Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Paradoks Halalbihalal RT yang Mereduksi Keintiman Silaturahmi Warga

Juli Prasetya oleh Juli Prasetya
8 Juni 2019
A A
halalbihalal

halalbihalal

Share on FacebookShare on Twitter

Idulfitri baru saja lewat, SMS dan pesan broadcast via WhatsApp tentang meminta maaf menjamur. Ucapan-ucapan maaf copy paste juga berserakan di smartphone kita.

Nyakitinnya langsung tapi minta maafnya lewat wassap. Terus minta segera dilupakan dan diikhlaskan, mintanya maksa lagi. Hufft akutu ngabisa diginiin.

Hari Raya Idulfitri kehangatannya masih bisa kita rasakan dan rayakan dengan dada gemetar. Dengung takbir masih terngiang jelas di hati dan sanubari.

Di Indonesia momen ini tentu saja menjadi suatu peristiwa yang luar biasa indah; memorable sekaligus instagramable. Menyenangkan sekaligus mengenangkan.

Di momen Idulfitri ini, para jomblo dewasa meskipun sebagian besar tak mendapatkan THR lagi, tapi ia memiliki kesempatan untuk menggaet kerabat yang mungkin memiliki paras ayu dan rupawan untuk diajak berswafoto bareng, lalu update status, “with mylov” untuk mengesankan bahwa “hari ini” dirinya baik-baik saja. Baik.

Di Indonesia Idulfitri juga lekat dengan satu budaya yang sangat khas Indonesia. Yakni Halalbihalal. Menghalalkan apa-apa yang belum tertuntaskan, seperti kata Eka Kurniawan dalam Novelnya “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas”.

Ya kita harus menghalalkan dan menuntaskan segala keresahan dan dendam di hati. Maka halalbihalal menjadi suatu budaya yang amat sangat penting sekaligus unik.

Dari Instagram @matahatipemuda yang disarikan dari @nahdlatululama menjelaskan bahwa dalam sejarahnya, halalbihalal dicetuskan pertama oleh KH Abdul Wahab Chasbullah.

Baca Juga:

Bukan karena Rasanya Enak, Biskuit Khong Guan Dibeli karena Bisa Memberi Status Sosial

Nostalgia Masa Kejayaan Bata, Sepatu Jadul yang Membuat Saya Sombong saat Lebaran

Dikisahkan pada tahun 1948 di awal-awal kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno (barakallah, hepibersdey bung, selamat ulang tahun, semoga di sana kamu tidak geram dengan ulah anak-anak bangsamu) kelabakan memikirkan para elit politik yang berseteru, tengkar tiada henti, tak tak mau didudukan satu sama lain. Selain itu pemberontakan juga terjadi di mana-mana.

Melihat gejolak permusuhan di tubuh bangsanya dan pemberontakan. Pada pertengahan bulan Ramadan, Soekarno akhirnya mengundang KH Abdul Wahab Chasbullah ke istana negara untuk mencarikan jalan keluarnya.

Kiai Wahab kemudian menyarankan agar para elit politik itu untuk bersilaturahmi. Karena sebentar lagi hari raya Idulfitri. Tapi Soekarno berpendapat silaturahmi itu hal biasa.

Lalu Kiai Wahab menjelaskan hal itu bisa diakali. Para elit politik tak mau bersatu karena mereka saling menyalahkan, saling menyalahkan itu dosa. Dan dosa itu haram.

Nah agar elit politik tidak punya dosa (haram) maka harus dihalalkan. Maka mereka harus duduk bersama dalam satu meja untuk saling memaafkan dan saling menghalalkan. Sehingga silaturahmi kita pakai istilah halal bi halal, pungkas kiai.

Maka Idulfitri pada tahun itu, Presiden Soekarno mengundang seluruh tokoh elit politik untuk menghadiri silaturahmi di istana negara dan diberi judul “Halal bi halal”, sehingga mereka bisa duduk bersama dalam satu meja, sebagai babak baru menyusun kekuatan dan persatuan bangsa.

