Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Mengenang Fenomena Alay yang Kini Memasuki Fase Kepunahan

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
3 Juli 2019
A A
alay

alay

Share on FacebookShare on Twitter

Kebanyakan dari generasi 90-an boleh berbangga hati dengan apa yang selama ini mereka lalui, dari masa kecil yang dirasa indah karena gadget—khususnya handphone—belum menjauhkan yang dekat sampai tontonan di televisi yang dianggap menghibur bagi banyak kalangan.

Setelah kemunculan handphone yang satu paket dengan segala kecanggihannya, perlahan generasi 90-an juga menikmati peran teknologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bermain game, streaming, dan pastinya sebagai alat komunikasi—baik telepon, chatting, pun SMS. Tentunya kecanggihan tersebut akan sia-sia tanpa sentuhan dari manusia.

Namun dalam proses penggunaannya, namanya juga pengguna baru dan kali pertama berhadapan dengan sesuatu yang canggih—pada masanya—banyak diantara kita seperti tidak siap cenderung berlebihan dalam menggunakan fitur yang terdapat pada handphone.

Saya ambil contoh dari Ibu saya sendiri, sekitar tahun 2004 Ibu memiliki handphone pertamanya, Nokia 3310 yang pada masanya teramat canggih dengan game Snake dan Space Impact menjadi hiburan selain radio. Karena terlampau senang memiliki “mainan” baru, Ibu menelepon saudara di luar kota sampai dengan bermenit-menit lamanya hanya agar nomornya diketahui saudara. Terkesan pamer, sih, padahal saat itu ada telepon rumah.

Saya sendiri baru memiliki handphone saat kelas 2 SMP—itu pun beli second menggunakan uang lebaran—dengan layar berwarna oren dan jika dibandingkan handphone sekarang, tentu kualitas serta kecanggihan berbeda jauh. Mau bagaimana pun, handphone yang dikenal usang itu menjadi awal mula—tetap perlu diakui dan diapresiasi kehadirannya.

Kala itu, pulsa yang saya beli terbilang awet karena hanya digunakan untuk SMS-an dengan teman mengenai PR atau tugas apa yang harus dikumpulkan esok hari sewaktu menjalani aktivitas sebagai siswa SMP. Kemudian yang menjadi tidak biasa adalah siapa pun pembalas SMS-nya pasti menggunakan beberapa kata yang sulit dimengerti—sesekali berupa singkatan—dengan perpaduan huruf besar, kecil, beserta angka.

Misalnya saja saat saya bertanya “Bam—Bambang—besok ada PR apa aja?”, jawaban dan balasannya “B5k ad pR bH5 iNd0n3s1A”. Pusing, bukan? Tapi saya cukup yakin pasti kalian langsung paham isi dan maksud dari karakter tersebut. Awalnya saya sempat kesulitan dan perlu berpikir keras dalam mengartikan kalimat tersebut sampai akhirnya saya pun ikut-ikutan menggunakan gabungan karakter demikian dalam berbalas SMS. Ternyata keren juga—pikir saya kala itu—dan sempat menjadi tren pada masanya.

Banyak perubahan kata yang muncul, misalnya saja kata “aku” menjadi “aq”, “kamu” menjadi “qm”, kata “lagi” disingkat menjadi “Lg”—huruf L harus besar karena khawatir tertukar dengan huruf “i” kapital, begitu kata teman saya. Lalu yang ajaib adalah huruf “x” sama dengan kata “-nya”, saya ambil contoh pada kata “bersamanya” menjadi “bersamax”. Mengacu pada contoh tersebut, lalu apakah kata “nyamuk” dapat disingkat dan diganti menjadi “xmuk”?

Baca Juga:

Menerka Alasan Kita Memanggil Kawan dengan Nama Bapak

Mengupas Video Jamet yang Sarat akan Kritik Budaya

Singkatan, pergantian kata, juga campuran karakter antara huruf dan angka dalam suatu kalimat pada SMS tersebut berlangsung hingga saya SMA kurang lebih sekitar periode 2006-2009. Dengan munculnya provider yang memberi tarif Rp1/karakter waktu itu, menjadi penegas bagi kami yang suka menyingkat kata pada pesan singkat untuk lebih sering dan giat dalam membuat singkatan baru yang lebih unik—dan sulit dimengerti orang lain.

Secara perlahan—dalam kehidupan saya—memasuki awal 2010 secara perlahan penggunaan kata alay mulai berkurang, beberapa singkatan mulai ditiadakan apalagi di ruang lingkup perkuliahan juga sewaktu menghubungi dosen. Jika hal tersebut masih dilakukan sudah pasti akan mendapat teguran.

Pada akhir masa kejayaan penggunaan kata alay—sekali lagi, hal ini mengacu pada generasi angkatan saya—yang tersisa hanyalah kata “W” sebagai pengganti kata “gue” dan “U” untuk kata ganti “elu”. Saya cukup yakin beberapa teman kalian masih ada yang menggunakan kata tersebut dalam chatting—begitu pula dengan beberapa teman saya.

Saat ini, di ruang lingkup pertemanan saya sudah bisa dikatakan hampir tidak ada yang menggunakan kata yang mencirikan alay saat berkomunikasi. Semuanya sudah bertransformasi menjadi penikmat senja dan kopi pada bio singkat di media sosialnya. Paling tidak dijadikan caption pada salah satu postingan foto di instagramnya.

Semua yang berkaitan dengan alay seperti menjadi salah satu bagian dari kenangan dan hiburan. Kali ini sebagai salah satu anak generasi 90-an, saya kembali merasa beruntung karena sempat merasakan langsung dan menjadi salah satu pelaku fenomena alay. Ya, mungkin benar apa yang pernah dikatakan Raditya Dika bahwa alay adalah proses menuju kedewasaan.

J4di, n6a uSh khW7ir dbL9 4LaY. TrZ cMun6UDh e4aAa, qAq4~

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2022 oleh

Tags: Alaygenerasi 90anmasa muda
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

alay

Memangnya Alay Ya Kalau Sering Merekam Ini dan Itu?

8 Oktober 2019
TikTok Pernah Dibunuh, Mati, dan Kini Bangkit dari Kuburnya

Analisis Serius 4 Video TikTok Viral yang Absurd

16 Agustus 2020
polemik sains debat sains facebook goenawan mohamad as laksana sulak alay di facebook

Menjadi Alay dan Bahagia di Facebook Tahun 2010an

26 April 2020
kpopers

Surat Cinta untuk Kpopers Generasi Baru

16 Juni 2019
Pose Mushiba Poozu

Tren Berfoto: Menggunakan Pose Mushiba Poozu Agar Terlihat Lebih Lucu

21 Agustus 2019
Pemerintah Seharusnya Berterima Kasih pada TikTok Sebagai Aplikasi Penghilang Stres

Pemerintah Seharusnya Berterima Kasih pada TikTok Sebagai Aplikasi Penghilang Stres

19 Februari 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.