Pernah nggak sih tiba-tiba borong banyak belanjaan saat ke Alfamart atau Indomaret? Niatnya cuma beli minuman, eh malah dapat kanebo, mi instan, hingga sabun cuci. Sepertinya ini sudah menjadi penyakit sebagian besar warga +62. Alih-alih biar sekalian belanja, nggak tahunya isi dompet ludes tak bersisa. Hayo, ngaku nggak?
Tapi, saya nggak mau menyalahkan kebiasaan boros kita sepenuhnya. Saya ingat nasihat Bang Napi bahwa kejahatan tidak hanya terjadi akibat niat dari pelakunya, tapi juga karena adanya kesempatan. Sama halnya saat kita kalap belanja. Penyebabnya bukan serta merta nawaitu boros, tapi juga karena adanya sihir marketing yang menggoda iman.
Masuk akal banget, kan, kalau yang namanya pengusaha pasti ingin dagangannya laris manis? Termasuk pemilik Alfamart dan Indomaret. Mereka tuh sebenarnya kesal kalau kita main ke sana cuma pengin ngadem. Apalagi, kalau numpang pipis sambil riset harga tipis-tipis. Mereka itu maunya kita belanja sebanyak-banyaknya dan sesering-seringnya. Oleh karena itulah, mereka melancarkan berbagai strategi marketing agar kita belanja lagi, belanja lagi, dan belanja lagi.
Nah, sihir marketing inilah yang perlu kita ketahui agar kita nggak mudah terpedaya sampai kalap belanja terus-terusan. Berdasarkan pengamatan pribadi, saya menemukan lima sihir marketing yang sering diterapkan di toko-toko swalayan seperti Alfamart dan Indomaret. Waduh, sihir apa aja, tuh?
#1 Promo yang menggoda sejak membuka pintu utama
Begitu membuka pintu Alfamart atau Indomaret, kita langsung disambut deretan produk promosi di rak paling depan. Ini adalah strategi marketing yang paling menggoda iman. Masih belum apa-apa, eh perhatian kita langsung teralihkan pada mereka. Sampai-sampai kita lupa daftar barang apa saja yang harusnya kita beli.
Tidak cukup sampai di situ, saat mengantre di kasir, lagi-lagi kita seperti digoda oleh deretan produk promo di rak depan tersebut. Mau gimana lagi? Toleh kanan-kiri, yang paling menonjol ya produk promo tersebut. Ujung-ujungnya jadi tergiur buat nambah belanjaan.
Apalagi kalau ada promo produk bundling yang dibungkus cantik dan dijual super murah. Mereka seolah tersenyum menyeringai sambil mempertontonkan diskon gede-gedean. Padahal, biasanya produk yang di-bundling ini justru produk yang slow moving alias nggak laku-laku. Namun, karena embel-embel diskon dan stok terbatas, kita langsung gercep masukin keranjang. Parahnya lagi, produk-produk tersebut belum tentu kita butuhkan. Rugi dua kali, deh!
#2 Alunan musik slow yang bikin betah belanja
Perhatikan lagu-lagu yang sering diputar di Indomaret. Kebanyakan adalah lagu yang sedang hits atau lagu-lagu slow yang bikin telinga adem. Kenapa? Biar pelanggan bisa menikmati lagunya sambil berlama-lama di dalam toko. Nah, semakin lama di swalayan, maka semakin berpeluang untuk belanja lebih banyak. Pasalnya, kita bakal lebih tergoda untuk membeli barang yang berkali-kali kita lihat. Walau aslinya mah nggak butuh blas.
