Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Moshpit Selalu Dirindukan Meski Membuat Lebam

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
7 Desember 2020
A A
royalti lagu moshpit rock pop punk mojok

moshpit rock pop punk mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Sepatu diikat kencang. Gawai disimpan baik-baik, atau dititipkan pada teman. Adrenalin menyembur akal. Dan badan terayun-ayun tanpa kendali. Kira-kira seperti ini gambaran seseorang saat berada di dalam moshpit. Kultur bawah tanah ini tidak pernah sepi peminat. Meskipun banyak pandangan miring terhadap budaya ini.

Moshpit sendiri lebih merujuk pada sebuah area saat konser atau gigs. Area khusus yang biasa di depan panggung ini adalah tempat bagi mereka untuk menari segila-gilanya. Tarian yang dilakukan adalah moshing. Moshing sendiri tidak punya aturan khusus. Pokoknya loss doll ra rewel. Benturkan badan Anda satu sama lain mengikuti irama musik yang dimainkan. Ayunkan tangan dan kaki kemana-mana.

Kegiatan ini selalu hadir dalam konser musik keras. Entah metal, hardcore, atau punk, Anda akan menemukan satu area “suci” di mana banyak manusia menari dengan saling membenturkan badan dengan beringas.

Maka, Anda tidak akan menemukan moshpit di klub malam yang memutar musik EDM. Apalagi di acara akustikan yang mellow. Jika Anda menemukannya saat konser Payung Teduh, Anda berhak mempertanyakan akal sehat mereka.

Oleh karena saling membenturkan diri, moshpit rawan membuat mosher cedera. Tidak jarang cedera ini cukup parah sampai perlu dievakuasi. Saya pribadi selalu membawa cenderamata berupa lebam atau sudut bibir sobek setelah keluar dari lingkaran mosh.

Tapi, tetap saja hal ini selalu dirindukan penikmatnya. Kadang, lebam dan nyeri akibat moshing malah dicari-cari. Oleh karena kecenderungan ini, banyak stigma negatif terhadap peminatnya.

Stigma paling umum adalah sebagai ajang rusuh. Ada juga yang memandang moshpit berisi orang-orang yang kecanduan rasa sakit. Berbagai stigma ini sebenarnya terbantahkan ketika Anda masuk ke dalam lingkaran. Tapi, izinkan saya menjawab alasan dan membantah stigma ini mewakili teman-teman.

Moshpit lahir dari kultur punk di Inggris. Menurut sejarah, kultur ini lahir dari kelas pekerja. Maka tidak heran jika moshpit hadir pada malam hari, saat para pekerja ini sudah pulang kerja. Sembari mereka mendengarkan musik berirama kasar dan keras, tubuh mereka mengikuti irama cadas ini.

Baca Juga:

8 Band Punk yang Patut Anda Dengarkan Setelah Sukatani

Aksi Liar Sok Rock n Roll dan Destruktif di Panggung Musik yang Kerap Merugikan Tidak Bisa Dibenarkan!

Di sinilah ekspresi mereka meluap. Bisa dimaklumi, beban kerja yang berat perlu pelampiasan. Apalagi pekerjaan fisik yang monoton seperti pekerja pabrik. Setiap ayunan tubuh mereka adalah cara para punker melepas beban kerja ini. Setidaknya sampai esok hari ketika mereka harus bekerja kembali.

Di dalam pit, tidak ada kedok-kedok yang mereka pakai selama bekerja. Mereka bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dipecat. Kesempatan yang baik ini diwujudkan dengan tarian amburadul penuh adrenalin ini. Tarian tanpa aturan ini juga melawan konsep tarian terstruktur ala ruang dansa karena memang tidak ada karakter yang harus dijaga.

Benturan tubuh ini juga punya efek positif, meskipun lebih seperti dipaksakan. Dengan saling membenturkan tubuh, para mosher seperti sedang dipijat. Tubuh yang dipaksa untuk bekerja monoton akhirnya bebas. Meskipun lebam, tapi tubuh lebih segar setelah bekerja keras. Tapi, tidak jarang pulang dari gigs malah membuat terkilir sehingga perlu dipijat juga.

Toh, masuk ke moshpit seperti menandatangani perjanjian. Semua luka yang muncul akan menjadi tanggung jawab personal. Jadi, tidak ada sakit hati.

Memang, moshpit terlihat liar dari luar. Tapi, ada aturan baku yang tidak pernah hilang meskipun moshpit sangat kacau. Pertama, semua yang berada di dalam pit adalah setara. Kedua, setiap mosher harus melindungi satu sama lain meskipun sedang saling tubruk.

Saya pernah merasakan budaya positif ini. Saat kuliah, saya masuk ke dalam moshpit sebuah konser hardcore. Entah karena lalai atau kecapaian, saya terpeleset di tengah-tengah. Seketika saya meringkut bertahan. Saya pikir saya akan habis diinjak-injak orang.

Yang saya temukan adalah uluran tangan. Orang asing ini membantu saya berdiri sambil mencegah saya ditubruk saat bangkit. Setelah memastikan saya tidak cedera parah, dia menepuk-nepuk pundak saya dan mengajak moshing lagi. Seketika saya seperti menemukan sahabat baru, meskipun setelah konser blio menghilang.

Hal seperti ini tidak akan terlihat dari tepi konser. Budaya egaliter yang saling melindungi ini hanya terasa ketika kita berada langsung di dalam. Stigma negatif hadir dari penilaian ampas tanpa memahami kultur moshing itu sendiri.

Tapi, saya tidak menutup fakta jika ada manusia yang berniat rese. Bermodal mabuk, beberapa orang memang ingin mencari masalah di dalam pit. Tapi, itu hanya segelintir saja. Toh orang seperti ini bisa hadir di berbagai konser. Dari dangdutan sampai campursarinan Almarhum Didi Kempot.

Tapi, janganlah karena nila setitik rusak susu sebelanga. Moshpit tetap dirindukan bukan sebagai ruang rusuh. Moshpit dirindukan sebagai ruang ekspresi bebas, egaliter, dan panti pijat berbasis musik keras.

BACA JUGA Upah Layak, Tanah Murah, atau Lapangan Pekerjaan: Mana yang Lebih Worth It bagi Pekerja Jogja? dan artikel Prabu Yudianto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 Desember 2020 oleh

Tags: inggriskulturmoshpitMusikPunk
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Akun Twitter Fikayo Tomori

Fikayo Menuju Maestro

2 Oktober 2021
Undang DJ Saat Hajatan di Sumatera Selatan: Keluarga Dapat Nama, Tetangga Dapat Getahnya

Undang DJ Saat Hajatan di Sumatera Selatan: Keluarga Dapat Nama, Tetangga Dapat Getahnya

22 April 2024
Di YouTube, Saya Lebih Suka Suara Musisi Versi Konser daripada Rekaman Studio terminal mojok.co

Di YouTube, Saya Lebih Suka Suara Musisi Versi Konser daripada Rekaman Studio

23 Desember 2020
Bukan Lebih Diterima, Nasib Musik Indie Masih Sama Sejak Dulu terminal mojok.co

Bukan Lebih Diterima, Nasib Musik Indie Masih Sama Sejak Dulu

19 Februari 2021
Lagu 'Aku Bukan Superman' Mengandung Lirik Kelam yang Salah Banget mojok.co/terminal

Lagu ‘Aku Bukan Superman’ Mengandung Lirik Kelam yang Salah Banget

19 Maret 2021
jerinx musik hardcore rock post hardcore punk mojok

Novel The Punk: Sebuah Kritik Atas Stigma Masyarakat

10 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.