Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Mahasiswa Mahasiswi di Persimpangan Jalan Pasca KKN

H.R. Nawawi oleh H.R. Nawawi
14 Juni 2019
A A
persimpangan jalan

persimpangan jalan

Share on FacebookShare on Twitter

Sesampainya di jenjang perguruan tinggi, kami sebagai masyarakat Indonesia yang berhak mendapatkan pengajaran dan pendidikan ternyata tidak melulu berhadapan dengan jalan mulus. Alih-alih sebagian kami menyukai jalan terjal—artinya kami manusia itu punya lika-liku, kegamangan, hingga ketidakmampuan untuk sendiri ketika usia kami kian bertambah.

Padahal Pemerintah dengan segela keterbatasannya, menyiapkan segala kebutuhan kami selama menapaki masa-masa pendidikan. Seperti terbentuknya Kualifikasi Kerangka Negara Indonesia (KKNI) yang berakar dari satu gagasan besar negara-negara maju di benua Eropa dan Australia. Penjenjangan dalam kualifikasi tersebut bermaksud untuk mengintegrasikan antar sektor pendidikan dengan sektor lainnya, seperti sektor ketenagakerjaan.

Jadi, KKNI atau IQF (Indonesia Qualifications Framework) bukanlah suatu kurikulum, tetapi sebagai upaya untuk kami untuk bersinergi dengan sektor lain. Kami para mahasiswa dan mahasiswi dalam negeri atau luar negeri belum semua tahu dan paham—paling tidak kami mengetahui maksud baik dari negara mengapa membuat jejang kualifikasi. Lebih spesifiknya, kami yang kuliah tidak paham betul posisi jenjang 6 (sarjana) dengan hubungan kerja—jalan hidup—yang akan kita pilih dan kita hadapi.

Hingga tibalah saatnya kami di persimpangan jalan ketika sedang mewujudkan salah satu poin Tri Dharma Perguruan Tinggi—yaitu Pengabdian Masyarakat atau KKN. Kemudian menjelang meniti jalan kesunyian untuk menggarap skripsi—ya, skripsi adalah jalan kesunyian bagi kami. Karena tak peduli itu karya sendiri atau membeli, yang pasti harus kami lewati. Asli atau tidak berkas yang bernama skripsi, itu hanyalah sekumpulan teori dan data yang kemudian menumpuk di kantor Universitas.

Kami sering membayangkan skripsi saat KKN—itu wajar bagi kami. Pesona desa akan menumbuhkan kejernihan berpikir sekaligus keinginan. Ditambah lagi tempat kami nanti mengabdi dipenuhi sawah, bebunyian hewan, orang-orang yang lugu dan lucu—hal-hal itu sangatlah membantu kami untuk melangkah ke jalan kesunyian skripsi. Kalau saja sebagian kami para lelaki tergoda akan teman-teman sekelompok yang lawan jenis itu sudah biasa. Meskipun tidak sebagian besar mahasiswi yang lebih terbayang skripsi dan orangtua.

Tapi siapa yang tidak tergoda hatinya saat KKN, saat di mana masalah, susah, dan bahagia dilalui bersama-sama. Tak mungkin kami tidak terbersit untuk membayangkan masa depan? Ya begitulah. Kami orang Indonesia suka berandai-andai—membayangkan sesuatu di depan kita. Padahal meskipun 5.000 doktor mencari jawaban akan hari esok pasti tak akan bisa menjawabnya. Kalaupun ada yang bisa—toh kami tak akan berhenti membayangkan hari esok lain yang berbeda dari kata orang.

