Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Orang Jogja-Solo Memang Suka Mempelesetkan Umpatan Jadi Misuh Versi Lite

Dicky Setyawan oleh Dicky Setyawan
25 Oktober 2020
A A
Hargai Orang yang Belajar Bahasa Jawa, dong. Jangan Sedikit-sedikit Dibilang Nggak Pantas terminal mojok.co

Hargai Orang yang Belajar Bahasa Jawa, dong. Jangan Sedikit-sedikit Dibilang Nggak Pantas terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

“Anjay” adalah satu contoh populer sebuah umpatan yang dipelesetkan, tentu dengan maksud terdengar lebih sopan. Setuju atau tidak, tapi kalian paham lah maksud kata ini diciptakan sebenarnya untuk menyamarkan versi lebih galaknya, bukan untuk konotasi yang kasar. Di Jogja dan Solo pelesetan-pelesetan ini adalah hal yang sangat umum, lumrah, biasa, Nda. Orang Jogja dan Solo yang dikenal sebagai daerah yang memiliki kedekatan dengan keraton, tentu memiliki pakem dan bahasa yang lebih halus. Begitu pun dengan mengumpat. Ada kalanya orang Jogja dan Solo literally mengumpat dengan nada yang kasar, tapi untuk situasi yang biasa-biasa saja, pelesetan umpatan adalah opsi pertama.

Jadi jika kalian terbiasa dengan kultur Jawa Timuran, harap maklum kalau beberapa pisuhan (umpatan) terdengar tidak wangun. Setidaknya ini disampaikan oleh Mas M. Afiqul Abidin di Terminal Mojok tempo hari.

Saya sarankan jika kalian merasa risih dengan misuh sopan ala Jogja-Solo, coba saja ngeplak kepala sembarang orang, heuheu. Niscaya umpatan mereka akan terdengar lebih sangar. Kalian akan merasakan unsur garang di balik kelembutan orang Jogja-Solo. Sebenarnya saking halusnya orang Jogja-Solo, mungkin hampir setiap kata kasar dan umpatan memiliki pelesetan-nya sendiri. 

Saya yang lahir dan besar di sebuah daerah yang masuk dalam eks Karesidenan Surakarta alias besar dengan budaya yang “nyolo”, tentu terbiasa dengan peleset-mempelesetkan umpatan. Apalagi ketika saya masih duduk di bangku sekolah, jangankan anak sekolah, lha wong orang dewasa saja kadang sering ditegur ketika kedapatan mengumpat. Walau kini sering menerima banyak budaya baru dari luar yang lebih keras dalam urusan mengumpat, urusan peleset-mempelesetkan tak lantas hilang, baik sengaja atau tidak. Mungkin lidah ini kadung terbiasa dengan masakan manis serta umpatan yang manis pula.

Katakanlah kata “asu” yang di daerah Jawa Tengah dan DIY menempati kasta tertinggi dalam urusan misuh. Sebagai kata yang dianggap amat kasar, “asu” sering dipelesetkan menjadi “asem” atau untuk sedikit mendapatkan cita rasa yang lebih “asu” digunakan pula pelesetan lain seperti “asyu”. Atau di Jogja sendiri populer dengan kata “pabu”, jika kalian pendengar musik NDX AKA mungkin tak asing dengan kata ini. Diambil dari aksara Jawa, “pabu” sendiri berarti berarti “anjing”. 

Kemudian ada lagi “bajingan” yang menurut saya pribadi memiliki level yang sama dengan “asu”. Pelesetan yang lahir dari “bajingan” sendiri adalah: bajilak, bajigur, bajingseng, dan bajing-bajing lainnya. Toh sekalipun kalian menegur orang yang mengumpat “bajingan”, orang Jogja-Solo selalu punya pembelaan, “Lha bajingan itu tukang dorong gerobak kok.” Untuk menjembatani dua kata kasar ini lahir pula istilah “Mbah Jiman ngasu” yang berarti “bajingseng asem” eh maksudnya “bajingan asu”.

Ada lagi kata “matamu” yang juga memiliki banyak versi, seperti: matarap, mataram, matraman, dll.. Jadi, seandainya daerah Matraman itu nggak ada, lagu “Matraman” dari The Uptairs malah bisa jadi tambah romantis kok, lha wong bisa berarti matamu. “Aku di matraman (matamu), kau di Kota Kembang.”

Secara khusus, di Solo sendiri memiliki pisuhan-pisuhan khas dan mungkin karena lebih dipahami orang Solo, umpatan-umpatan ini di bawah level misuh “asu bajingan”. Misalnya kata “ndlogok”. Sekalipun terdengar biasa-biasa aja, umpatan itutetap memiliki pelesetan menjadi “ndlegek”, “ndligik”, dll.. Atau kata “lonte”, walau bukan hanya di Solo, saya kira umpatan ini lebih sering digunakan orang Solo. Dari kata itulah muncul istilah seperti “lonteng”. Bahkan, untuk saat ini bisa dibilang “lonteng” sedang mendominasi lidah orang Solo buat misuh. 

Baca Juga:

Tradisi Rewang di Desa: Gotong Royong yang Kini Jadi Ajang Pamer

Saya Muak dengan Industri Film Horor yang Hanya (Bisa) Mengeksploitasi Budaya Jawa Seolah-olah Seram dan Mistis

Begitulah penjelasan kenapa bagi orang luar, misuhnya orang Jogja-Solo dianggap nggak mashook, ra wangun dan wagu. Jadi mashook nggak mashook, setuju dan tidak setuju, orang Mataraman pada dasarnya tetap bisa kasar. Cuma penggunaannya tidak sesering orang di daerah Jawa Timur. Untuk itulah lahir misuh “versi lite” yang ke depannya mungkin masih akan bertambah lagi. Sebab kata-kata itu lahir sebagai parodi, kata-kata itu akan lebih sering kalian temui di momen-momen yang santuy, bukan di momen yang beneran misuh. Walau di momen santai lainnya kadang juga ada misuh beneran. Ngalah, ngaleh, ngamuk. Misuh pelesetan, misuh beneran.

BACA JUGA Dari ‘Buka Sitik Jos!’ hingga ‘Semongko’: Senggakan Adalah Unsur Penting Dangdut Koplo Jawa dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 Januari 2022 oleh

Tags: Bahasabudaya jawa
Dicky Setyawan

Dicky Setyawan

Pemuda asal Boyolali. Suka menulis dan suka teh kampul.

ArtikelTerkait

perempuan

Perempuan Cuman Jadi Kanca Wingking itu Gara-Gara Bangsa Eropa!

19 September 2019
5 Alasan Orang Banyumas Susah Bikin Move On terminal mojok.co

Lima Bahasa yang Wajib Dipelajari Kaum Ngapak

31 Oktober 2020
13 Pamali yang Masih Dipercaya Orang Jawa hingga Kini

13 Pamali yang Masih Dipercaya Orang Jawa hingga Kini

25 Oktober 2023
Logat Batang: Sebuah Ngapak yang Berbeda

Logat Batang: Sebuah Ngapak yang Berbeda

6 Januari 2023
pernikahan adat sunda bekasi campuran bahasa ciri khas budaya akulturasi mojok

Percampuran Budaya Sunda dan Betawi di Pernikahan Orang Bekasi

23 April 2020
Tulungagung

Suwung dan Kosakata Khas Tulungagung Lainnya

27 November 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.