Alasan paling utama kenapa Naruto nggak asik lagi adalah karena dia akhirnya menikah. Sama halnya jika kalian punya sahabat tongkrongan yang selalu ada saat ngumpul, kemudian si sontoloyo ini memilih menikah di usia muda. Entah itu dijodohkan atau karena pacarnya yang kebelet dinikahi. Seketika setelah itu kehidupannya berubah. Sejak saat itu dia bukan lagi milik kita. Dia disegel oleh istrinya dan kehidupannya menjadi eksklusif. Dia menjadi dewasa dan kehilangan masa mudanya. Nggak asyik, kan?
Awalnya, kemunculan Naruto sebagai ninja payah yang bermimpi menjadi Hokage langsung merebut hati para pencinta anime di seluruh dunia. Wataknya yang sembrono, suka berteriak, makan mie ramen dengan lahap, payah dalam mengeluarkan jurus ninja, didiskreditkan oleh banyak orang. Namun, di sisi lain menyimpan kekuatan luar biasa dalam tubuhnya. Fix, ia menjadi sosok sempurna yang layak difavoritkan oleh para wibu.
Namun, tak ada yang menyangka romansa cinta Hinata pada Naruto ternyata pada akhirnya yang akan menjadi penutup cerita si jinchuriki dari Kurama ini. Tepat pada episode ke 500, ditampilkan kesibukan para shinobi mempersiapkan kado dan pesta pernikahan bagi Naruto-Hinata. Diselingi scene nembak-nembak di antara para shinobi. Hinata tampak menjadi sosok paling bahagia. Bagaimana tidak? Pria payah yang dia idamkan sejak kecil akhirnya menikahinya dengan status sebagai pahlawan Desa Konoha. Perempuan dan cintanya memang selalu menjadi skenario klasik yang efektif untuk mengakhiri sebuah kisah. Nggak asyik, deh!
Faktor inilah yang membuat Luffy jauh lebih asik dari Naruto. Berbeda dengan Naruto yang akhirnya takluk oleh Hinata, si topi jerami sampai saat ini masih jungkir balik mencari sesuatu yang dicari. Bukan berarti tak ada wanita yang tergila-gila padanya. Sebut saja Margareth yang menyelamatkan Luffy saat keracunan jamur dan Hancock si wanita tercantik di dunia ditambah dengan statusnya sebagai satu-satunya sichibukai perempuan. Tapi, tak ada satu pun yang berhasil merebut hati Luffy. Intinya no time for love!
Entah apa yang merasuki Masashi Kishimoto yang membuatnya menyusun skenario pernikahan setelah perang dunia ninja berkepanjangan. Saya curiga sebenarnya dia bosan menyusun cerita sehingga timbulah ide untuk menikahkan Hinata dan Naruto. Terbukti, sekalipun ada kelanjutannya yaitu Boruto, ceritanya tidak lagi disusun oleh Masashi, melainkan inisiatif dari asistennya Mikio Ikemoto (gambar) dan Ukyo Kodachi (cerita). Akhirnya, banyak fans yang kecewa dan menganggap Boruto sebagai sampah! Baik pada gambar maupun ceritanya. Memang pada dasarnya sesuatu yang tumbuh kembali, rasanya tak lagi sama.
Boruto Bikin Ilfeel
Episode pertama Boruto menampilkan modernitas Desa Konoha dan dunia shinobi. Pada scene pembuka kita menyaksikan pertarungan antara Boruto yang sudah besar vs Kawaki dengan ninjutsu yang berbeda dengan yang selama ini kita lihat. Lalu kembali pada cerita Boruto kecil sebelum masuk akademi. Konflik yang muncul di episode ini terkesan terlalu insecure, berupa permasalahan anak milenial kelas atas tentang orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai pejabat dan orang tua pemilik perusahaan kereta api yang terlalu memaksakan kehendak pada anaknya. Dalam hal ini Boruto dan Denki sebagai sosok sentral.
Hal ini tentu saja sangat kontras dengan kisah ninja pejuang yang boro-boro sibuk ngambek sama orang tua, dan bikin masalah sana-sini. Ya, balik lagi, emang dasarnya Masashi sudah tidak menginginkan Boruto. Jatuhnya Boruto malah kayak cerita FTV tentang anak manja yang egois, dengan segala keistimewaan yang dia dapat sebagai anak Hokage.
Hal yang paling membuat ilfieel adalah kemunculan pertama kali Boruto pada sekuel film Boruto: Naruto the Movie. Karakter Boruto saat itu muncul sebagai ninja yang menghalalkan segala cara untuk membuat ayahnya terkesan dalam ujian Chunnin. Alih-alih latihan keras dan menciptakan jurus baru, si anak manja justru menggunakan alat ninja yang mampu mengeluarkan berbagai jutsu dengan berbagai elemen hanya dengan gulungan kecil yang dimasukkan ke sapu tangan ajaib tanpa menggunakan cakra, yang jelas-jelas dilarang dalam ujian. Hadeeeh, bukannya berjuang dan menggunakan strategi untuk mengalahkan lawan, Boruto justru menjadi endorse alat ninja yang dapat diperjual belikan. Wajar aja sih, soalnya saat itu sudah ada TV dan internet. Beda jauh sama zamannya Naruto dan Lee, yang kalau latihan goras-gores sana-sini sampai bajunya robek. Kalau sekarang mah, tanpa latihan pun semua bisa jadi ninja.
Musuhnya Absurd
Dalam serial Boruto,musuh terbesarnya adalah klan Otsutsuki. Klan dari buyutnya Naruto sendiri yaitu Kaguya yang dikalahkan Naruto dengan susah payah setelah mengumpulkan cakra 9 biju dan dibantu Sasuke. Di Boruto, muncul Otsutsuki lain yakni Momoshiki, Kinshiki, dan Urashiki sebagai musuh terbesar. Itu pun mereka hanya perwakilan dari Otsutsuki lain yang ternyata merupakan alien dari planet lain. Jadi intinya musuh si Boruto itu adalah alien. Waduh bahaya nih, alien nggak usah ikut campur urusan bumi, deh.
Belum lagi Boruto pakai acara time travel ke masa Naruto masih bocil. Intinya sebelum cerita Boruto ini makin tambah absurd, mohon dengan sangat kepada Ukyo sensei segeralah tamatkan Boruto. Ceritanya bikin aja Boruto nikah sama Sarada. Kalau jadi FTV judulnya: Istriku Anak Guruku, Anak Sahabat Ayahku, dan Anak Mantan Ayahku. No debat!
Sumber gambar: Viz.com
BACA JUGA Naruto Lebih Lama Disiarkan di TV daripada One Piece Bukan karena Ceritanya Lebih Bagus atau tulisan Muhammad Dzal Anshar lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.