Ketika Pak Jokowi berhasil mempertahankan takhtanya di istana, saya lumayan yakin bahwa Bu Susi bakal kembali digandeng menjadi menteri. Dan rasanya, nggak sedikit orang yang kayak saya, mengingat prestasinya sangat mentereng dan publik sangat menyukai blio. Akan tetapi, karena Pak Jokowi merasa kudu bagi-bagi jabatan ke sohibnya, nama Bu Susi harus hilang dari jajaran menteri.
Yang lantas menggantikan Bu Susi sebagai menteri KKP adalah sosok yang nggak pernah terbayang di benak saya, yakni Edhy Prabowo. Asli, mengganti seorang Susi Pudjiastuti yang jelas-jelas memiliki citra baik di publik dengan orang comotan dari partai Gerindra sungguh tindakan yang lucu.
Tapi, ya mau bagaimana lagi, toh Pak Jokowi sudah tidak memiliki kepentingan mengambil simpatisan publik. Jadi ya, yang penting sohib-sohibnya senang dulu. Urusan citra dirinya di publik mah nomor sekian, wong dia sudah nggak bakal maju Pilpres lagi.
Orang comotan dari Partai Gerindra itu dalam sekejap langsung bikin kontroversi. Dengan getol dia menggembar-gemborkan mau impor benur alias bibit Lobster, padahal di masa Bu Susi tindakan impor benur sudah dilarang. Akan tetapi agar ekonomi Indonesia semakin maju, pun agar negara-negara luar mengakui bahwa Indonesia punya bibit lobster unggul, maka orang comotan Gerindra itu tetap kekeh pengin mengimpor benur.
Bu Susi yang awalnya adem ayem, lantas muntab juga dengan kebijakan orang comotan Gerindra itu. Blio sering ngetwit mengenai alasan benur jangan diimpor, akan tetapi harus dibudidaya agar kelestariannya terjaga. Benur yang dibudidayakan dan sampai menjadi lobster tentunya akan dihargai lebih mahal ketimbang dijual dalam bentuk benur.
Sayangnya orang comotan Gerindra itu terlampau mendalami Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, dan gas pol jalan terus. Toh ternyata banyak juga pendukung rezim yang menganggap kebijakan orang comotan Gerindra itu masuk akal dan nggak merusak habitat lobster. Wuaasyuuu, gundulmu nggak merusak lobster. Lama-lama Indonesia nggak punya lobster kalo benur-benurnya dijualin, su, asu!
Nah, tetapi fans berat Bu Susi akhir-akhir ini sedang menikmati ledakan serotonin di kepala mereka. Pemberitaan orang comotan Gerindra yang ditangkap KPK terkait impor benur membuat banyak pihak kaget, terutama saya. Pas baca berita itu pagi hari, saya langsung mengeluarkan sumpah serapah mulai dari asu, celeng, bajingan, dan segenap kata kasar lainnya. Bukannya saya ngefans sama orang comotan Gerindra itu, tetapi saya baru saja menyelesaikan tulisan tentang KPK yang mulai lamban dan minim prestasi, eh mendadak mereka berprestasi. Di satu sisi asu, tapi di sisi lain kok membanggakan.
Semenjak berita itu naik dan menjadi tajuk utama media-media, nama mantan menteri KKP lantas membahana di mana-mana. Banyak yang membanding-bandingkan kinerja blio dengan orang comotan Gerindra itu. Bu Susi nyatanya nggak angkat bicara terkait kasus penangkapan oleh KPK itu. Saat dihubungi oleh Tempo, blio hanya mengatakan, “Tidak tahu.”
Puncak dari menggemanya nama blio adalah impian utopia bahwa Pak Jokowi bakal merangkul kembali dan menjadikannya menteri KKP. Saya hanya geleng-geleng kepala sambil ngelu saat mendengar harapan-harapan omong kosong itu.
Kalau saya jadi Bu Susi, saya nggak bakal mau balik lah, sekalipun Pak Jokowi memohon-mohon sampai berlutut. Hah, enak saja nyuruh kerja setelah ada orang yang mengobrak-abrik peninggalannya. Bu Susi pasti lebih milih nyantai di rumahnya, minum kopi, lihat berita, lantas senyum-senyum puas karena orang comotan Gerindra itu ditangkap. Nggak bakal komentar, nggak bakal mendalami kasus, sebatas senyum sambil nyeruput kopi.
Alasan lain, Pak Jokowi akan ada dalam posisi yang berbahaya apabila merangkul kembali blio dan kali ini dukungan publik nggak bakal terlalu bermanfaat. Kebijakan-kebijakan Bu Susi di masa jabatannya banyak merugikan perusahaan-perusahaan perikanan. Di masa lalu, perwakilan dari perusahaan perikanan itu mencoba negosiasi, tetapi Bu Susi tetap pada jalan ninjanya yang nggak peduli lobi-melobi dan tetap menenggelamkan kapal-kapal asing.
Koalisi anti-Susi terbentuk dan mereka mencoba melobi Pak Jokowi buat mengganti sang Menteri itu dulu, akan tetapi mengingat citranya yang begitu baik di mata publik, mengganti sosok Susi Pudjiastuti hanya bakal membuat citra Pak Jokowi turun. Bahaya dong kalau citra blio turun, wong masih kudu nyalon presiden lagi.
Jadinya ya, barangkali Pak Jokowi bilang gini ke para koalisi anti-Susi itu, “Tahan aja dulu, tenang, periode depan kalau saya kepilih lagi, bakal saya ganti, kok.” Dan benar saja, orang comotan Gerindra itu datang menggantikan. Pak Jokowi aman, perusahaan perikanan senang, pun bubar lah koalisi anti-Susi itu. Solusi yang sekilas kelihatan praktis dan menyelesaikan semua masalah.
Makanya, nggak usah ngimpi Bu Susi bakal mau balik lagi jadi menteri, pun nggak usah ngimpi Pak Jokowi bakal ngerangkul blio lagi. Itu layaknya mimpi di siang bolong. Kita sudah paham lah, mengharapkan hal baik di negeri ini terjal banget dan banyak nggak terwujudnya. Ingat, Pak Jokowi yang dulu bukanlah Pak Jokowi yang sekarang. Lagian Pak Jokowi nggak butuh sosok Susi Pudjiastuti, wong blio sudah punya sohib yang levelnya mirip bromance yaitu Pak Luhut Binsar Pandjaitan. Makanya, Pak Luhut secara ajaib diposisikan sebagai menteri KKP sementara.
Bagi yang sedang mimpi, bangunlah dari tidur lelap kalian dan mending kalian rakit PC.
BACA JUGA Daniel Mananta Adalah Wajah Indonesian Idol yang Sebenarnya dan tulisan Riyanto lainnya.