Mie Gacoan adalah fenomena baru di dunia kuliner. Belum pernah saya lihat jualan mi pedas bisa seramai itu. Outletnya ada di mana-mana dalam waktu yang relatif singkat. Bahkan, cabangannya sampai ke kabupaten-kabupaten yang biasanya tidak disentuh waralaba. Tidak heran kalau Mas Bayu Kharisma Putra dalam tulisannya menyebut Mie Gacoan sebagai tolok ukur kemajuan suatu daerah.
Walau begitu digandrungi masyarakat, saya sebetulnya kurang nyaman kalau harus makan Mie Gacoan langsung di outletnya. Sudah jadi rahasia umum, selain terkenal dengan mi pedasnya, resto ini banyak dihujat karena antreannya yang nggak masuk akal. Itu mengapa saya malas kalau harus makan langsung di outletnya.
Anehnya, manajemen Mie Gacoan seolah tidak ada solusi atas antrean mengular yang mengusik kenyamanan pengunjung. Sistem pemesanan yang tidak efektif dan efisien masih dipertahankan. Sistem pemesanannya adalah antre, membayar, duduk hingga pesanan datang. Cara ini tentu menimbulkan antrean panjang, sebab tidak semua orang bisa memutuskan menu secara cepat.
Selain antrean yang nggak masuk akal, ada beberapa alasan lain yang membuat saya nggak nyaman makan Mie Gacoan langsung di outletnya:
Daftar Isi
Mie Gacoan pakai alat makan sekali pakai
Saya membayangkan berapa banyak sampah alat makan yang diproduksi Mie Gacoan setiap harinya. Apalagi jumlah pengunjung resto ini sangat banyak. Saya khawatir sampahnya tidak dikelola dengan baik hingga akhirnya hanya menumpuk atau bahkan mengotori sekitar.
Selain alat makan seperti sumpit, sendok, garpu sekali pakai, Mie Gacoan masih menggunakan sedotan plastik. Ukuran sedotan memang tidak seberapa, tapi kalau ada ratusan pengunjung setiap hari, sampahnya bisa menumpuk juga. Lebih baik resto ini mulai mengurangi penggunaan sedotan.
Saus sachet dan klakat dimsum
Saya masih heran kenapa Mie Gacoan menggunakan saus sachet. Di tempat makan penggunaan saus sachet tidaklah praktis, merepotkan. Pengunjung harus membukanya kemasan, belum lagi menimbulkan sampah yang tercecer di meja makan atau lantai.
Saya juga kurang cocok dengan penyajian dimsum di klakat bambu. Secara visual memang estetik dan tampak otentik, tapi secara kegunaan sangat tidak nyaman. Apalagi kalau pelanggan ingin mencocolkan dimsum ke saus, setidaknya perlu piring kecil yang nyatanya tidak disediakan resto.
Tidak ada area merokok
Saya kurang nyaman makan langsung di outlet karena tidak ada pemisah antara area merokok dan area tidak merokok. Memang sih resto ini punya konsep semi outdoor dan tidak menggunakan AC. Namun, kehadiran asap rokok dari meja lain ketika makan sangatlah mengganggu. Saran saya sih, walau berkonsep semi outdoor Mie Gacoan tetap memisahkan antara area merokok dan bukan area merokok.
Di atas alasan-alasan yang membuat saya malas Mie Gacoan langsung di outletnya. Pengalaman di atas saya rasakan di cabang yang sering saya kunjungi ya, jadi tidak bisa dipukul rata untuk kondisi outlet lain. Bukan tidak mungkin cabang lain punya pelayanan dan konsep outlet yang lebih baik.
Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Mie Gacoan Bikin Saya Antre Nungguin Orang Lain Selesai Makan, Bukan Antre Nungguin Pesanan Datang
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.