Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Mahasiswa PGSD di Kampus Biasa Aja, tapi Idola di Tempat PPL-nya

Riyan Putra Setiyawan oleh Riyan Putra Setiyawan
26 November 2021
A A
Mahasiswa PGSD di Kampus Biasa Aja, tapi Idola di Tempat PPL-nya terminal mojok.co
Share on FacebookShare on Twitter

Sewaktu di kampus, penampilan saya dan mahasiswa PGSD lainnya bisa dibilang cupu-cupu. Di saat mahasiswa jurusan lain pakai celana jeans dan kaos oblong, kami malah pakai outfit hitam putih. Sudah begitu, pakai sepatu pantofel pula. Sepintas, penampilan kami lebih mirip pegawai SPBU training ketimbang mahasiswa. Sungguh, penampilan yang menyedihkan. Ra mbois sama sekali. Wajar bila akhirnya, hampir tidak ada yang ngefans dengan kami ketika di kampus. Jangankan ngefans, ada yang nyapa di jalan saja sudah syukur, kok.

Namun ketika PPL, situasinya berubah. PPL yang merupakan kepanjangan dari Praktik Pengalaman Lapangan ini adalah titik balik bagi saya juga mahasiswa PGSD lainnya. Selama PPL, nasib kami bak bumi langit. Di kampus, kami memang tak dikenal. Tapi ketika magang di SD selama beberapa bulan, kami mendadak jadi terkenal. Kami yang awalnya cupu-cupu (sebenarnya masih tetap cupu, sih), mendadak jadi idola para siswa.

Tiba-tiba, untuk pertama kali, kami mengalami apa yang sering dialami para selebriti. Tiap hari, ketika jalan di lorong kelas, nama kami dielu-elukan. Baru saja memasukkan motor ke parkiran, sudah banyak yang mengerubungi. Siswa-siswa sudah anarkis, berebut minta salaman. Ada juga yang setelah puas menyalami dan menciumi tangan kami, masih mengajak untuk foto selfie atau update Instastory. Wis lah, pokoknya seperti selebriti-selebriti di TV itu.

Tentu semua itu bukan perkara tampang. Banyak dari kami yang berwajah pas-pasan, juga berada di bawah standar kemiskinan. Tapi toh tidak ada pengaruhnya. Setiap hari ada saja siswa yang mengirim pesan di BBM juga di FB. Malah ada juga lho yang memberi kami jajanan ketika kami istirahat. Sampai mblenger-mblenger kami tuh menerimanya. Kira-kira kenapa ya, nasib kami bisa begitu mujur? Berikut saya rangkumkan 3 penyebabnya. Simak baik-baik ya, siapa tahu berguna.

#1 Mahasiswa PPL berusia lebih muda

Sebenarnya, PPL di mana pun isinya sama saja. Sewaktu diam, kita kelihatan plengah-plengeh. Dan ketika dimintai tolong, pekerjaan yang kita kerjakan salah kabeh. Saya juga begitu. Saya juga banyak salahnya di mata guru pamong. Cuma, itu kan di mata guru. Sementara di mata siswa, saya kelihatan yang baik-baiknya saja. Karena apa? Karena saya jauh lebih muda. Setidaknya dibanding bapak-ibu guru di sekolah yang jadi kompetitor secara langsung, wajah saya jauh lebih unyu-unyu. Tentu ketika siswa diharuskan memilih, siapa guru yang harus diidolakan, kebanyakan dari mereka lebih memilih saya daripada guru yang lebih tua. Sesederhana itu, sih, sebenarnya.

Lagipula, anak-anak setiap hari kan sudah melihat bapak ibu gurunya yang sudah sepuh. Tentu mereka sudah hafal, sampai gumoh-gumoh. Kadang, karena sudah hafal, mereka bosan juga. Maka ketika tiba-tiba ada guru PPL seperti saya, mereka seperti mendapat penyegaran. Tiba-tiba di hadapan mereka kok ada guru yang lebih muda, lebih energik, dan lebih casual. Tentu mereka jadi penasaran dan excited. Untuk perkara ternyata guru PPL-nya itu nggak bisa ngajar, klemar-klemer, dan mbulet kalau menyampaikan materi ajar, itu kan urusan belakangan. Yang penting, ketika diperkenalkan di depan para siswa, mereka sudah antusias dulu.

#2 Mengajar dengan cara yang menyenangkan

Faktor kedua, alasan mengapa mahasiswa PPL digandrungi para siswa adalah cara mengajarnya. Lagi-lagi, bila dibandingkan dengan guru-guru kelasnya, cara mengajar kami jauh lebih inovatif. Terus terang, guru-guru yang sudah lama mengajar, sudah puluhan tahun jadi PNS, cara mengajarnya semakin lama semakin monoton. Biasanya begini: siswa masuk ke kelas, duduk, mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan LKS yang telah disediakan. Sudah, seperti itu. Jarang sekali mereka melakukan variasi pembelajaran.

