Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

Susahnya Punya Paspor Indonesia, Mau Student Exchange Satu Semester Saja Harus Berjuang

Noor Annisa Falachul Firdausi oleh Noor Annisa Falachul Firdausi
1 Agustus 2025
A A
Susahnya Punya Paspor Indonesia, Mau Student Exchange Satu Semester Saja Harus Berjuang Mojok.co

Susahnya Punya Paspor Indonesia, Mau Student Exchange Satu Semester Saja Harus Berjuang (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Punya paspor Indonesia memang banyak ruginya daripada manfaatnya.

Sejak beberapa tahun belakangan ini, kesempatan untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri semakin terbuka lebar. Bahkan, bukan hanya kuliah selama satu jenjang secara penuh, kita juga bisa mencicipi kuliah di luar negeri lewat program pertukaran pelajar (student exchange) yang umumnya berlangsung selama satu semester.

Ada berbagai lembaga dan skema yang memfasilitasi mahasiswa asal Indonesia untuk bisa ikut student exchange ke luar negeri. Salah satu yang paling terkenal adalah Erasmus+. Erasmus+ merupakan program untuk mendukung pendidikan, pelatihan, kepemudaan, dan olahraga di Benua Eropa yang disokong oleh Uni Eropa. 

Jadi siapapun yang mendapatkan beasiswa student exchange dari Erasmus+, maka dia berhak untuk kuliah selama paling sedikit dua bulan dan maksimal 12 bulan di negara-negara yang termasuk Uni Eropa atau negara partner lainnya.

Turki termasuk negara partner Erasmus+, meskipun belum secara resmi tergabung dalam Uni Eropa. Hampir di setiap kampus di Turki, ada kantor perwakilan Erasmus+. Para mahasiswa yang berkuliah di Turki pun punya hak untuk ikut seleksi beasiswa Erasmus+ dan jika lulus, akan berangkat student exchange ke Eropa.

Beberapa teman saya yang berasal dari Indonesia berhasil mendapatkan beasiswa ini dan siap untuk berangkat ke Eropa. Tapi, karena paspor Indonemia lemah, kita jadi dicap buruk oleh beberapa negara di Eropa. Proses keberangkatan untuk student exchange jadi nggak mulus. Bahkan, bisa dibilang kita harus berdarah-darah untuk bisa berangkat student exchange. Seperti ini ceritanya.

Syarat dan berkas jadi lebih banyak bagi pemegang paspor Indonesia

Pengalaman ini akan berbeda-beda tergantung negara dan lokasi kampus yang menerima kita sebagai mahasiswa tamu. Di beberapa negara, seperti Italia dan Jerman, sejauh ini masih sangat ketat terhadap siapapun yang berpaspor Indonesia.

Teman saya yang baru saja lolos seleksi beasiswa student exchange Erasmus+ dan akan berangkat ke Italia. Dia sedang pusing tujuh keliling mengurus dokumen-dokumen yang harus ia kirimkan ke Kedutaan Besar Italia di Turki. Selain dokumen pendidikan, seperti transkrip, ia harus menunjukkan rekening koran dengan nominal tertentu serta tiket pesawat dan penginapan sudah harus ada sebelum mengajukan visa.

Baca Juga:

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

Satu persyaratan yang paling membuatnya kaget adalah dia wajib vaksin MMR dan influenza. Uniknya, hanya dia yang diminta untuk memperlihatkan bukti telah divaksin. Temannya yang berasal dari Turki nggak diminta untuk vaksin apalagi menunjukkan bukti vaksinasinya.

Belum tentu permohonan visa diterima

Sebelum berangkat ke negara-negara Uni Eropa dan negara partner Erasmus+ lainnya, mahasiswa yang mendapatkan beasiswa student exchange Erasmus+ harus mengajukan visa terlebih dulu. Pengajuan visa dilakukan di kantor kedutaan besar masing-masing negara. Misalnya, teman saya akan berangkat ke Italia, maka dia harus datang ke Kedutaan Besar Italia untuk Turki di Ankara.

