Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Orang Indonesia Nggak Cocok Dikasih Tayangan kayak Clash of Champions Ruangguru. Ilmunya Dikit, Dramanya Selangit

Paula Gianita Primasari oleh Paula Gianita Primasari
17 Juli 2024
A A
Orang Indonesia Nggak Cocok Dikasih Tayangan kayak Clash of Champions Ruangguru: Ilmunya Dikit, Dramanya Selangit!

Orang Indonesia Nggak Cocok Dikasih Tayangan kayak Clash of Champions Ruangguru: Ilmunya Dikit, Dramanya Selangit! (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Belakangan, netizen Indonesia dihebohkan oleh sebuah tayangan bertajuk Clash of Champions yang diprakarsai dan disiarkan di kanal YouTube Ruangguru. Duel kecerdasan yang diikuti sekawanan mahasiswa berprestasi dari dalam dan luar negeri tersebut sukses menyita atensi publik. Animo ini wajar mengingat sekian lama program televisi dibanjiri sinetron klise dan acara gelar wicara yang padat humor slapstick.

Kehadiran Clash of Champions oleh Ruangguru dianggap membawa angin segar. Di lain sisi, seiring bertambahnya episode, acara ini justru membuktikan ketidaksesuaiannya bagi penonton Indonesia. Alih-alih memetik nilai dari tayangan adu kepintaran tersebut, mayoritas masyarakat justru lebih tertarik pada kehidupan personal para peserta yang berujung pada debat kusir di dunia maya.

Bukannya tergiring belajar matematika, Clash of Champions Ruangguru malah menyulut drama

Dianugerahi kecerdasan luar biasa tentu membuat banyak netizen terpesona. Akibatnya, beberapa peserta yang tampak lebih menonjol di acara Clash of Champions seketika meraup pemuja. Apalagi segelintir dari mereka diberkahi paras rupawan. Ya, keunggulan visual dan otak encer adalah perpaduan sempurna menjadi idola remaja sekaligus orang tua.

Bagi penonton yang waras, sosok Xaviera dan teman-temannya boleh jadi sumber motivasi. Namun, ternyata tak sedikit pula penikmat tayangan ini yang bersikap bak sasaeng. Bukan hanya menciptakan komunitas penggemar, penonton yang terlampau larut bahkan dengan senang hati mengulik latar belakang berikut keseharian para peserta dan menuntut mereka untuk selalu aktif di media sosial. Unggahan masa lalu peserta pun tak luput diusut.

Rasa suka yang menjurus posesif akhirnya memupuk ekspektasi berlebih. Idola mereka dituntut sempurna di berbagai aspek sebagaimana kemampuan otaknya. Ketika ada peserta yang terpeleset lidah saat berbicara, ribuan hujatan tak reda menimpa. Bahkan tak jarang celaan tersebut turut menyeret nama universitas serta prestasi yang telah diraih peserta.

Ada yang menghina, tentu ada yang membela. Akan tetapi, hal ini seperti menuang minyak tanah ke dalam api. Ketimbang belajar bagaimana memecahkan teka-teki Cryptarithm, netizen Indonesia justru lebih niat memperkeruh suasana demi mempertahankan pendapat mereka.

Selain bikin pusing, CoC juga bikin yang nonton makin overthinking

Walau banyak yang mengaku terpecut untuk lebih ambisius, sebagian pemerhati Clash of Champions Ruangguru jelas menyiratkan kecemasan. Dilihat dari tempat peserta menimba pengetahuan saja, bisa diperkirakan mereka menggenggam privilese. Tidak semata finansial, lingkungan tempat bertumbuh dan belajar mereka tampaknya juga sangat mendukung untuk berdiri di posisi saat ini.

Kegeniusan bisa saja bawaan genetik. Akan tetapi, melahap makanan bergizi jelas merupakan kemewahan di Indonesia. Pun, tidak semua orang dibekali informasi mengenai peranan asupan nutrisi yang memadai untuk kerja otak. Jangankan memenuhi kebutuhan protein, bisa makan kenyang saja sudah berucap amin.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Tanpa bermaksud mengerdilkan bakat yang dimiliki, masa depan gemilang yang dijelang oleh para peserta Clash of Champions Ruangguru tentu ditunjang pula oleh waktu belajar mereka yang tidak diganggu gugat dengan perkara lain. Boro-boro memikirkan tingginya UKT, urusan domestik saja mungkin mereka bebas tugas. Kondisi ideal tersebut kemudian menjadi tolok ukur kriteria menjadi orang tua baik.

