Berbagai macam mitos beredar dan berkembang dari jaman dahulu hingga kini. Memasuki zaman modern, mitos tetap menunjukkan eksistensinya mengambil peran penting dalam hidup manusia. Setelah beberapa orang melibatkan stigma tentang mitos kehamilan, pasca kelahiran, hingga tentang obat tradisional sebagai panduan yang antara bisa dipercaya dan bisa meragukan, mitos pun juga merambahi hal paling sepele dalam hidup manusia—yaitu tahi lalat.
Tahi lalat yang biasanya kita kenal sebagai tanda lahir pada bagian tubuh manusia ternyata juga ikut didekengi mitos. Siapa sangka jika lewat tahi lalat, orang-orang tua dapat menebak perilaku dan kesukaan seseorang. Meskipun keberadaan mitos ini masih diragukan kesahihannya. Tapi lagi-lagi, ibu saya yang kaya warisan mitos dari nenek dan kakek membagi warisan itu kepada saya.
Menurut ibu, tahi lalat yang ada di beberapa bagian tubuh manusia bisa jadi indikasi perilaku seseorang. Meskipun saat saya tanyakan kebenaran tentang mitos itu, ibu hanya menjawab “Katanya Mbah dulu sih gitu. Tapi kok ya mesti kebetulan memang benar-benar begitu katanya.
Pembicaraan ini dibuka karena ibu sedang memandikan keponakan saya yang kebetulan mempunyai tahi lalat di bagian telapak kaki. Nah kebetulan juga, keponakan saya suka rewel karena minta diantar jalan-jalan. Saat sedang memandikan dia, ibu nyeletuk “Pantes yo, leh. Senengane mlaku-mlaku, lha andeng-andenge nang sikil”, yang artinya pantas saja Nak, sukanya jalan-jalan, lah punya tahi lalat di kaki. Saya langsung merespon celetukan ibu dan jadilah pembicaraan kami.
Tahi lalat bisa menjadi pertanda awal dari perilaku manusia. Jadi lewat tahi lalat, orang tua di zaman dahulu bisa menebak bagaimana karakteristik dan kebiasaan anaknya kelak.
Tahi lalat di dahi
Tahi lalat di bagian dahi (kanan atau kiri) yang paling sering saya jumpai pada kebanyakan orang. Mitos tentang tahi lalat mengatakan bahwa seseorang dengan tahi lalat di dahinya maka akan memiliki tipikal pemikir. Namun bukan berarti yang tidak memiliki tahi lalat di dahi tidak suka atau tidak bisa berpikir yha. Bukan.
Seseorang dengan tahi lalat di dahi bisa jadi pertanda seseorang bertipikal pemikir yang selalu memikirkan segala sesuatu bahkan hal terkecil sekalipun. Dengan kata lain, seseorang dengan tahi lalat di dahi adalah tipikal orang perfeksionis. Saya orang yang tidak punya tahi lalat di dahi, tapi kenapa suka bingung dan pusing karena memikirkan banyak hal ya? Entahlah~
Tahi lalat di pipi
Mitos tentang tahi lalat mengatakan bahwa seseorang dengan tahi lalat di pipi adalah orang-orang yang suka bersolek. Bersolek yang dimaksud adalah perawatan wajah agar penampilan tetap segar dan terjaga bagi pria, dan suka berdandan pada wanita. Mitos ini juga bisa sebagai pertanda cantik dan tampannya seorang anak kelak ketika dewasa.
Soal mitos ini saya pun sangat meragukan kesahihannya karena sama sekali tidak memiliki kaitan dengan cantik dan tampannya seseorang atau orang-orang yang suka bersolek. Tapi namanya mitos, boleh percaya boleh juga tidak.
Tahi lalat di sekitar bibir
Ibu juga mengatakan tentang mitos tahi lalat di sekitar bibir. Katanya, mitos yang beredar tentang tahi lalat di sekitar bibir adalah pertanda bahwa seseorang akan menjadi pribadi yang cerewet dan suka berbicara. Orang-orang dengan tahi lalat di sekitar bibir akan lebih mudah mengasah kemampuan bicaranya ketimbang orang-orang yang tidak bertahi lalat di sekitar bibir.
Untuk mitos ini saya sedikit mencocokkan kebenarannya dengan orang-orang di sekitar saya. Seorang tetangga saya mempunyai tahi lalat di sekitar bibir. Saya lihat, tetangga saya itu adalah tipikal orang yang mudah berinteraksi dengan orang, dan humoris. Secara kebetulan, isi mitos sesuai dengan karakteristik tetangga saya. Tapi ya namanya mitos kadang benar kadang sama sekali jauh dari kata benar.
Tahi lalat di lengan
Mitos tentang orang dengan tahi lalat di lengan (kanan atau kiri) menandakan seseorang bertipikal suka menolong atau ringan tangan. Tanda ringan tangan yang dilihat dari letak tahi lalat di area lengan pun tidak kalah diragukan kebenarannya. Karena seseorang bisa jadi pribadi yang dermawan dan ringan tangan karena kebiasaan menolong yang telah ditanamkan sejak kecil. Jadi, mitos ini bukan jadi tolak ukur seseorang agar bisa disebut sosok dermawan ya, gais.
Tahi lalat di telapak tangan
Mitos selanjutnya adalah mitos tentang tahi lalat di telapak tangan. Menurut mitos, seseorang dengan tahi lalat di telapak tangan (kanan atau kiri) bisa jadi pertanda bahwa ia seseorang dengan tipikal suka diberi atau meminta sesuatu. Maksudnya, orang bertahi lalat di telapak tangan lebih suka tangan di bawah dari pada tangan di atas. Maunya dikasih terus!
Soal kebenaran mitos ini juga tidak bisa begitu saja dapat dipercaya. Karena perilaku suka meminta juga bisa muncul karena adanya kebiasaan sejak kecil. Jadi jangan jadikan keberadaan mitos ini untuk menjadi patokan dalam melabeli seseorang sebagai peminta-minta.
Tahi lalat di kaki dan telapak kaki
Mitos ini adalah mitos yang dikatakan ibu saya sebagai pembuka pembicaraan kami seputar mitos tentang tahi lalat. Menurut mitos, seseorang dengan tahi lalat di kaki dan telapak tangan adalah tipikal orang yang menyukai rekreasi seperti travelling atau berhobi olahraga sepak bola.
Meskipun mitos ini tidak sepenuhnya benar, namun ibu sedikit membenarkan. Lantaran keponakan saya memiliki tahi lalat di bagian kaki dan kebetulan dia selalu menyukai aktivitas jalan-jalan. Tapi ya kembali lagi, namanya juga mitos. Boleh percaya, boleh tidak.
Bagi saya, mitos tahi lalat dan pertandanya tidak dapat dijadikan patokan khusus dalam menilai tipikal seseorang. Pengalaman dan kebiasaan seseorang selama hidup mengambil poin penting dalam hal pembentukan karakter manusia.
Hanya karena kita hidup setelah mitos-mitos itu lahir dari mulut ke mulut, mau tidak mau sedikit banyak kita juga akan mengenalnya. Meskipun tidak ada kewajiban untuk mempercayai, adanya mitos dapat dijadikan tambahan informasi bagi seorang manusia. Setidaknya lewat mitos, manusia akan mengenal budaya lisan nenek moyang. (*)
BACA JUGA Melihat Keistimewaan Anak ‘Kalung Usus’ atau tulisan Ade Vika Nanda Yuniwan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.