Ada juga sebagian kami—untuk mereda realita yang banal—suka hidup di masa lalu agar hari ini dilewati dengan biasa-biasa saja. Masa lalu adalah ladang kenangan kami yang sesekali kami kunjungi memang, kemudian dicocokkan dengan hari ini, dan mungkin untuk menerawang hari esok. Kami semakin dipacu untuk segera memilih keinginan orang lain, itulah awal Sarter menyebutnya orang lain adalah neraka.
Kami pun sedang di persimpangan jalan—memilih lulus cepat akan bertemu dengan pintu pendidikan selanjutnya, menjadi magister, atau segera memilih karir di manapun agar terlihat memiliki kemampuan dan kemandirian, atau memilih untuk tidak lulus cepat juga harus punya modal ketabahan menghadapi segala tekanan yang tidak kenal arah, terutama dari sekitar keluarga. Maksudnya ketika Bapak dan Ibu kita sudah setuju dan tahu akan keinginan kita, tidak dengan kerabat atau tetangga yang terus mendikte atau memberi instruksi terhadap keluarga kita. Inilah satu keniscayaan para netizen di luar dunia maya. Alhasil kami wajib memilih walau tidak mudah. Semua negara, keluarga, kerabat, dan teman sering memberikan solusi—dan memang itulah tugasnya.

Sedangkan jenjang enam sebagai sarjana bukanlah bukti kuat, juga KKN bukan satu-satunya variabel pengabdian masyarakat, dan kami sekarang berhadapan dengan kenyamanan di perantauan. Padahal kami sadar bahwa kenyaman sama seperti keyakinan yang juga perlu diuji. Kesadaran ini kemudian menurut Freire adalah kesadaran naif, tahu tapi bingung bertindak.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Menuju kelulusan di pasca KKN adalah satu titik di mana melihat perjalanan yang sudah dilewati—kemudian berkaca pada hari ini supaya bisa direfleksikan ke arah masa depan yang kita tidak pernah tahu sampai di ujung yang mana. Inilah persimpangan jalan kami yang sebenarnya biasa-biasa saja.

“Semester berapa, Nak?” tanya Paman.
“Semester sebelas,” jawabku tegas menyatakan bahwa telat lulus adalah pilihan.

Sembari ketawa Paman berkata, “Jarang sekali ada mahasiswa berani ngaku saat semesternya sudah tua.”

“Takut dinikahin sama Ibu katanya, Paman—kalau cepet-cepet,” sambar kakak sulungku.

“Ya bukan begitu, Nak,” Ibu menyahut dari sudut ruang tamu sembari garuk-garuk kepala, “ndak harus setelah lulus langsung nikah. Soal jodoh siapa yang tahu.”

“Aku kan bercanda, Bu,” jawab kakakku akhirnya.

Selepas kakak berucap lalu kuamati Ibu—beliau terlihat menua saat kupandang rambutnya yang mulai memutih. Maafkan kami, Bu—gumamku dalam hati.

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: Kapan LulusMahasiswaPasca KKNPersimpangan Jalan
H.R. Nawawi

H.R. Nawawi

Jika di dunia hanya ada dua pilihan antara riang dan menangis. Saya memilih menangis. Kehampaan.

ArtikelTerkait

6 Beasiswa yang Sebaiknya Dihindari Mahasiswa karena Berpotensi Menjebak

6 Beasiswa yang Sebaiknya Dihindari Mahasiswa karena Berpotensi Menjebak

28 Agustus 2025
Keresahan yang Saya Rasakan Selama Jadi Mahasiswa S-2 Terminal Mojok

Keresahan yang Saya Rasakan Selama Jadi Mahasiswa S-2

31 Oktober 2022
Rekomendasi Tempat Tinggal bagi Mahasiswa Prasejahtera terminal mojok

Rekomendasi Tempat Tinggal bagi Mahasiswa Prasejahtera

17 Juni 2021
ngontrak rumah

5 Hal yang Harus Diperhatikan Mahasiswa Sebelum Ngontrak Rumah

4 Mei 2020
KA Sri Tanjung Memang Murah, tapi Soal Kenyamanan Sepanjang Jogja-Banyuwangi, Bus Mila Sejahtera Juaranya

KA Sri Tanjung Memang Murah, tapi Soal Kenyamanan Sepanjang Jogja-Banyuwangi, Bus Mila Sejahtera Juaranya

22 Februari 2024
4 Alasan Nggak Enaknya Jadi Mahasiswa UIN Jember terminal mojok.co

4 Alasan Nggak Enaknya Jadi Mahasiswa UIN Jember

30 September 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.