Sekali lagi, tidak semua keluarga dilimpahi keberuntungan. Menyaksikan CoC mungkin membuat banyak orang tua menuturkan doa harapan untuk buah hati. Namun, di pihak lain hal ini menjadi beban pikiran. Tak pelak, ketika anak mengalami kegagalan, orang tua rentan menyalahkan diri sendiri karena tidak mampu memberikan rentetan privilese seperti yang diimpikan.

Faktanya, bukan acara edukasi, tapi drama untuk kepentingan promosi

Orang Indonesia sebenarnya bukan tidak siap dengan konten edukatif. Beberapa dekade lalu, tayangan televisi berbau uji ilmu pengetahuan cukup diminati. Misalnya saja kuis Tak Tik Bom yang menantang wawasan atau kuis Galileo yang menekankan ilmu sains.

Clash of Champions Ruangguru kurang cocok bagi masyarakat karena cara mengemasnya yang tanggung. Meski lahir dari layanan bimbingan belajar online, CoC sejatinya bukan bertujuan bagi-bagi ilmu. Sejujurnya, tayangan ini tak ubahnya konten promosi dalam bentuk ajang kompetisi. Buktinya, bocoran mengerjakan soal hanya diberikan sekilas ketika mengiklankan aplikasi terkait. Sisanya, tontonan lomba ketangkasan menjawab pertanyaan.

Makanya lumrah saja jika Clash of Champions Ruangguru dibumbui drama sebagai salah satu upaya menarik pasar. Gimik tersebut tampak saat peserta melakukan monolog. Beberapa dari mereka digambarkan sebagai karakter superior yang berkomentar atas ketidakbecusan peserta lain. Ada pula yang dicitrakan sebagai pelajar pintar dan tengil tapi sukar dibenci.

Acara edukasi murni pastinya tidak membutuhkan narasi yang seakan merepresentasikan pribadi setiap peserta layaknya penokohan dalam cerita. Perpaduan konten hiburan dan pendidikan semacam ini dikhawatirkan akan membentuk pandangan umum yang menyesatkan. Contohnya saja asumsi bahwa orang pintar lazimnya minim empati sebagaimana yang ramai digunjingkan akhir-akhir ini.

Publik sebaiknya memperlakukan program Clash of Champions Ruangguru seyogyanya pertunjukan semata. Tidak ada yang salah dengan menjadi ambisius atau mempunyai tokoh panutan. Akan tetapi, mematok Clash of Champions yang telah melalui proses sunting sebagai standar keberhasilan diri bisa jadi membuat depresi.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Orang Indonesia Memang Benci Lihat Orang Cerdas dan Ini Terbukti di Clash of Champions Ruangguru.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Juli 2024 oleh

Tags: channel youtubeClash of Championskanal YouTubeMahasiswaruangguru
Paula Gianita Primasari

Paula Gianita Primasari

Mahasiswa doktoral UNDIP jurusan Manajemen Pemasaran asal Semarang.

ArtikelTerkait

4 Hal yang Mahasiswa Baru Harus Tahu supaya Tidak Repot di Perkuliahan Mojok.co

4 Hal yang Mahasiswa Baru Harus Tahu supaya Tidak Repot di Perkuliahan

27 April 2025
Ironi Mahasiswa Jurusan Pendidikan: Buangan dan Tidak Ingin Menjadi Guru Mojok.co

Ironi Mahasiswa Jurusan Pendidikan: Buangan dan Tidak Ingin Menjadi Guru

1 November 2023
ikut seminar

Ikut Seminar Bukan buat Dapat Ilmu tapi buat Dapat Snack, Makan, dan Sertifikat

23 Juni 2020
anak stm

Dear Anak STM, Kalian Sudah Baca RUU-nya Belum Sih?

1 Oktober 2019
Pilih Kuliah D3 karena Realistis Ingin Cepat Kerja Malah Disangka Malas Nggak Punya Cita-cita

Pilih Kuliah D3 karena Realistis Ingin Cepat Kerja, Malah Disangka Malas Nggak Punya Cita-cita

3 Mei 2025
Tabiat Dosen Gaib, di Kelas Tidak Pernah Ada, tapi Sogok Mahasiswa dengan Nilai A dosen muda

Menjadi Dosen Muda Tak Seindah Konten di TikTok!

11 September 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.