Penyesuaian gaji karyawan setelah harga BBM naik itu mitos, Pak Erick Thohir, nggak bercanda saya
Kenaikan harga BBM per 3 September 2022 betul-betul membikin banyak kalangan megap-megap. Gimana nggak, rasanya kayak kena prank. Info awal kenaikan harganya kapan, sempat adem ayem, ealah, ujug-ujug di tengah hari bolong-panas terik pula, berita soal harga BBM naik langsung cepat menyebar di berbagai media. Tidak bisa tidak, info ini sangat pelik sekaligus nyelekit bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah. Tidak terkecuali para pekerja.
Pasalnya, para pekerja harus melakukan banyak penyesuaian pengeluaran untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dari pendapatan di kantor yang sangat sulit diharapkan merangkak naik di pertengahan tahun. Namun, melalui CNN Indonesia, Pak Erick Thohir meyakini bakal ada penyesuaian gaji di perusahaan menyusul kenaikan harga BBM ini.
Hm, maaf sebelumnya, Pak Erick. Mohon izin memberi sanggahan sedikit, Pak.
Pertama, rasa-rasanya nggak berlebihan jika saya, juga para pekerja lainnya, berpikir bahwa mengharapkan ada penyesuaian gaji di pertengahan tahun ini sangat sulit, Pak. Lantaran, penyesuaian gaji biasa terjadi di awal tahun. Kebanyakan akan dibayar/dirapel pada Maret. Sebab, perusahaan perlu melakukan perhitungan secara rinci terkait penyesuaian gaji berdasarkan persentase kenaikan UMR pada tahun tersebut. Iya, kalau kenaikannya dirasa memuaskan. Kalau hanya sekian persen dan nggak berasa-berasa amat gimana, Pak? Sami mawon, Pak. Realitasnya, akan tetap berat. Harga BBM naik kapan, gaji naik kapan.
Kedua, sejak awal pandemi pada 2020 hingga sekarang, layoff di banyak perusahaan sangat sulit dihindari, Pak Erick Thohir. Sebagian perusahaan sampai dengan saat ini masih ada yang berjibaku agar kondisi keuangan sehat kembali. Dalam situasi yang nggak menyenangkan ini, sering kali pekerja yang kena imbasnya. Di-PHK, layoff, atau apa pun istilah lain yang digunakan. Intinya, sih, terpaksa diberhentikan karena situasi dan kondisi. Bisa saja perusahaan mempertahankan banyak pekerjanya. Namun, dari yang sudah-sudah dan berdasarkan pengalaman, mesti rela gaji nggak naik (nggak ada penyesuaian) atau justru malah dikurangi.
Perlu dijadikan bahan pertimbangan juga, Pak. Dengan naiknya harga BBM, sudah pasti perusahaan juga akan kena imbasnya. Meningkatnya kebutuhan dan/atau biaya operasional. Jika sudah demikian, boro-boro memikirkan penyesuaian gaji karyawan, Pak Erick Thohir. Perusahaan masih bisa bertahan di antara gempuran kanan-kiri-atas-bawah saja sudah syukur.
Ketiga, rencana program BLT bagi para pekerja dengan penghasilan tertentu nggak menyelesaikan permasalahan. Bukan solusi yang bijak untuk jangka panjang. Malah, sebagian orang berpikir bahwa, BLT hanya sebagai ajang untuk menaikan elektabilitas saja untuk panggung di tahun 2024. Selain itu, hanya membikin pekerja ngarep mendapat pundi-pundi secara cuma-cuma. Bahkan pada titik tertentu, punya potensi tinggi mengulangi kesalahan yang sama seperti yang sudah-sudah: bantuan yang disalurkan tidak tepat sasaran atau dikorupsi.
Tiga poin tersebut, boleh jadi hanya gambaran saja, Pak Erick Thohir. Belum termasuk efek laten lain yang perlu dipertimbangkan dan ditemukan lagi solusinya. Dan tentu saja, agak sulit jika hanya bermodal yakin bahwa penyesuaian gaji akan menjadi salah satu solusi yang mujarab bagi karyawan kelas menengah, Pak.
Itu baru keluhan dari para pekerja kelas menengah lho, Pak. Belum lagi yang masih dalam proses mencari pekerjaan, masyarakat yang mengandalkan pemasukan melalui UMKM, dan lain sebangsanya. Mereka, kami, tentu saja mau nggak mau harus melakukan banyak penyesuaian agar kebutuhan sehari-hari tetap tercukupi. Gimana, ya, bekerja, menjalani hidup, termasuk berharap akan ada penyesuaian gaji yang signifikan dari perusahaan, sepertinya nggak bisa jika hanya bermodal yakin, Pak. Malah, tergolong sebagai PHP saja belum, Pak.
Imbauan kepada masyarakat menengah dalam menyiasati kenaikan harga BBM adalah dengan cara membuka usaha, di mana BUMN bisa membantu dalam hal pembiayaan berbiaya rendah juga dirasa klise dan berujung menjadi paradoks saja, Pak Erick. Apalagi jika dilakukan di waktu daya beli berpotensi menurun dampak dari kenaikan harga BBM.
Di sisi lain, kita semua sama-sama tahu, Pak Erick juga kan pengusaha, Pak. Mungkin boleh dipikirkan kembali, apakah betul penyesuaian gaji karyawan di situasi seperti sekarang ini sangat memungkinkan, Pak? Kalaupun iya, sepertinya harus diperjelas, perusahaan seperti yang mampu mewujudkan keyakinan tersebut. Sebab, para pekerja sekarang ini cukup kritis, lho, Pak. Intinya, para pekerja yang ikut serta berkomentar ria sepakat bahwa, penyesuaian gaji saat harga BBM naik itu nggak bisa dengan hanya bermodal yakin, Pak. Gitu.
Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Harga BBM Naik, Dana Pensiun Diubah, Istri Ferdi Sambo Tak Ditahan tapi Rakyat yang Kudu Memahami