Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Musik

Melihat Betapa Suksesnya Dangdut Jawa dari Perspektif Orang Batak

Yesaya Sihombing oleh Yesaya Sihombing
22 September 2021
A A
orang batak melihat dangdut jawa mojok

orang batak melihat dangdut jawa mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Saat sedang menikmati suguhan video dangdut Jawa di YouTube, mata saya terhenti pada salah satu komentar yang berbunyi,

“Kok bisa lagu Jawa digemari dari Sabang Sampai Merauke, padahal ngerti artinya aja nggak?”

“Yang suaranya bagus orang Batak, yang terkenal dangdut Jawa.”

Dari marga yang tertera pada nama sang komentator sih, hampir dipastikan ia adalah orang Batak.

Nah, apakah pertanyaan dan pernyataan itu benar adanya?

Mari kita telaah satu persatu.

Pertama, tentang lagu berbahasa Jawa yang digemari, dan dangdut Jawa yang terkenal dari Sabang sampai Merauke. Satu hal yang perlu kita sadari, bahwa orang Jawa tersebar di mana-mana, di seluruh pelosok negeri ini. Terlebih sejak adanya program transmigrasi di zaman Orde Baru, orang Jawa ada di mana-mana. Wong presidennya saja orang Jawa, lho. Jadi ya sangat wajar, bila lagu berbahasa Jawa dan dangdut Jawa memiliki keterimaan tinggi dan penggemar yang sangat banyak, di negeri ini. Alamiah, tho.

Kedua, tentang menggemari lagu yang arti liriknya tidak dimengerti. Lha ini juga, jelas sangat masuk akal, karena musik adalah bahasa yang universal. Orang bisa terhanyut dalam irama sebuah lagu, tanpa harus paham, apa arti kata-kata yang dilantunkan si penyanyi. Sebuah lagu itu kan, bukan cuma terdiri dari lirik saja. Ada notasi, nada, chord, beat, aransemen, dll. Tanpa sadar, kita bisa trenyuh, menangis, menghentak-hentakkan kaki, menggoyang badan, saat Lisa Blackpink menyanyi. Padahal, Lisa adalah orang Korea. Apakah para penggemar Lisa pasti tau arti lagu yang dinyanyikan idolanya? I don’t think so.

Baca Juga:

Olahan Kecombrang Tidak Cocok untuk Semua Orang, di Lidah Saya Rasanya Aneh

Persaudaraan Orang Batak Itu Kental? Tunggu Dulu, Margamu Apa?

Ketiga, klaim tentang orang Batak suaranya bagus, sedangkan yang terkenal dangdut Jawa.

Kalau tentang hal ini, saya perlu sedikit bercerita. Suatu malam, saat saya mengunjungi saudara di Kalimantan, saya pernah diajak mengunjungi sebuah lapo. Selain menyajikan berbagai hidangan khas Batak, di lapo itu terdapat fasilitas nyanyi gratis, bagi siapa saja yang ingin menyumbangkan suaranya. Asal ada pengunjung yang bisa bermain keyboard untuk mengiringi, pastilah akan ada pengunjung lain yang bernyanyi. Kadang sesi menyanyi itu dihangatkan dengan tambahan minuman tuak.

Dari anak kecil, naposo, amang-amang, inang-inang, sampai opung doli dan opung boru, orang Batak dikenal memiliki kultur menyanyi yang kuat. Bisa dikatakan sebagai bakat, bisa juga dianggap karena pengaruh faktor lingkungan sekitar, yang penuh dengan nyanyian di sana sini. Anak-anak kecil saja sudah “otomatis” bisa berbagi suara, suara 1, 2, 3, bahkan 4, atau bahasa kerennya, soprano, alto, tenor, dan bass.

Sebagian besar orang Batak dikenal memiliki range suara yang lebar. Dan memang, sepertinya bernyanyi dengan oktaf tinggi adalah obsesi dari hampir tiap orang Batak. Urat-urat leher yang menegang sampai terlihat mau putus saat bernyanyi, serta muka yang memerah, dan bulir keringat yang mengalir, seakan menjadi ciri tersendiri, saat mereka bernyanyi.

Karakter suara orang Batak pun sangat khas. Cenderung keras dan menohok. Namanya saja Batak, BerAni gerTAK, hehehe.

Berbeda dengan suara dari orang Ambon, misalnya, yang sering pula bernyanyi dengan oktaf tinggi, namun cenderung halus. Cara menyanyi Judika dan alm.Glenn, dapat menjadi contoh perbedaan tersebut.

Tak heran, di banyak ajang pencarian bakat, orang Batak cukup sering menjadi juara.

Berbekal beragam kelebihan serta prestasi macam itu, wajar bila orang Batak begitu bangga dan menganggap dirinya memiliki kelebihan dari orang lain.

***

Namun, tentu juga, kita perlu menyadari bahwa modal suara bagus, tinggi, nan menggelegar saja tidak cukup untuk menjamin kesuksesan dan ketenaran. Saya menjadi saksi, saat di lapo yang saya ceritakan tadi, ada orang yang bisa menyanyikan lagunya Bang Judika tanpa harus minta transpose, untuk turun oktaf, pada si pemain keyboard. Bahkan kalau perlu, ia ingin menaikkan oktafnya lagi, paling tidak setengah nada. Pokoknya sampai mentok, melengking, tidak keluar suaranya, baru nyerah.

Lalu mengapa tidak semuanya bisa sesukses bang Judika?

Di satu sisi, saya salut dengan idealisme orang Batak dalam bernyanyi. Mereka ingin semuanya ditampilkan secara sempurna. Apalagi kalau mau tampil di panggung, persiapan mereka begitu matang, mulai dari olah vokal, tata gerakan, sampai urusan outfit yang dikenakan.

