Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Nggak Enaknya Menjadi Seorang Penulis : Dicap Pengangguran Sampai Dianggap Menjalani Laku Pesugihan

Juli Prasetya oleh Juli Prasetya
19 Mei 2019
A A
penulis

penulis

Share on FacebookShare on Twitter

Di negara ber-flower  ini tidak selamanya menjadi penulis itu seenak yang dikatakan cocotnya Mario Teguh lur (ngapa Mario yang disalahin). Hanya menggerakan jari dan pikiran di rumah bisa mendapatkan duit bejibun, populer, kaya raya dan matinya masuk surga. Oh tidak semudah itu Ferguso.

Terkadang masyarakat awam banget menganggap bahwa penulis kerjanya disamakan dengan tukang ketik di Kelurahan, atau tukang ketik di rental komputer, Warnet, dan fotokopi-an. Ini masih mendingan. Saya memiliki cerita yang mengesankan sekaligus mengenaskan dari teman-teman yang berprofesi sebagai penulis, dari yang ga ada manis-manisnya hingga memiliki stigma miring di masyarakat.

Berikut adalah beberapa daftar nggak enaknya jadi seorang penulis yang saya kumpulkan dari berbagai sumber.

  1. Dicap pengangguran

Menjadi penulis memang diperlukan kemampuan olah pikir, olah rasa, dan perenungan yang mendalam.  Sebelum kemudian menemukan sebuah kesimpulan yang pada akhirnya akan berakhir pada pertanyaan lanjutan. Kegiatan menulis  memang identik dengan laku tapa dan ini tentu menjadi kelebihan tersendiri.

Seorang kawan penulis mengaku bisa berhari-hari mengurung diri di dalam kamar untuk menulis. Selama 23 jam tidur dan satu jam menulis, lupa makan dan mandi. Tentu ini menjadi aktivitas yang luar biasa berat.

Namun akan berbeda di mata masyarakat,  karena  masyarakat menganggap ciri-ciri orang yang disebutkan di atas adalah sebagai salah satu ciri pengangguran anti sosial akut. Betapa tidak, si teman ini hanya di dalam kamar selama berjam-jam bahkan berhari-hari untuk merampungkan satu tulisannya, tanpa pernah keluar untuk bersosialisasi selayaknya Homo Sapiens.

Dan ketika keluar saya membayangkan tubuhnya dipenuhi dengan sawang laba-laba, atau seperti cerita Ashabul Kahfi yang baru bangun dari goa beberapa ratus tahun setelah dimatikan.

  1. Dianggap menjalani laku pesugihan, ngepet misalnya.

Pokoknya di mata masyarakat penulis itu profesi antara ada dan tiada. Penulis yang nggak miskin-miskin amat, memiliki pemikiran, dan penghasilan yang moncer, tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri bagi si penulis. Tapi tidak dengan pandangan masyarakat yang menyerupai netizen, maha benar netizen dengan segala komentarnya.

Baca Juga:

Kenapa Mahasiswa Jurusan Sastra Justru Jarang Jadi Penulis?

5 Tips supaya Tulisan Kalian Bisa Tembus Terminal Mojok

Ada di kalangan masyarakat yang menganggap bahwa penulis melakukan laku pesugihan. Anggapan ini sebenarnya bukan tanpa alasan. Salah satu teman saya yang berprofesi sebagai penulis hanya keluar di pagi hari ngopi di teras rumah, lalu menyalakan rokok pas-pus pas-pus dengan pongahnya, tapi kemudian di tanggal tertentu dia pulang dengan membawa seabreg buku yang memiliki ketebalan bervariasi.

Bagi sebagian masyarakat kita yang mulai terkikis rasa khusnuzon-nya, tentu saja hal ini akan mengundang kecurigaan masyarakat di negara +62. Orang yang kerjanya hanya ngopi dan udad-udud thok,  kok memiliki penghasilan yang tak terduga. Darimanakah sumber penghasilannya itu kalau bukan dari laku pesugihan dan ngepet, hmm.