Di atas saya menyebutkan bahwa pemohon visa harus sudah punya bukti pembelian tiket pesawat ke negara yang dituju, ditambah dengan bukti sudah mendapatkan penginapan. Niatnya mungkin biar si pemohon visa ini nggak luntang-lantung di jalan setelah sampai di negara tujuan. Tapi, biaya pembelian tiket pesawatnya kan nggak murah, ya.

Sedihnya, meskipun kita sudah beli tiket pesawat dan sudah booking penginapan, masih ada kemungkinan visa kita ditolak, lho. Gimana nggak bikin pusing, kan?

Total biaya menguras dompet mahasiswa

Biaya untuk mengurus student exchange yang “cuma” satu semester ini sangat menguras dompet, khususnya bagi mahasiswa yang hidup di perantauan di luar negeri yang apa-apa serba mahal.

Walaupun student exchange dengan skema Erasmus+ ini sistemnya reimburse, tapi para mahasiswa tetap harus cari pinjaman ke mana-mana terlebih dulu. Teman saya yang lain sempat pinjam uang ke banyak teman karena biaya keberangkatannya ke Portugal sangat besar. Ia juga harus bongkar tabungannya dan sempat bertahan hidup dengan saldo minus karena uangnya ia gunakan untuk mengurus student exchange.

Itulah bagian nomor sekian-sekian yang menunjukkan mirisnya punya paspor Indonesia. Ada banyak persyaratan tambahan bagi mahasiswa yang akan student exchange ke Eropa yang berbeda dengan pemegang paspor negara lain. Paspor Indonesia lagi krisis seperti ini tapi pemerintah malah merasa mengganti cover paspor lebih mendesak untuk dilakukan. Hadehhh. 

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi

Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Kampus Ruko Dipandang Aneh dan Disepelekan, tapi Saya Nggak Menyesal Kuliah di Sana.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

 

Terakhir diperbarui pada 1 Agustus 2025 oleh

Noor Annisa Falachul Firdausi

Noor Annisa Falachul Firdausi

Alumnus UGM asal Yogyakarta yang lagi belajar S2 Sosiologi di Turki

ArtikelTerkait

5 Rekomendasi Kopi Decaf yang Rasanya Istimewa Terminal Mojok

5 Rekomendasi Kopi Decaf yang Rasanya Istimewa

1 Juli 2022
8 Tempat Wisata yang Sering Dikira Berada di Lembang, padahal Bukan Mojok.co

Sisi Gelap Wisata Lembang, Wisata Indah yang Mencekik Warga Lokal

11 Juli 2024
Google Maps: Aplikasi Rusak yang Makin Rusak Gara-gara Ulah Penggunanya yang Tolol tiktok

Unpopular Opinion: Ulasan di Google Maps Lebih Valid daripada TikTok untuk Rekomendasi Tempat Wisata

16 Agustus 2024
Apa Betul KTP Jadi Syarat Melamar Pekerjaan yang Wajib Dilampirkan? terminal mojok.co

Apa Betul KTP Jadi Syarat Melamar Pekerjaan yang Wajib Dilampirkan?

8 Januari 2021
Jangan Terkecoh! Saya Jelaskan Kenapa Makan di Restoran All You Can Eat Itu Nggak Logis, Cuma Bikin Dompet Nangis

Jangan Terkecoh! Saya Jelaskan Kenapa Makan di Restoran All You Can Eat Itu Nggak Logis, Cuma Bikin Dompet Nangis

15 Oktober 2025
Jam ke-0 untuk Bimbel Sekolah Cuma Bikin Siswa Capek, Nggak Tambah Pintar Mojok.co

Jam ke-0 untuk Bimbel Sekolah Cuma Bikin Siswa Capek, Nggak Tambah Pintar 

13 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.