Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Nasib Wajah Jutek: Diam Dikira Marah, Ngomong Disebut Ketus, Banyak Senyum Disangka Caper

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
6 Maret 2020
A A
wajah jutek

wajah jutek

Share on FacebookShare on Twitter

Sudah capek dan begah rasanya saya menanggapi pertanyaan “Lo kenapa? Lagi bete, ya? Lagi marah sama siapa, dah?”, pada kehidupan sehari-hari. Dari SMP hingga kuliah. Bukan karena saya sedang betul-betul marah, tapi karena saya memiliki default wajah yang terbilang jutek. Iya, raut muka yang jika diam saja, nggak ada smiling face-nya sama sekali. Padahal, saya nggak bermaksud sama sekali untuk jutekin orang lain.

Di sisi yang lain, saya juga seringkali dibilang ketus hanya karena teman-teman melihat raut muka yang diselaraskan dengan suara saya. Padahal, saya sedang tidak berbicara dengan nada tinggi. Apalagi niat memarahi. Atau jika teman-teman sudah bertanya berkali-kali, apakah saya sedang marah atau biasa aja, yang tadinya nggak marah, malah mangkel sendiri. Sebel ditanya hal yang sama terus-menerus, tuh.

Sudah tahu raut wajah saya memang begini adanya, kenapa juga harus ditanya hal yang sama terus. Sumpah, bukan maunya saya juga terlihat jutek dan terkesan selalu serius gini. Memang udah dari sananya. Memang default-nya begini.

Meskipun begitu, lambat laun saya menyadari, sepertinya memang ini resiko bagi orang yang memiliki default wajah jutek. Ditambah saya yang jarang senyum—pada masanya. Jadi makin-makin, deh, dilabelin “Mas-Mas jutek” oleh beberapa teman sekolah, kampus, lingkungan kerja—bahkan hingga saat ini.

Ketahuilah, saya nggak bermaksud jutek apalagi ketus sama orang lain. Suwer, deh. Saya juga bukannya tanpa usaha sama sekali, kok. Sebelum seperti sekarang ini, saya coba eksperimen, beberapa kali mengubah cara berbicara, menyapa, juga berkomunikasi dengan orang lain agar tidak dibilang jutek terus. Butuh perjuangan karena butuh pembiasaan.

Akhirnya, saya dianggap tidak begitu jutek lagi karena sudah membiasakan diri untuk senyum ketika berpapasan dengan orang lain. Namun, ternyata muncul kendala lain. Murah senyumnya saya malah jadi bahan olokan. Kata beberapa teman, saya terkesan tebar pesona dan cari perhatian kepada perempuan, “Nggak usah tebar pesona, deh. Nggak usah sok manis gitu”.

Lah, gimana, sih. Mempertahankan raut wajah jutek salah. Mencoba ramah dengan murah senyum malah lebih salah. Padahal, saya menjadi murah senyum dan menyapa banyak orang, bukan hanya perempuan aja. Apalagi untuk menarik perhatian mereka. Hadeeeh. Serba salah jadinya.

Pada dasarnya, bagi saya, menjadi seseorang yang memiliki default wajah jutek itu nggak enak. Khususnya ketika di lingkungan yang menuntut kita untuk ramah dan murah senyum. Di satu sisi, saya nyaman dengan default jutek ini. Di sisi yang lain, secara tidak langsung saya dituntut harus mengubah sesuatu yang sebenarnya membuat saya nyaman secara personal.

Baca Juga:

5 Drama Korea yang Punya Kisah Pertemanan Unik dan Bikin Iri

Pertemanan kayak di Film Arisan! Itu Beneran Ada Nggak, sih?

Bagi saya, ada sisi positif ketika kita memiliki wajah dengan default jutek. Bukan maksud melakukan suatu pembenaran, tapi apa yang saya alami berdasarkan dari pengalaman. Beberapa diantaranya:

Pertama, dianggap orang yang serius ketika menyelesaikan suatu persoalan karena terlihat selalu sedang berpikir. Kedua, karena raut muka yang seringkali terlihat serius, orang dengan default wajah jutek dianggap sebagai pendengar yang baik ketika diajak curhat oleh temannya. Jadi, nggak selamanya orang yang jutek itu terkesan negatif, kok.

Dan yang harus orang lain tahu, nggak semua orang yang terlihat jutek adalah orang yang pendiam, nggak suka ngobrol, apalagi nggak suka bercanda. Saya (sebagai perwakilan orang yang seringkali dibilang jutek), suka ngobrol dan suka bercanda juga, kok. Bahkan gampang dibuat ketawa melalui suatu tulisan atau pun secara lisan—verbal dan langsung. Jadi, orang yang jutek itu nggak se-menyeramkan dan se-membosankan itu, kok.

Itu kenapa, saya jadi lebih memahami ketika ada orang lain yang juga memiliki default wajah yang sama. Dan saya pikir, nggak perlu dengerin terlalu banyak apa yang dikatakan orang, lah. Ditambah, memiliki default wajah jutek itu di luar kuasa tiap orang, lho. Kecuali memang ketika seseorang sedang marah, tentu lain soal.

Dan ada baiknya, orang lain di sekitar bisa lebih memahami seseorang yang memiliki default wajah jutek. Nggak perlu judging. Lebih baik kenal lebih dekat dulu, diajak ngobrol. Karena nggak jarang, orang yang dikenal jutek itu menyenangkan, seru diajak ngobrol, easy going, lah. Kalau sesekali misuh, wajar, kok. Manusiawi.

BACA JUGA Misteri Pegawai Tata Usaha Sekolah yang Seringkali Judes atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 6 Maret 2020 oleh

Tags: Pertemananwajah jutek
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Nama Panggilan Nyeleneh Itu Bukan Ejekan, tapi Simbol Keakraban terminal mojok.co

Apakah Kita Sudah Benar dalam Berteman?

19 Juli 2019
bisnis pertemanan orang ruwet mojok

Sebelum Mulai Bisnis, Pastikan Rekanmu Nggak Ruwet

1 November 2020
good looking

Untung Rugi Bergaul dengan Orang yang Lebih Good looking

12 Mei 2020
ghibahin orang

Ghibahin Orang Semangat, Giliran Dighibahin Balik Marah-Marah, Hih Mlz!

8 Maret 2020
Tipe Teman Berdasarkan Status WhatsApp

Tipe Teman Berdasarkan Status WhatsApp Mereka

30 Maret 2020
persahabatan

Hal-hal Sepele yang Membedakan Antara Hubungan Pertemanan dan Persahabatan

3 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.