Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Ekonomi

Memahami Arti Resesi Pakai Bahasa Tukang Gorengan

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
11 Oktober 2022
A A
Memahami Arti Resesi Pakai Bahasa Tukang Gorengan

Memahami Arti Resesi Pakai Bahasa Tukang Gorengan (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Dari kemarin-kemarin, resesi begitu ramai dibicarakan. Ya di Instagram, di TikTok, di Twitter, di mana-mana ngomongin resesi. Rasa-rasanya, ini bagai hantu yang siap meneror siapa saja dan kapan saja.

Tapi, sejauh yang saya lihat, ada dua jenis reaksi orang ketika dengar kata resesi. Pertama, parno setengah mati dan mulai melihat rekening mereka yang nggak seberapa itu. Kedua, ngang ngong nggak ngerti. Wajar sih kalau nggak ngerti, memang nggak simpel perkara ini.

Sebenarnya, apa resesi itu? Dan kenapa orang bisa takut bener sama barang satu ini?

Secara sederhana, resesi itu artinya minusnya pertumbuhan ekonomi suatu negara secara dua kuartal berturut-turut (6 bulan). Penurunan itu dilihat dari perbandingan antara pertumbuhan dua kuartal yang sama di tahun sebelumnya. Misalnya pada 2021 pertumbuhan ekonomi di kuartal 1 dan 2 di angka 5 persen, tapi di kuartal yang sama, 2022 kok malah minus 5 persen, artinya negara tersebut sudah mengalami resesi. Kalau ini terjadi terus-terusan secara beruntun, dampaknya bisa depresi.

Resesi itu seperti kamu yang sedang mengalami stress selama dua minggu berturut-turut karena daganganmu sepi, sehingga pendapatanmu menurun. Omzet penjual biasanya bisa sampai 2 jutaan selama dua minggu, ini malah omsetnya hanya 1,5 juta. Selisih 500 ribu dari penjualan dua minggu sebelumnya. Nah, kalau omset ini terus menyusut tiap minggunya, tentu kamu nggak hanya akan stres, malah bisa depresi.

Nah penyebabnya apa kok negara bisa resesi?

Penyebab dari resesi ini punya berbagai versi. Tapi, secara kronologis, kalau dilihat pada konteks saat ini, penyebab resesi itu pertama adalah kelangkaan barang-barang penting karena konflik geopolitik di negara-negara maju. Bedebah kau Rusia. Hal ini kemudian berimbas pada inflasi (kenaikan harga-harga barang tersebut), dan akhirnya berdampak pada naiknya suku bunga. Ketiga faktor itu terjadi secara berkesinambungan di berbagai negara.

Sekali lagi, bedebah kau Rusia. Blyat!

Baca Juga:

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

5 SMK Unggulan di Klaten yang Menawarkan Jurusan dengan Prospek Karier Cerah

Kalau masih bingung, saya kasih analogi paling mudah, Ibaratnya, kamu seorang pedagang gorengan, bahan baku vital agar jualanmu tetep jalan adalah minyak goreng. Ndilalah, kok minyak goreng sedang langka sehingga harganya naik. Selain itu, di saat bersamaan, tepung juga naik karena saat ini di pasaran juga langka.

Kelangkaan itu disebabkan karena penjual minyak goreng sama penjual tepung kenalanmu sedang nggak akur. Pedagang minyak fans MU, pedagang tepung fans Liverpool. Mereka adu bacot siapa yang paling jago (padahal keduanya lagi sama-sama ampas). Karena konfliknya sudah nggak sehat, mereka berusaha mematikan bisnis rivalnya. Caranya, dengan kompak nggak jual barang ke temen rivalnya.

Penjual minyak goreng nggak mau jual minyak ke penjual gorengan kayak kamu karena kalau gorenganmu laku, artinya si penjual terigu juga bakal untung. Begitu juga sebaliknya. Nah kamu akhirnya harus susah payah nyari minyak dan terigu ke penjual lain dengan harga yang lebih mahal. Ketika itu terjadi, otomatis kamu butuh biaya lebih untuk berjualan gorengan. Recipe for disaster banget ini, potensi resesi mulai muncul.