  1. Tulisan dimuat sekali, dimintai traktir berkali-kali

Kita mafhum dengan pepatah modern di atas.  “Asal kamu tahu ya” kata salah satu teman saya dengan nada dibuat sok seriyes  “penulis itu menghidupi sekaligus dihidupi oleh tulisannya”, jero-jero, ora umum-ora umum.

Baginya ketika ia tidak menulis maka dapur tidak mengepul, pun tidak hidup apinya. Meskipun ada kopi dan gula yang sudah tersedia, tapi gas habis kan api tetap tidak hidup, mau beralih ke dahan dan ranting males repek, mau beli galon eman-eman, dispenser warisan rusak.

Lebih parahnya lagi ketika satu tulisan dimuat, teman-teman di sekelilingnya langsung beramai-ramai mengucapkan selamat, sekaligus beramai-ramai minta traktiran, wah ini menjadi kiamat kecil bagi penulis kere yang kurang produktif.

Hal traktir-traktiran ini mungkin tidak menjadi masalah bagi dewanya novel sekelas Tere Liye (dalam Kumcer Pelisaurus, GTA menulis Kere Piye, entah ada dendam apa di antara mereka), mau nraktir orang-orang se-Indonesia pun dia sanggup insyaallah.

Lalu bagaimana dengan penulis-penulis kelas pace semi cembrean, yang baru mencoba menapaki jalan kepenulisannya, yang dipenuhi dengan derita kelaparan, kedinginan, dan insomnia? Yang baru beberapa kali tulisannya dimuat, namun baru sekali ia menerima honor. harus menghadapi pahitnya rudapaksa secara halus dengan mengatasnamakan syukuran dan makan-makan.

Padahal perutnya harus rela berkali-kali diganjal batu, dan kopi yang dia minum tinggal ampas dan harus rela ia seduh beberapa kali sampai pahit kopi berubah menjadi hambar kopi. Kopi yang berubah menjadi butek, karena kehilangan pekat hitamnya.

Tentu saja kisah ini sebagian fiktif dan sebagian bukan fiktif belaka, ada teman penulis yang curhat sama saya, tapi kemudian saya adem-ademi supaya ga terlalu frustrasi dan memikirkannya, karena saya juga sering minta traktir sih.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: NgepetPenulisTraktir
Juli Prasetya

Juli Prasetya

Pemuda desa tampan dan sederhana. Pernah ditolak cewek karena terlalu baik, dan juga pernah ditinggal nikah. Sekarang sedang berproses di Bengkel Idiotlogis asuhan Cepung.

ArtikelTerkait

Apa yang Dipikirkan Penulis Pemula saat Menulis Esai untuk Media Online Terminal Mojok

Apa yang Dipikirkan Penulis Pemula Saat Menulis Esai untuk Media Online?

1 Desember 2020
hal yang harus dimiliki penulis buku diterbitkan mojok

Bukan Karya yang Berhasil Dibukukan, Justru Ini 5 Hal yang Harus Dimiliki Penulis

27 April 2020
Tipikal Komentator Tulisan di Terminal Mojok dan Cara Penulis Menanggapinya

Tipe Komentator Tulisan di Terminal Mojok dan Cara Penulis Menanggapinya

24 Maret 2020
Festival Pustaka Sastra Tokopedia: Pembeli Nggak Bakal Dapat Buku Bajakan Saat Belanja, HKI Penulis pun Terlindungi

Festival Pustaka Sastra Tokopedia: Pembeli Nggak Bakal Dapat Buku Bajakan Saat Belanja, HKI Penulis pun Terlindungi

27 Oktober 2023
artikel ramalan zodiak dibikin dengan cara mengarang bebas mojok.co

Jangan Kaget, Artikel Ramalan Zodiak Emang Sering Ditulis sambil Ngarang Bebas kok

26 Agustus 2020
menulis

Sudah Lama Tidak Menulis, Ketika Menulis Tidak Lama

30 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.