie lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Maret 2020 oleh

Tags: komunikasi politikvirus corona
Reni Soengkunie

Reni Soengkunie

Manusia yang suka mainan sama kucing, suka nonton video kucing, dan hobi ngobrol sama kucing. IG/Twitter: @renisoengkunie.

ArtikelTerkait

4 Alasan Seseorang Menanyakan Pekerjaan Orang Lain Saat Ngumpul

Arus Pulang Kampung di Tengah Covid-19: Mereka Bukan Pemudik, Mereka Pengungsi

27 Maret 2020
diimbau jangan mudik

Diimbau Jangan Mudik Tapi Boleh Mudik Itu Maksudnya Gimana, sih?

3 April 2020
Bung Jokowi, Saya Sangat Meragukan Komitmen Situ Tentang Demokrasi, berdamai dengan corona

Menebak Maksud Presiden Jokowi yang Nyuruh Kita “Berdamai dengan Corona”

10 Mei 2020
Tukang Sayur di Tengah Keterasingan dan Ketakutan Virus Corona

Tukang Sayur di Tengah Keterasingan dan Ketakutan Virus Corona

25 Maret 2020
Dampak Ekonomi Corona

Dampak Ekonomi Pandemi Corona yang Bisa Bikin Perekonomian Negara Hancur Lebur

15 Maret 2020
Panic Buying, Orang Miskin Cuma Bisa Nontonin

Orang Kaya Sibuk Panic Buying, Orang Miskin Cuma Bisa Nontonin

5 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dear HokBen, Nasi Pulenmu Itu Ditakdirkan buat Dimakan Langsung, Bukan Dijadikan Nasi Goreng

Dear HokBen, Nasi Pulenmu Itu Ditakdirkan buat Dimakan Langsung, Bukan Dijadikan Nasi Goreng

14 November 2025
Jebakan Utang untuk Healing: Bersenang-senang Dahulu, Sengsara Kemudian

Jangan Kasih Utang ke Orang, Traktir Makan Aja: Udah Dapet Pahala, Silaturahmi Tetap Terjaga!

14 November 2025
3 Fakta Menarik tentang Blora yang Jarang Orang Bicarakan

3 Fakta Menarik tentang Blora yang Jarang Orang Bicarakan

15 November 2025
Hutan Kota Indraloka, Wisata Hidden Gem Jakarta Timur Bagaikan Gerbang Time Travel ke Majapahit

Hutan Kota Indraloka, Wisata Hidden Gem Jakarta Timur Bagaikan Gerbang Time Travel ke Majapahit

16 November 2025
4 Peluang Usaha yang Menjanjikan untuk Sambut Natal dan Tahun Baru: Modal Minimal, Cuan Maksimal

4 Peluang Usaha yang Menjanjikan untuk Sambut Natal dan Tahun Baru: Modal Minimal, Cuan Maksimal

11 November 2025
Ikut Bimbel untuk Masuk PTN Itu Sebenarnya Tidak Perlu-perlu Banget, kecuali...  

Menjamurnya Bimbel Bukan karena Pendidikan Kita Ampas, tapi karena Mengajar di Bimbel Memang Lebih Mudah

12 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=xlSfd228tDI

DARI MOJOK

  • Driver Ojol di Malang Pertama Kali Dapat Pesanan Bersihin Makam dan Nyekar di Pusara Orang Kristen, Doa Pakai Al-Fatihah
  • Komikus Era 80-an Akui Sulitnya Membuat Karya di Masa Kini, bahkan Harus Mengamati Lewat Drakor untuk Kembangkan Cerita Anak
  • Lari Sambil Nikmati Kopi dan Pastry, Fitbar Hadirkan Shake Out Run Pertama di Indonesia
  • JILF 2025 Angkat Isu Sastra dan Kemanusiaan
  • Momen Terima Gaji Pertama bikin Nangis dan Nyesek di Antara Perasaan Lega
  • Sibuk Skripsian sampai Abaikan Telpon Ibu dan Jarang Pulang, Berujung Sesal Ketika Ibu Meninggal

Summer Sale Banner
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.