Nah persoalannya, jika harga yang naik itu tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual gorenganmu, ya kamu bakal rugi, minimal porsinya disesuaikan agak kecil. Tapi, semua itu malah berimbas pada pelangganmu yang malah nggak mau beli gorengan. Mereka lebih memilih bikin gorengan sendiri, karena mereka juga sedang susah karena barang-barang lain juga sedang langka dan harganya pada naik. Mereka lebih irit bahkan pelit. Di sisi lain, ada bang tongol mas-mas koperasi yang datangin pelangganmu menawarkan tabungan dengan bunga tinggi tiap bulannya. Yah uangnya akhirnya disetorkan ke mas-mas koperasi.

Secara naluriah, ketika harga-harga barang naik, orang lebih ingin berhemat dan menabung. Kondisi naiknya harga-harga (inflasi) oleh negara nggak akan dibiarkan karena uang yang nganggur di celengan ayam itu nggak baik, harus muter. Caranya gimana? Ya naikkan suku bunga biar orang pada mau nyimpen uangnya di bank. Iming-imingnya, ya bunga yang tinggi. Kalau semua pada naruh uangnya di bank, penjual gorengan kayak ente bakal gigit jari karena orang-orang bakal punya duit nganggur yang sedikit untuk dibelanjakan.

Nah akhirnya penjualanmu pun menurun, kamu pun stres, dan mulai memaki-maki negara. Semua salah negara. Terutama Rusia, blyat!

Negara-negara di dunia, baik yang maju maupun yang nggak maju-maju, itu pada dasarnya menjadi produsen untuk satu sama lain. Dunia ini seperti Pasar Tanah Abang yang di dalamnya banyak sekali pedagang. Negara punya basis ekonominya masing-masing yang saling bergantung satu sama lain.

Jika satu barang saja mengalami kelangkaan, tentu menyebabkan efek domino. Jika ada satu pedagang yang cekcok dengan pedagang lain, imbasnya bisa satu pasar ketika itu tidak ditangani dengan baik. Interaksi antarnegara itu sensitif. Ngambek dikit, rudal udah siap meluncur.

Untuk masyarakat Indonesia, meski kondisi resesi saat ini belum terlihat berdampak, setidaknya harus siap-siap. Indonesia sendiri pertumbuhan ekonominya masih positif, di angka 5,44 persen di kuartal II lalu. Ke depannya sih, who knows?

Menyambut resesi ini (ceilah disambut), sebaiknya mulai memikirkan untuk investasikan uang kalian. Itu kalau ada uang lebih. Kalau nggak ada, ya… yaudah. Mau gimana lagi? Mulai pikirkan cari uang sebanyak-banyaknya. Tapi nggak lewat slot sama parlay juga. Jangan kepikiran kredit barang dulu, kepentok inflasi menangis kau.

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Biar Nggak Parno Soal Resesi Ekonomi, Kamu Perlu Baca Tulisan Ini

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Oktober 2022 oleh

Tags: artiinflasikonflikpilihan redaksiresesirusia
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Jokowi Sebaiknya Turun Mendamaikan Babarsari, ketimbang Ngurusin Putin yang Ngeyelan

Jokowi Sebaiknya Turun Mendamaikan Babarsari, ketimbang Ngurusin Putin yang Ngeyelan

5 Juli 2022
Kopi Kenangan, Akankah Berakhir seperti Mantan?

Kopi Kenangan, Akankah Berakhir seperti Mantan?

29 Juni 2023
Simpang Dago, Neraka di Tengah Romantisnya Kota Bandung

Tiap Sudut Kota Bandung Romantis, kecuali Simpang Dago

12 Juli 2024
6 Kesalahan Fresh Graduate yang Kerap Dilakukan karena Tidak Diajarkan Waktu Kuliah

6 Kesalahan Fresh Graduate yang Kerap Dilakukan karena Tidak Diajarkan Waktu Kuliah

29 Desember 2023
Klaten Nggak Melulu Candi Prambanan dan Umbul Ponggok, Ada Desa Kemudo yang Tak Kalah Istimewa! klaten solo jogja

Klaten Nggak Melulu Candi Prambanan dan Umbul Ponggok, Ada Desa Kemudo yang Tak Kalah Istimewa!

11 Mei 2024

Jogja Rasa Ubud Sampai Korea Adalah Marketing Wisata Paling Goblok

20 September 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih
  • Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.