Dalam budaya halalbihalal ini para orang tua maupun muda mendapatkan medium untuk mengekspresikan perasaannya, untuk meminta maaf sekaligus memberi maaf.

Di sini tua atau muda sama saja, perihal kesalahan-kesalahan yang lewat ucapan-ucapan yang menyakitkan dimohon untuk dihalalkan dan dimaafkan.

Namun tahukah pembaca yang budiman? Bahwa baru-baru ini ada satu fenomena idulfitri yang menciptakan satu budaya yang sangat baik sekaligus menghilangkan sisi-sisi getaran-getaran hati manusia ; mengaburkan perihal keintiman. Apa itu? Yakni Halalbihalal RT.

Fenomena ini sudah menjamur di seluruh Indonesia, tak terkecuali di kampung saya.

Pada Halalbihalal RT ini para warga suatu RT dikumpulkan di jalan raya, di lapangan atau di jalan kampung. Lalu kemudian berkeliling saling bersalaman, sambil diiringi dengan selawatan.

Sekilas budaya atau kegiatan ini sangat baik dan tak bermasalah. Namun jika ditelisik lebih dalam, kegiatan Halalbihalal RT ini juga sedikit demi sedikit menggerus keintiman silaturahim warga.

Loh kok bisa? Halalbihalal RT menciptakan keintiman sekaligus menghilangkannya?

Jadi begini, latar belakang alasan pertama halalbihalal RT dilakukan pada awalnya selain untuk medium saling bermaafan dengan cepat, juga untuk meringkas waktu dan mencari kepraktisan. Mencari kesangkil-mangkusannya. Dalam istilah kampung saya disebut nyingget wektu.

Jadi ketika seseorang sudah mengikuti Halalbihalal RT maka ia merasa sudah tidak berkewajiban datang ke rumah-rumah untuk silaturahmi atau dalam istilah di kampung saya nyalam bekti.

Nah pada titik ini, problem muncul. Pada kegiatan Halalbihalal RT di era modern ini orang-orang lebih memilih mencari yang cepat dan praktis.

Termasuk dalam silaturahmi sekarang juga memilih yang praktis. Yakni halalbihalal RT, dimana semua orang dikumpulkan untuk meringkas dan mempraktiskan prosesi halalbihalal.

Hanya salaman sekilas sambil lalu. Dengan asumsi bahwa ketika tangan sesama muslim saling bersalaman maka rontoklah segala dosa diantara mereka.

Lalu bagaimana mana dengan prosesi kunjung mengunjungi, berinteraksi sekaligus berkomunikasi?

Salah satu guru saya pernah bilang, silaturahim itu memperpanjang umur karena ada entitas interaksi dan komunikasi di sana.

Manusia sebagai mahluk sosial pasti tak bisa lepas dari interaksi dan komunikasi. Manusia yang menafikan itu, maka perlahan ia akan ditelan kesepian dan kesunyian.

Seperti kata Chairil Anwar dalam puisinya ; Mampus kau dikoyak sepi.

Seyogyanya halalbihalal juga harus dibarengi dengan kunjung mengunjungi dari rumah ke rumah, salaman dan meminta maaf dengan spirit silaturahim dan halalbihalal.

Tapi di halalbihalal RT, kita hanya dikumpulkan untuk meringkas hal itu, dan kata maaf hanya sebagai formalitas.

Padahal keintiman silaturahim ini yang seharusnya dijaga. Karena dalam prosesi silaturahim dari rumah ke rumah itu ada berkah-berkah tersembunyi antara tamu dan tuan rumah.

Ada amanat-amanat, petuah dan nasehat yang diberikan para sesepuh dan pinesepuh untuk anak cucunya. Ada komunikasi dan interaksi bertukar informasi antar tetangga, ada semacam kepedulian dan rasa empati di sana.

Dan hal itu tidak bisa didapatkan dari hanya sekadar Halalbihalal RT.

