Orang Australia, termasuk warga Queensland di mana saya kini tinggal bersama keluarga, punya berbagai macam cara untuk menghabiskan akhir pekan. Salah satu yang populer adalah berkemah atau camping. Saya pernah baca di sebuah artikel, berkemah dan bepergian menggunakan karavan memang tengah berkembang pesat di Negara Kangguru. Pada akhir 2024 tercatat, jumlah perjalanan karavan dan berkemah (termasuk glamping) mencapai 15,2 juta orang.
Sebagai mahasiswa Indonesia yang tinggal di Queensland, Australia, saya dan keluarga ingin menjajal melepas penat dengan cara tersebut. Apalagi, hiburan ini sebenarnya tergolong murah meriah.
Tentu saja kami tidak menjalani glamping yang segala sesuatunya sudah tersedia. Kami juga tidak mengendarai mobil caravan seperti kebanyakan orang Australia. Kami cukup membawa dan mendirikan tenda sendiri dengan sedikit pernak-pernik. Itu semua kami peroleh di marketplace dengan harga sangat terjangkau.
Untung saja, tenda zaman sekarang ini sangat mudah didirikan. Tenda tidak perlu tongkat maupun kemampuan tali-temali yang rumit seperti saat saya kecil dahulu. Tenda sudah memiliki rangka kuat begitu mudah untuk dipasang dan didirikan. Bahkan, sekarang ada tenda model pop up yang cukup dengan satu tarikan tenda sudah siap digunakan. Teknologi semacam ini jelas perlu untuk saya yang tidak punya latar belakang pencinta alam atau anak pramuka.
Camping di Queensland Australia
Di Queensland, Australia ada banyak lahan camping yang tersedia. Lokasi camping biasanya berada di dekat danau, sungai ataupun pantai dan terletak jauh dari perkotaan. Kondisi itu membuat kita dapat menikmati suasana pedesaan dengan pemandangan matahari terbit dan terbenam yang sangat indah. Malam haripun tidak kalah memukau karena bisa melihat bulan dan bintang secara jelas.
Akan tetapi, biasanya, di lokasi tersebut tidak ada sinyal. Jadi, ya kita tidak bisa membuka kerjaan atau bermain sosmed. Apalagi, kebanyakan lokasi camping tidak ada listrik. Jadi ya kita perlu berhemat energi ponsel agar bisa tetap menyala dan berkomunikasi jika perlu.
Skeptis berujung manis
Awalnya saya sangat skeptis dengan agenda camping ini. Apalagi membayangkan 3 hari 2 malam bersama anak-anak, tanpa listrik, udara dingin, dan tempat tidur kurang nyaman. Belum lagi kepikiran tugas kuliah. Ini bakal jadi 3 hari yang panjang.
Akan tetapi, saya sangat kaget bisa melewatinya dengan selamat. Lebih kagetnya lagi, saya merasakan betul efek yang ditimbulkan dari 3 hari “menyepi” tadi. Rasanya sungguh melegakan. Bahkan, saya baca dari berbagai sumber, berkemah di alam bebas itu dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, terutama dengan meningkatkan aktivitas sel pembunuh alami yang membantu melawan kanker dan infeksi virus. Hal-hal yang terakhir ini belum bisa langsung dirasakan sekarang. Tapi, semoga saja demikian ya.
Tidak hanya saya yang merasakan dampak positif dari berkemah di Queensland Australia. Anak-anak ternyata sangat senang menikmati alam hingga memberi makan binatang di peternakan. Saking senangnya, mereka sampai lupa bermain gawai. Begitu juga dengan orang tuanya, kita ngerumpi berjam-jam hingga lupa drama Korea (drakor) yang belum dituntaskan.
Ternyata dialog bebas, di alam bebas dalam kondisi terbebas dari gawai ini menjadi momen berharga untuk merawat ingatan dan kewarasan. Jadi kapan kita camping lagi?
Penulis : Mochamad Iqbal Nurmansyah
Editor : Kenia Intan
BACA JUGA Kebohongan WHV Australia yang Terlanjur Dipercaya Pencari Kerja Indonesia.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