Di sisi lain, menurut saya pribadi ini lho ya, idealisme yang kelewat tinggi itu, justru menjadi kontradiktif, karena mereka tak mudah berkompromi dengan aspek-aspek lain, termasuk selera pasar. Banyak yang menjadi juara festival, kompetisi menyanyi, namun di antara mereka, tak banyak yang “mentas” menjadi seorang penyanyi yang mendunia, ya setidaknya di YouTube.

Entah karena sulit dilafalkan oleh orang dari suku lain, atau karena sebab lain, lagu-lagu berbahasa Batak juga terkesan bersifat eksklusif, kebanyakan hanya muter di kalangan orang Batak sendiri. Akibatnya, ya sangat sulit mendistribusikan lagu-lagu Batak, di blantika musik Indonesia. Segmented banget.

Ditambah lagi, pembawaan kebanyakan orang Batak yang agak kaku, dan kurang luwes, juga bisa dijadikan alasan, sulitnya lagu-lagu Batak diterima masyarakat umum. Hal ini berbeda dengan orang Jawa, yang pada umumnya mudah untuk diterima di mana-mana. Udah gitu, biasanya orang Batak juga bersuara lantang. Jadi, ketika orang-orang Batak sedang ngobrol di pasar, orang lain akan mengira bahwa mereka sedang berantem. Padahal ya memang bawaannya seperti itu. Kalau orang Batak disuruh seperti putri Solo, yo malah wagu, hehehe.

Judika dapat dijadikan satu contoh sukses. Ia menjadi finalis suatu kompetisi menyanyi, namun kariernya tak hanya berhenti di situ saja. Lagu-lagunya diterima pasar, dan di mana pun berada, ia pandai membawakan diri, tanpa harus kehilangan ke-Batak-annya.

Dari kenyataan itu saja, seharusnya kita sudah bisa memahami bahwa ada banyak faktor yang menentukan kesuksesan suatu lagu, beserta penyanyinya. Merasa memiliki suara bagus tentu tidak salah. Namun yang keliru adalah saat kita membanggakan diri, sambil merendahkan yang lain.

Melihat satu kelebihan diri sendiri saja, kadang bisa membuat kita buta tentang kelebihan yang dimiliki orang lain. Ujung-ujungnya, kita tidak terima saat orang lain mengalami kesuksesan. Ya, tho?

Mau orang dari suku apa pun, kalau memang sudah jatahnya sukses, ya tidak akan ada yang bisa menghalangi, meski kita merasa lebih hebat dari orang itu.

Sekali lagi, musik itu bahasa universal. Kalau orang sudah cocok dengan suatu musik, ya suka aja, tanpa harus tau apa arti lagunya. Seperti salah satu komen lain yang bilang begini,

“Saya orang Ngawi dan merantau di Medan, banyak banget temen-temen saya atau siapapun yang saya jumpai di Medan, suka putar lagu mas Denny Caknan full album. Ketika saya tanya, ‘tau bang arti lagunya?’ Mayoritas gak tau, mereka setel ya karena enak aja didenger.”

Oya, saya sendiri, seorang Silaban-Sihombing, tak pala pandai bernyanyi, tapi sangat bangga dengan kiprah para penyanyi Batak macam Judika Sihotang, Joy Tobing, atau Victor Hutabarat. Di sisi lain, saya juga sangat menikmati lagu-lagu campursari berbahasa Jawa dari alm.Didi Kempot, atau lagu-lagu Mandarin-nya Teresa Teng.

Dan, rasanya tak perlu juga membuat perbandingan kesuksesan seseorang berdasarkan kesukuannya.

Bahhh.. Ayok, mainkan dulu lagu kita itu!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 September 2021 oleh

Tags: batakdangdut jawadenny caknanjudikaMusik
Yesaya Sihombing

Yesaya Sihombing

Pengamat segala hal.

ArtikelTerkait

Saya Nggak Langganan Spotiffy Premium Bukan karena Saya Miskin terminal mojok.co

Saya Nggak Langganan Spotify Premium Bukan karena Saya Miskin

16 September 2021
.Feast Lebih Baik Bermusik Aja, Nggak Perlu Nyenggol Genre Musik Lain! terminal mojok.co

.Feast Lebih Baik Bermusik Aja, Nggak Perlu Nyenggol Genre Musik Lain!

26 April 2020
Ratusan Lagu K-Pop Hilang dari Spotify, Berikut Alternatif Platform Streaming Untuk Pencinta K-Pop Terminal Mojok

Mana yang (Beneran) Lebih Unggul, Spotify atau YouTube Music?

11 Juni 2021
Merasa Spesial saat Saya Naik dan Turun KA Jayakarta di Stasiun Walikukun Ngawi (Dokumen pribadi penulis).

Stasiun Walikukun Ngawi yang Membuat Saya Merasa Spesial

28 Mei 2023
Rekomendasi Lagu yang Genjreng-able untuk Dimainkan Saat Momen Api Unggun terminal mojok.co

Rekomendasi Lagu yang Genjreng-able untuk Dimainkan Saat Momen Api Unggun

28 November 2020
Bukan Lebih Diterima, Nasib Musik Indie Masih Sama Sejak Dulu terminal mojok.co

Saling Berebut Titel Paling Indie, Buat Apa, sih?

20 Februari 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ilustrasi Banjir Malang Naik 500% di 2025 Bukti Busuknya Pemerintah (Unsplash)

Kejadian Banjir Malang Naik 500% di 2025, Bukti Pemerintah Memang Nggak Becus Bekerja

6 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.