Ketika mata tak bisa lagi melihat
Ketika hidung tak bisa lagi bernapas
Ketika mulut tak bisa lagi berbicara
Ketika tangan tak bisa lagi menggenggam
Ketika kaki tak bisa lagi berjalan
Ketika semua rasa ini kuungkapkan dan berharap pintu hatimu akan terbuka

Ketika oleh J-Arfa

Saya mengucapkan:

Taqobbalallohu minna waminkum, minal aidin walfaizin

Selamat Idulfitri mohon maaf lahir dan batin

Wallahu a’lam bisshawab

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: HalalbihalalIdulfitriKritik SosialLebaran
Juli Prasetya

Juli Prasetya

Pemuda desa tampan dan sederhana. Pernah ditolak cewek karena terlalu baik, dan juga pernah ditinggal nikah. Sekarang sedang berproses di Bengkel Idiotlogis asuhan Cepung.

ArtikelTerkait

Antek Pengguna Toilet yang Menjengkelkan dan Perlu Dibina toilet umum etika buang air terminal mojok.co

Kisah Resah di Toilet Sekolah

14 Agustus 2019
sendawa

Mari Melepaskan Sendawa Dari Stigma Negatif

4 Juli 2019
puasa yang dipermasalahkan

Puasa yang Dipermasalahkan

30 Mei 2019
Lebaran Tahun Ini: Meski Raga Tak Bersama, Silaturahmi Tetap Harus Terjaga Berlutut dan Pakai Bahasa Jawa Kromo Adalah The Real Sungkeman saat Lebaran Selain Hati, Alam Juga Harus Kembali Fitrah di Hari yang Fitri Nanti Starter Pack Kue dan Jajanan saat Lebaran di Meja Tamu Mengenang Keseruan Silaturahmi Lebaran demi Mendapat Selembar Uang Baru Pasta Gigi Siwak: Antara Sunnah Nabi Atau Komoditas Agama (Lagi) Dilema Perempuan Ketika Menentukan Target Khataman Alquran di Bulan Ramadan Suka Duka Menjalani Ramadan Tersepi yang Jatuh di Tahun Ini Melewati Ramadan dengan Jadi Anak Satu-satunya di Rumah Saat Pandemi Memang Berat Belajar Gaya Hidup Eco-Ramadan dan Menghitung Pengeluaran yang Dibutuhkan Anak-anak yang Rame di Masjid Saat Tarawih Itu Nggak Nakal, Cuma Lagi Perform Aja Fenomena Pindah-pindah Masjid Saat Buka Puasa dan Salat Tarawih Berjamaah 5 Aktivitas yang Bisa Jadi Ramadan Goals Kamu (Selain Tidur) Nanti Kita Cerita tentang Pesantren Kilat Hari Ini Sejak Kapan sih Istilah Ngabuburit Jadi Tren Ketika Ramadan? Kata Siapa Nggak Ada Pasar Ramadan Tahun Ini? Buat yang Ngotot Tarawih Rame-rame di Masjid, Apa Susahnya sih Salat di Rumah? Hukum Prank dalam Islam Sudah Sering Dijelaskan, Mungkin Mereka Lupa Buat Apa Sahur on the Road kalau Malah Nyusahin Orang? Bagi-bagi Takjil tapi Minim Plastik? Bisa Banget, kok! Nikah di Usia 12 Tahun demi Cegah Zina Itu Ramashok! Mending Puasa Aja! Mengenang Kembali Teror Komik Siksa Neraka yang Bikin Trauma Keluh Kesah Siklus Menstruasi “Buka Tutup” Ketika Ramadan Angsle: Menu Takjil yang Nggak Kalah Enak dari Kolak Nanjak Ambeng: Tradisi Buka Bersama ala Desa Pesisir Utara Lamongan

Lebaran Tahun Ini: Meski Raga Tak Bersama, Silaturahmi Tetap Harus Terjaga

23 Mei 2020
kawan menjadi lawan

Kawan yang Kini Merasa Menjadi Lawan, Kembalilah Seperti Dulu

26 Mei 2019
bau badan

Kenapa Sih Orang yang Bau Badan Nggak Sadar dengan Bau Badannya Sendiri?

10 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu
  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.