Saat ini, setidaknya ada dua cara yang paling populer dalam mencari sekaligus melamar pekerjaan: online/digital dan konvensional.
Secara online, para pencari kerja bisa memanfaatkan berbagai situs pencari kerja, termasuk LinkedIn. Caranya sangat sederhana. Buat akun dengan bermodalkan email, kemudian lengkapi profil sebaik mungkin. Selengkap-lengkapnya, seprofesional-profesionalnya.
Secara konvensional, cara yang digunakan juga beragam. Bisa datang langsung ke tiap perusahaan yang menyediakan proses walk in interview pada hari tertentu, mengirim CV dan/atau surat lamaran kerja ke alamat perusahaan dengan menggunakan jasa ekspedisi, bisa juga datang ke job fair (bursa kerja) yang biasanya diadakan oleh pihak pemerintah atau swasta. Bahkan untuk job fair sendiri, beberapa tahun yang lalu sudah dilakukan secara online.
Sampai dengan saat ini, kedua cara tersebut masih dilakukan oleh banyak pencari kerja. Sebagian orang merasa lebih nyaman dan percaya diri jika melamar secara online. Sebagian lainnya percaya bahwa, melamar pekerjaan secara konvensional bisa lebih sahih sekaligus terbilang meyakinkan karena dapat mengetahui dan melihat langsung dengan mata kepala sendiri, di mana lokasi perusahaan yang dituju berada.
Keduanya baik, keduanya benar, keduanya sangat mungkin dilakukan oleh para pencari kerja. Pertanyaannya, mana yang lebih efektif? Melamar kerja secara online atau konvensional?
Soal efisiensi biaya dan waktu, tidak perlu diragukan lagi, cara online/digital pasti akan lebih banyak diminati karena tidak dibatasi oleh waktu, jarak, dan biaya. Modalnya hanya internet dan ketersediaan beberapa file yang diperlukan dalam bentuk soft copy.
Mari kita bahas satu per satu.
Baik secara online maupun konvensional, soal kiriman CV dan/atau surat lamaran, hampir selalu sama-sama banyak dan menumpuk. Selama bekerja sebagai recruiter, saat saya posting lowongan pekerjaan di salah satu situs pencari kerja, yang melamar hampir selalu membludak.
Paling sedikit, pencari kerja yang melamar bisa sampai 150-an orang. Itu paling sedikit. Paling banyak, bisa mencapai empat ribuan orang dalam satu iklan lowongan pekerjaan. Belum lagi saya harus me-review satu per satu, mana yang paling sesuai dengan kualifikasi sekaligus kebutuhan perusahaan. Belum lagi yang melamar melalui email kantor. Bisa sampai ribuan juga, Sob.
Dengan sebegitu banyaknya orang yang melamar kerja secara online, kalian yakin, cara ini betul-betul efektif?
Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Dari sudut pandang saya sebagai recruiter, melamar pekerjaan secara online bisa jadi akan efektif jika kalian melakukan beberapa poin ini.
Pertama, jika kalian melamar melalui situs pencari kerja, lengkapi profil kalian selengkap-lengkapnya. Dimulai dari nama lengkap, nomor kontak yang bisa dihubungi (bisa nomor hape atau alamat email yang aktif), pengalaman magang atau kerja, kemampuan yang dimiliki.
Secara algoritma, kandidat dengan pengalaman dan/atau kemampuan sesuai dengan iklan lowongan kerja yang diposting, akan muncul pada halaman awal. Dengan begitu profil kalian punya peluang lebih besar untuk di-review oleh HRD. Asumsinya, pelamar yang muncul paling depan adalah mereka yang sesuai dengan kualifikasi atau paling tidak mendekati.
Maka dari itu, saya tidak akan bosan untuk mengingatkan: lengkapi profil kalian, selengkap-lengkapnya. Jika ada indikator atau persentasenya, usahakan mendekati 100%.
Kedua, jika kalian lebih memilih untuk mengirim lamaran kerja ke perusahaan, sebisa mungkin, subjek dan badan email diisi. Jangan dibiarkan kosong melompong begitu saja.
Kolom subjek pada email minimal diisi dengan posisi yang dilamar atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan badan email, bisa diisi dengan kalimat sapaan atau basa-basi secara formal atau semi-formal. Lampirkan juga CV sebagai kelengkapan data.
Sebab, percaya atau tidak, bagi para HRD, email dengan pengisian format sesuai ketentuan, kemudian dengan isi yang baik dan sopan, akan lebih tampak “berkilau” dan menarik perhatian dibandingkan dengan kolom subjek dan badan email yang kosong.
Sedangkan secara konvensional, agar lebih efektif, saran saya, sebar dan kirim CV dan/atau surat lamaran ke perusahaan yang benar-benar kalian minati. Kalau perlu, cek terlebih dahulu, mana perusahaan yang sedang membuka lowongan pekerjaan.
Agar cara konvensionalnya nggak nanggung, kalian bisa juga mengecek iklan lowongan kerja melalui koran. Ini serius. Sebab, iklan lowongan kerja yang terpampang di koran biasanya mencantumkan syarat kirim CV langsung ke alamat kantornya. Setidaknya kalian tahu bahwa CV yang dikirim punya peluang dicek langsung oleh pihak HRD.
Jika harus memilih, saya akan lebih menyarankan untuk melamar pekerjaan secara online. Persaingannya memang lebih berat. Tapi, apa yang sudah dijabarkan di atas, barangkali bisa menjadi pedoman sekaligus saran sederhana agar bisa bersaing secara sehat pada saat melamar pekerjaan. Ya, namanya juga saran. Boleh diiyakan, bisa juga kalian abaikan.
BACA JUGA 3 Hal Tak Terduga yang Pernah Saya Alami Selama Menjadi Seorang Recruiter dan artikel Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.