Entah kenapa beberapa hari ini saya menemukan banyak sekali orang-orang yang lalu lalang menggunakan sepeda di jalanan. Saya kira hal itu hanya ada di daerah saya saja, tapi ternyata di beberapa daerah lain juga tengah ngetren kegiatan sepedaan alias gowes ini. Di linimasa media sosial saya juga dipenuhi beberapa foto-foto teman saya yang tengah memamerkan kegiatan gowesnya.
Menurut saya maraknya kegiatan gowes akhir-akhir ini bisa jadi ada kaitannya dengan agak melonggarnya beberapa peraturan terkait tentang covid 19. Di beberapa daerah memang sepertinya sudah meniadakan aturan PSBB, sehingga hal ini dimanfaatkan sebagian orang untuk keluar rumah setelah hampir tiga bulan terkurung di dalam rumah.
Nah, gowes ini bisa dibilang merupakan terobosan olahraga mandiri dan bisa tetap memenuhi aturan sosial distancing. Sepedaan ini sebenarnya merupakan olahraga yang menyehatkan dan bisa sekalian jalan-jalan melihat dunia luar. Olahraga ini juga terbilang praktis, asal kita punya sepeda, ada jalan, dan tentu saja ada kemauan maka kita bisa melakukannya sendirian tanpa seorang teman. Beda halnya dengan olahraga badminton, voli, bulutangkis, basket, dan lain-lain yang butuh lebih dari satu orang untuk melakukannya.
Tapi entah kenapa, belakangan ini orang-orang justru melakukan kegiatan gowes secara bergerombol, minimal yah 3-4 orang. Kadang sering saya lihat orang gowes sampai 15-20an orang. Itu orang gowes sudah kayak orang pawai saja. Ramainya bukan main.
Saya tak mempermasalahkan orang gowes, toh itu olahrga juga. Saya juga tak keberatan kalaupun acara gowes ini dilakukan bareng-bareng alias berkelompok. Soalnya bagaimana pun juga acara gowes ini tentu bakalan lebih asyik kalau dilakukan bareng teman yang sehobi. Saya sendiri pernah juga kok gowes bareng teman-teman dan itu seru. Paling tidak yah kalau kita mau pingsan ada yang nolongin. Hehehe. Tapi yah itu, gowes mah gowes aja tapi mbokya jangan menuh-menuhin jalan gitu loh.
Saya sering kali mendapati beberapa pesepeda yang suka seenaknya sendiri saat gowes di jalan raya. Tak tanggung-tanggung mereka kadang berjajar dua sampai tiga sepeda hingga memenuhi jalan. Tanpa rasa bersalah mereka pun bersepeda sambil asyik tertawa atau mengobrol. Mereka pikir jalanan ini berasa kayak ruang tamu atau kafe gitu kali yah, sehingga dengan seenaknya mereka asyik mengobrol tanpa peduli dengan pengguna jalan lainnya.
Saya beberapa kali dibuat sebal karena hal ini. Mending kalau jalannya itu luas, ini sudah jalannya sempit, mereka berjajar, eh, malah asyik ngobrol. Gak tahu apa ada orang lagi buru-buru. Kalau ditegur langsung insyaf mah gak masalah ya, tapi sering kali saya mendapati para pesepeda yang malah nyolot tiap kali ditegur. Saat dibilangin naik sepedanya jangan berjajar, eh, yang ada malah kita disemprot dan dimaki-maki.
“Itu jalan masih luas, ribet amat sih!”
Ya ampun, itu jalan emang masih luas tapi itu jalan lawan arah, Bambang! Kadang saya gak habis pikir dengan orang-orang kayak gini. Sudah salah, eh malah galakan dia. Emang jalanan itu bukan milik nenek moyang saya, tapi jalanan ini kan juga bukan punya nenek moyang dia. Saya tahu kok, mungkin harga sepeda mereka itu mahal-mahal, bahkan mungkin lebih mahal dari motor saya. Tapi mbokya jangan gitulah. Tak jarang loh karena ulah pesepeda ini, jalanan di daerah saya itu sering dibuat macet.
Saya gak bilang semua para pesepeda itu berprilaku kayak gini yah, tapi kebanyakan yang saya jumpai itu rata-rata kayak gitu. Kemarin beberapa teman saya juga mengeluarkan makian di media sosialnya. Ternyata apa yang saya keluhkan selama ini tentang para penggowes tersebut juga dirasakan beberapa teman saya. Mereka mengaku juga merasa terganggu dengan kehadiran para penggowes yang tidak tertib akan lalu lintas. Kalau dalam bahasa Jawa, mereka itu ngegol-ngegoli. Disalib salah, diklakson malah dipelototin, ditegur malah ngajak ribut. Mana mereka mainnya keroyokan lagi. Wadaw.
Semoga kegiatan olahraga gowes yang awalnya bertujuan menyehatkan badan, bisa juga menyehatkan hati dan pikiran agar bijak dalam berkendara saat di jalan raya. Tak apa, mungkin gowes bersama teman-teman itu sangat menyenangkan hingga sebagian orang kadang lupa daratan. Tapi kita juga harus memperhatikan keselamatan diri dan orang lain saat di jalan raya. Salam gowes.
BACA JUGA Belajar Mobil atau Motor di Lapangan yang Sudah Jelas Dilarang Bisa Dihukum Pidana dan tulisan Reni Soengkunie lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.