Bayangkan saja kalau kita muterin rak Alfamart sampai lebih dari lima kali. Semua kemungkinan bisa terjadi. Yang awalnya nggak butuh, tiba-tiba merasa eman kalau nggak sekalian beli. Di deretan sabun mandi lihat ada diskonan, “Ambil ah!” Di rak Indomie, kok tiba-tiba nongol satu varian rasa baru, “Enak kali yah, cobain ah!” Terus, nggak sengaja lihat bocah makan es krim sampai belepotan, “Duh, jadi pengin es krim juga. Beli satu deh,” dst… dst…
#3 Rayuan harga psikologis
Dalam menentukan harga sebuah produk ternyata ada ilmu psikologinya juga, lho! Intinya, bagaimana caranya agar harga produk yang dipajang bisa memengaruhi sisi psikologis pelanggan. Tujuannya apa? Tentu saja biar pelanggan langsung gercep masukin keranjang.
Kalian pasti sering melihat harga produk dengan nominal seperti Rp9.999 atau Rp49.999. Kira-kira kenapa tuh harganya nggak dibulatkan jadi Rp10.000 biar gampang ngitungnya? Justru di situlah letak sihir marketing-nya. Saat melihat harga Rp9.999 atau Rp49.999, kita refleks menganggapnya lebih murah. Biasanya kita membatin, “Halah, nggak sampai 10 ribu. Halah, nggak sampai 50 ribu”. Padahal, aslinya cuma selisih 1 rupiah doang.
#4 Embel-embel promo yang bikin salfok
Triknya hampir sama dengan psikologi harga. Namun, kalau yang ini lebih menekankan pada permainan grafis yang bikin salfok. Saya pernah melihat label harga Oreo yang biasanya dijual Rp8.000-an, tapi saat itu tertulis Rp2.000. Jiwa-jiwa pencari diskonan langsung gentayangan dalam tubuh saya. Tanpa pikir panjang, saya langsung ambil lima bungkus Oreo beraneka rasa. Mumpung lagi murah-murahnya. Lumayan, cuma sepuluh ribu dapat lima bungkus. Eh, begitu saya lihat label harganya lebih dekat, ternyata ada tulisan “Lebih Hemat” di atas nominal Rp2.000.
Kampret! Kata “Lebih Hemat” dicetak dalam ukuran kecil, sementara Rp2.000 dicetak dalam ukuran jumbo. Yang artinya, harga Oreo tersebut hanya didiskon dua ribu. Jadi, harganya enam ribu per bungkus. Ini mah nge-prank pembeli! Untungnya saya belum ke kasir. Sejak saat itu, saya lebih meningkatkan kejelian agar tidak kena prank lagi.
#5 Memintamu tebus murah di meja kasir
Familiar dengan kasir yang menawarkan beli pulsa, paket data, atau tebus murah produk yang dipajang di meja kasir? Tak jarang, mereka juga menawarkan produk yang sedang promo dengan kalimat, “Wah, ini lagi ada promo lho, Kak. Kalau beli tiga bisa lebih hemat bla bla bla…” Kita pun langsung tergiur untuk menerima tawaran itu. Lagi-lagi, semua karena embel-embel promo dan kata-kata lebih murah. Padahal, kita tidak membutuhkan semua produk itu.
Tanpa kita sadari, ternyata sihir marketing telah berkonspirasi dengan senyum-sapa manis dari mas-mas dan mbak-mbak kasir. Jangan kira mereka itu saking perhatiannya padamu sampai mengingatkan agar beli pulsa dan mendapatkan harga promo yang lebih menarik. Semua itu dilakukan karena sudah menjadi SOP kasir agar dapat meningkatkan repeat order.
Nah, bagaimana? Sudah berapa kali tersihir oleh trik-trik marketing ala Alfamart dan Indomaret di atas? Mulai sekarang, bukan hanya niat maksimal yang kita perlukan agar tidak kalap belanja. Akan tetapi, pahami juga trik-trik marketing yang sering menyihir diam-diam. Trik-trik di atas tidak hanya berlaku di swalayan, lho! Banyak toko konvensional hingga yang berjualan online juga menerapkannya. Jadi, kita memang harus lebih teliti dalam membeli.
BACA JUGA Mari Bersepakat Bahwa Indomaret Lebih Baik daripada Alfamart dan tulisan Riris Aditia N. lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.