Sementara kami, guna mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah, juga supaya lulus PPL dengan nilai yang baik, tentu beda cara mengajarnya. Pembelajaran kami buat supaya meriah seperti acara ulang tahun. Di awal pelajaran, meski tidak berdandan seperti badut, kami ngajak anak-anak nyanyi-nyanyi dulu, tepuk-tepuk dulu, yel-yel dulu.

Baca Juga:

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Setelah itu kami sediakan media pelajaran yang menarik. Bisa gambar, benda langsung, dan sebagainya. Belum lagi selama pelajaran, kami membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil. Dan ketika mereka ngobrol, diskusi, ataupun ngerumpi, kami tidak pernah memarahinya. Wajar bila akhirnya, anak-anak ngefans sama kami. Bisa karena cara mengajar yang menarik, atau karena mereka senang , ngerumpi selama pelajaran kok tidak diapa-apain.

#3 Sering mengadakan giveaway

Selain kedua faktor di atas, ada lagi satu alasan mengapa mahasiswa PPL digandrungi para siswanya. Yaitu, karena kami suka sekali mengadakan giveaway.

Terus terang, penguasaan kelas kami masih sangat payah. Sebelum-sebelumnya, kami memang pernah latihan praktik mengajar di kampus. Tapi di sana, kami praktiknya dengan teman kami sendiri. Karena yang berpura-pura jadi siswa adalah para mahasiswa PGSD sendiri, pembelajarannya jadi sangat kondusif. Hampir tidak ada kendala. Setiap saya perintahkan siswa diam, ia manut. Saya perintahkan diskusi, ia diskusi. Saya minta presentasi, mereka tertib sekali.

Sementara ketika kelas sesungguhnya, suasananya bertolak belakang. Kelas yang saya ampu laksana pasar burung. Berkicau semua siswanya. Saya coba tenangkan siswa di belakang, gantian siswa depan yang gaduh. Saya tenangkan yang depan, yang tengah gaduh. Ketika semua siswa tenang, jam pelajaran sudah usai. Kan, mbel.

Akhirnya agar situasi KBM kondusif, kami beri iming-iming giveaway kepada para siswa. Hadiahnya bisa berupa jajan yang murah-murah, bisa berupa alat tulis, bisa juga berupa stiker bintang yang kami guntingi sendiri di kos-kosan. Atau, kalau kami pas lagi tekor-tekornya, hadiahnya bisa cuma berupa tepuk tangan belaka.

Dan meskipun cara ini tidak efektif-efektif amat, setidaknya giveaway yang kami berikan ada manfaatnya: anak-anak jadi ngefans dengan kami. Dengan terang-terangan, mereka mengakuinya di depan publik. Tanpa malu, mereka saling bilang siapa guru yang diidolakan dan sebagainya. Tapi itu kan dulu, ketika mereka masih SD. Kalau sekarang mereka ditanya lagi, paling mereka hanya menjawab, “Kamu siapa?” Sambil berlalu dengan pandangan lupa.

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 November 2021 oleh

Tags: MahasiswaNgajarPGSDpilihan redaksiPPL
Riyan Putra Setiyawan

Riyan Putra Setiyawan

Guru SD

ArtikelTerkait

Soe Hok Gie dan Mohammad Roem saja Setuju dengan Perpeloncoan Ospek terminal mojok.co

Serba Serbi Mahasiswa Baru Beserta Sambatannya

2 Juli 2019
5 Bungkus Rokok Paling Artistik dan Mewah, Bikin Sebat Makin Berkelas

5 Bungkus Rokok Paling Artistik dan Mewah, Bikin Sebat Makin Berkelas

19 Agustus 2023
Songgoriti, Gang Macan, dan Stereotip Negatif yang Tak Kunjung Lepas terminal mojok.co

Songgoriti, Gang Macan, dan Stereotip Negatif yang Tak Kunjung Lepas

12 Januari 2022
Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh Menang Cepat daripada Shinkansen Jepang, tapi Kalah Telak dalam Menjawab Kebutuhan Warga

Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh Menang Cepat dari Shinkansen Jepang, tapi Kalah Telak Soal Menjawab Kebutuhan Warga

17 Maret 2024
5 Tempat Horor di Surabaya yang Bisa Didatangi untuk Wisata Uji Nyali Terminal Mojok

5 Tempat Horor di Surabaya yang Bisa Didatangi untuk Wisata Uji Nyali

4 Agustus 2022
Takut dan Benci pada Robot? Sama Robot SPOT, Kamu Akan Selalu Merindukannya! mojok.co

Takut dan Benci pada Robot? Sama Robot SPOT, Kamu Akan Selalu Merindukannya!

3 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.